Mohon tunggu...
Inview
Inview Mohon Tunggu... Freelancer - Indonesia View

Cara lain melihat Indonesia dari yang tidak penting menjadi penting. Ditulis dengan bebas dan tetap dalam kaedah jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"M"

24 November 2015   09:02 Diperbarui: 24 November 2015   10:17 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama tiga hari di Lhokseumawe walaupun kakinya belum sembuh dia juga memaksa diri untuk tetap kerja. Alasannya hari raya didepan dia juga harus pulang kekampung nantinya. Kepulangan dia ke Panti diketahui oleh guru-guru dan ustadz-ustadz disana. Dengan tubuh dan rambutnya yang acak-acakkan sehingga layak untuk dikata gembel jalanan. Tanggal 25 sampai 27 Ramadhan M di pesan pulang ke Panti untuk mengikuti Darul Arqam Dasar Pemuda Muhammadiyah di Pondok Pesantrennya dulu.

Dari pertemuan itu mengahasilkan, agar dia mengikuti program kuliah da’i dari Dewan Da’wah di Lampung. Hal ini menjadi angin baru untuknya yang ingin kuliah. Usaha dia dengan sungsungguh itu tuhan membalas langsung untuk dapat kuliah, tidak harus menunggu tahun depan. M menerima tawaran tersebut. Walaupun jurusan Da’wah yang pasti dia akan berhadapan kembali dengan system Pondok Pesantren, seperti hafal Al-Qur’an dan Bahasa Arab.

Ketika di Tanya kesanggupannya dia hanya menjawab “Ya Sudahlah!” artinya M menyanggupinya. Ternyata dia juga bertemu kembali dengan temannya semasa di Pondok, yang juga ikut program tersebut. Padahal orang tua si L temannya tersebut tergolong orang kaya. Sedangkan yang satu lagi si Aan ibunya PNS. Dia juga merasakan kenapa mereka mau. Padahal L sendiri sudah kuliah di Unimal. Sebuah Universitas di Lhokseumawe.

Teman MTs yang tidak memadai tidak ada yang berminat, termasuk si Bahri dan si Ipul juga tidak mau mengambil keputusan untuk kuliah di Metro Lampung. Akhirnya semua peserta yang mendaftar Cuma 6 orang padahal yang diprlukan 10. Sebelum keberangkatan 10 hari setelah hari raya idul fitri. M juga sempat mencari uang dari neneknya dan sanak familinya. Namun sepertinya mereka menutup mata akan keberangkatannya 3 hari lagi. Mereka bukan memberikan bantuan malah menghinanya. Mematahkan semangatnya.

Seorang bekas guru ngajinya dulu mengatakan “bukan orang model kita yang bisa kuliah”, demikian terang wanah. Tidak ada satupun yang memberikan peluang untuknya. Dengan air mata dia menangis kenapa semua sanak family tidak peduli padanya. Padahal dia tidak meminta begitu saja. M Cuma meminta pinjam uang dan jika sudah ada nantinya di kembalikan. Tapi mereka memandang sebelah mata. Tidak ada arti saudara pada waktu itu. Sehingga M juga sempat berujar “jika keluarga sendiri saja sudah tidak peduli kepada saya, maka tidak pantas lagi saya tingal disini. Jika ini berhasil saya berangkat maka saya tidak akan pulang lagi” namun bundanya membantahnya.

“Ek hana tawoe keudeh, mama teuh hinoe.” (Kenapa tidak pulang kan mama masih disini). Demikian ungkapan ibunya sambil menangis memikirkan nasipnya yang tidak ada yang peduli dengan kemelaratannya. Kambing peliharaannya juga sudah habis dijual untuk mengurus akte kelahiran dan KTP si M. jadi tidak ada lagi uang untuknya, kecuali hanya ongkos dia pulang sampai di Lhokseumawe. Bagaimana dengan ke Lampung?. Dengan modal itu. “Ya Sudah”, katanya. Dia pun balik ke Panti Asuhan dalam duka cita. Sampai di panti asuhan rupanya berangkatnya masih jauh dan ustadz Saifuddin meminta izin kepada atasan Panti agar si M bisa tinggal disana.

Namun jawaban pak Lizan waktu itu sangat menyakitkan. Kata yang dikeluarkan memang sangat tidak cocok untuknya. Asai bek meu anuk cuco mantoeng di panti (Asal tidak beranak cucu saja di panti), demikian jawaban pak Lizan. Waktu itu dia menjabat sebagai seketaris. Dari sini saya ingat dengan bang dai yang bercita-cita membangun rumah untuk alumni Panti Asuhan. Saya rasa mungkin dia juga lebih dari itu mendapatkan siraman kata-kata yang panas bagaikan api kebakaran. Panti asuhan hanya menampung sampai tingkat SMA saja yang mereka biayai, untuk kuliah tidak ada.

Usatadz Saifuddin yang menjawab karena si M tertunduk membisu. Beliau tau bagaimana perasaannya sekarang. Dia tidak mungkin demikian karena sudah pasti berangkat. Ini program dari anaknya Pak TA. Demikian jawab Ustadz, meyakinkan. Tapi Pak Lizan pergi begitu saja sambil mengulangi kata-katanya yang tadi. Iyaa, asal tidak beranak cucu saja disini, tidak seperti si Jak, dai dan lainnya itu.

Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang, Sehingga dengan tidak diduga dia mendapatkan beasiswa anak yatim dari pemerintah 18 ratus ribu rupiah. Itulah uang untuk pergi ke Metro Lampung dan Kuliah di Akademi Da’wah Indonesoia (ADI) Lampung. Malam minggu itu menjadi malam yang panjang baginya karena bisa berangkat ke Medan. Besoknya harus segera naik pesawat terbang ke Jakarta bandara Soekarno Hatta.

M tidak banyak bicara dengan kehidupannya dia Cuma mengatakan “Ya Sudahlah!” saya yakin dia tidak bisa menceritakan semua peristiwa yang dialaminya. Dari kisah M ini kita dapat banyak pelajaran dia bersungguh berusaha untuk kuliah walau harus kerja paksa dan berat. Karena itu usaha adalah awal dari keberhasilan. Kita sebagai temannya Cuma bisa mengatakan selamat jalan M.

Kamu telah memberikan jawaban untuk kita bahwa “jika ingin kuliah buang semua alasan, jika beralasan maka jangan pikirkan kuliah”. Semoga dari kisah ini kita tidak lagi menghina orang lain. Karena orang yang kita hina itu belum tentu baik dari pada kita. Teman seangkatan di SD-Nya dulu tidak ada yang kuliah kecuali dia. Padahal mereka mengatakan kepadanya “jangankan kuliah, SD aja kamu tidak  akan bisa lulus”. Dan mereka bangga demgan dirinya. Merasa orang tuanya mampu, sehingga membuat banyak alasan untuk sekolah harus pakai motor atau sepeda. Tapi tidak bagi M dia harus bekerja keras untuk dirinya. Orang lain jajan di sekolah dia paling ada uang jajan dalam satu bulan tidak lebih dari sekali. Itupun uang temuan di jalan, kalau bukan! ya uang naik pinang. Karena orang taunya tidak mampu untuk memberikan jajan kepadanya. Itulah M, anak Idiot dan dodol tapi berhasil kuliah walau rumahnya basah ketika hujan turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun