[caption caption="Lilin-lilin pengantar doa keberuntungan dinyalakan dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2566 di Klenteng Dharma Ramsi, Cibadak, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (19/2/2016). Warga Tionghoa menyambut gembira dengan beramai-ramai mendatangi tempat ibadah Klenteng untuk berdoa dengan khidmat serta merayakannya penuh sukacita.(Kompas/Rony Ariyanto Nugroho)"][/caption]Tahun baru Imlek 2567 yang bertepatan pada 8 Februari 2016 telah berlalu. Segala usia larut dalam sukacita tahun baru Imlek ini. Tahun 2567 dalam penanggalan Tionghoa bertepatan dengan tahun Monyet Api. Tahun baru Imlek selalu punya cerita menarik tersendiri di setiap tahunnya. Lalu, apa saja yang menarik dari perayaan tahun baru Imlek 2016? Berikut ini tujuh ulasan pilihan yang diambil dari topik pilihan Perayaan Tahun Baru Imlek 2016.
1. Memaknai Tahun Baru Imlek
[caption caption="Umat Buddha menghaturkan Canang atau sesaji bunga di Vihara Dharmayana, Jalan Blambangan, Kuta, Badung, Bali, Minggu (7/2/2016).KOMPAS.COM/SRI LESTARI "]
[/caption]Semenjak 1965 hingga di penghujung 1980-an, tahun baru Imlek tidak dirayakan dengan bebas dan meriah oleh kalangan etnis China di Indonesia. Sementara itu, sekarang ini perayaan tahun baru Imlek diisi dengan berbagai acara, mulai acara kecil-kecilan di pedesaan sampai acara besar dan meriah di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Ada artis yang didatangkan dari luar negeri, ada barongsai keliling yang diarak sepanjang jalanan, ada petasan dan kembang api yang menghiasi udara di malam tahun baru Imlek. Bahkan Pemerintah menjadikan tahun baru Imlek sebagai hari libur nasional. Namun, ada pula persamaan antara perayaan tahun baru Imlek pada dua masa tersebut, yaitu masih dipertahankannya tradisi pemberian angpau karena itu adalah tradisi dari para leluhur. Demikianlah ulasan dari Wisnu AJ.
2. 5 Mitos Perayaan Imlek Ini Perlu Dipertahankan
[caption caption="Umat Tri Dharma Kota Magelang sedang membersihkan beberapa patung dan rupang di Klenteng Liong Hok Bio, Kota Magelang, Kamis (12/2/2015). (KOMPAS.com/Ika Fitriana)"]
[/caption]Menurut pandangan Saumiman Saud, karena Imlek adalah suatu hal yang sangat dinanti-nantikan bagi sebagian besar masyarakat Tionghoa, dalam hal penyambutannya pun harus dilakukan dengan maksimal. Menurutnya, hal-hal seperti membersihkan rumah sebelum hari H Imlek, larangan berkata-kata kotor di hari raya Imlek harus dipertahankan. juga tak lupa dengan berbagai hidangan khas Imlek seperti ikan bandeng, kue keranjang, sampai pembagian angpau adalah tradisi yang tak boleh terlewatkan. Menurut Saumiman, hal-hal yang baik yang telah menjadi tradisi patut untuk dipertahankan agar kelak generasi penerusnya bisa melestarikan tradisi dalam perayaan Imlek.
3. Imlek untuk Aplikasikan Hidup Berbagi
[caption caption="Sejumlah lansia dari warga Thionghoa baris untuk menerima angpau di Kelenteng Tai Kak Sie, jalan Gang Lombok, Kawasan Pecinan, Kota Semarang, Jateng, Minggu (31/1/2016). Sebanyak 1200 lansia setia tahunnya mendapatkan bantuan dana kurang lebih Rp 200 ribu per orang dari kelenteng untuk kebutuhan ibadah saat Imlek datang. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan) "] [/caption]Tjiptanata Effendy menuturkan bahwa Imlek adalah momentum berbagi. Maksudnya, tradisi pemberian angpau adalah momentum berbagi dari seseorang yang secara finansial berkecukupan kepada keluarga atau kerabat yang kurang mampu karena berbagi itu wujud saling mengasihi antara sesama manusia. Sesama manusia tidak boleh dibeda-bedakan. Jadi, Imlek tak sekadar perayaan mewah nan meriah, tapi juga terselip rasa syukur yang mendalam kepada Sang Mahakuasa. Pasalnya, hakikat kebahagiaan sejati adalah apabila bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain.
4. Bandeng, Ikan Primadona Imlek
[caption caption="Pedagang menunjukkan ikan bandeng khas Imlek yang siap dijual di Pasar Rawa Belong, Jakarta, Jumat, (5/2/2016). Memasuki H-3 Tahun Baru Imlek pedagang musiman ikan bandeng khas Imlek sudah mulai menjajakan dagangannya di sepanjang Jalan Rawa Belong. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN"]
[/caption]Menurut pandangan Trisno Utomo, ikan yang menjadi primadona Imlek tak lain dan tak bukan adalah bandeng. Konon menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, bandeng yang memiliki duri besar diibaratkan tantangan dalam melewati berbagai ujian, dan tantangan-tantangan yang besar tersebut harus bisa dilewati oleh setiap umat manusia. Maka dari itu, etnis Tionghoa memercayai bahwa jika menyantap bandeng di hari raya Imlek, tantangan sesulit dan sebesar apa pun akan bisa dilewati.
5. Melebur dalam Kebaikan: Gong Xi Fa Cai!
[caption caption="Merayakan tahun baru Imlek bersama teman-teman kantor. (dokumentasi Denina"]
[/caption]Lain halnya menurut Denina, kompasiner ini menuturkan bahwa tradisi kumpul-kumpul pada tahun baru Imlek tidak hanya bisa dilakukan dengan keluarga besar, tetapi dengan teman kantor pun sangat baik dilakukan. Apalagi untuk para pekerja di luar negeri yang para pegawainya tidak merayakan imlek bersama keluarga besarnya di Tanah Air. Tidak ada lampion, tidak ada baju baru, tidak ada angpau, tidak ada makanan-makanan yang super enak, tapi mereka semua melebur dalam perayaan yang sesungguhnya tidak lagi melihat sekat bangsa itu. Satu dalam perbedaan.
6. Mengenal Serba-serbi Imlek Sambil Dikejar Barongsai
[caption caption="Kue Keranjang, makanan khas Imlek. (KOMPAS/RADITYA HELABUMI)"]
[/caption]Menurut Kompasianer Harrys Simanungkalit, selain pemberian angpau yang selalu terjadi dari tahun ke tahun, pada saat perayaan tahun baru Imlek, kudapan yang harus tersedia adalah kue keranjang. Mengapa? Selain rasanya yang manis dan legit, kudapan ini juga disukai segala usia. Ornamen khas Imlek pun tidak boleh ketinggalan, seperti Lentera dan Dewa Penjaga Pintu. Menurut kepercayaan etnis Tionghoa, ornamen-ornamen yang terpampang pada tahun baru Imlek mempunyai nilai historis yang tinggi sehingga harus ada dalam setiap perayaan Imlek.
7. Beginilah Perayaan Imlek di Tiongkok
[caption caption="Deretan lampion pada tahun baru Imlek di Tiongkok. (dokumentasi Syasya Mam)"]
[/caption]Menurut Syasya Mam, di negara China sendiri, yang mayoritas penduduknya merayakan tahun baru Imlek, hari tersebut dirayakan dengan penuh kemeriahan. Di Shandong misalnya, masyarakat di sana biasanya libur pada saat hari H tahun baru Imlek sampai hari kedelapan perayaan Imlek. Pemandangan arus mudik seperti yang terlihat di Indonesia saat menjelang Idul Fitri akan terlihat pula di China. Di stasiun, bandara, dan pelabuhan padat penumpang yang hilir-mudik untuk pulang ke kampung halaman.
Selain itu, perayaan Imlek terlihat maksimal, seperti pemasangan lampion di sepanjang jalan, pemasangan ornamen dengan warna merah dan emas, berbagai bunga hias, ataupun ornamen khas Imlek lainnya, seperti gantungan ikan emas sudah terlihat ramai dijual dan dipasang. Tampaknya memang tahun baru Imlek tidak boleh terlewatkan bagi warga negara China.
Demikianlah serba-serbi tahun baru Imlek 2016 yang ditorehkan dalam catatan Kompasianer. Semoga di tahun ini, kita semua mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan yang melimpah, serta bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari tahun sebelumnya. (DW)