[caption id="attachment_319620" align="aligncenter" width="640" caption="Perayaan Tahun Baru Imlek Ditahun Kuda (Fhoto WAJ)"][/caption] Bagi orang orang turunan Chinazaman dahuludi era Orde Baru yang hidup di Indonesia, sepertinya mempunyai kepuasan tersendiri, karena mereka bisa membandingkan kondisi zaman Orde Baru dengan Zaman sekarang Repormasi dikala mendekatiPerayaan Hari RayaImlek (Gong Xi Patcai ).Ramainya pernak pernik Imlek yang di jual seperti lampion, bunga Meihua, Angpao yang dipajang disepanjang pertokoan maupun di mall di kota kota besar terlihat megah.
Tahun 1965-an dimasa Orde Baru hingga di penghujung tahun 1980-an menjelang masuknya zaman repormasi, perayaan Imlek tidak semeriah dan seramai sekarang ini. Dijaman Orde Baru perayaan Imlek hanya di rayakan keluarga turunan China yang ada di Indonesia layaknya seperti terbatas dan setengah tertutup. Perayaan Imlek zaman itu tidak di meriahkan dengan Barongsai , tidak ada kembang api, atau lampion dan hiasan pernak pernik Imlek terpasang dirumah rumah maupun di pertokoan dan mall-mall dikota besar.
Sekololahpun tidak diliburkan, meskipun disekolah itu ada anak anak turunan China yang menuntut Ilmu disekolah itu. Hanya ada kebijakan sekolah khusus bagi siswa yang akan merayakan Imlek mereka di beri izin untuk libur selama tiga hari. Begitu juga dengan perkantoran pemerintah maupun swasta juga tidak mencantumkan hari libur pada saat perayaan Imlek. Termasuk perusahaan perusahaan, juga tidak meliburkan kariyawannya. Hanya memberi izin untuk libur tiga hari bagi kariyawannya yang kebetulan turunan etnis China yang akam merayakan Imlek.
Begitulah suasananya perayaan Imlek di jamannya Orde Baru. Ketatnya peraturan pemerintah yang di terapkan pada zaman itu membuat perayaan Imlek menjadi agak tertutup. Perayaan Imlek dirayakan hanya sebatas di lingkungan keluarga dari rumah kerumah saling datang mendatangi. Kemudian melakukan ritual Imlek di vihara. Setelah itu tiga hari berlalu bagi mereka yang sekolah kembalikebangku sekolah dan bagi mereka yang bekerja di perkantoran dan perusahaan kembali beraktifitas. Sepertinya Imlek di lalui tanpa kesan. Begitulah dari tahun ketahun dimasa Orde Baru.
Sekarang di zaman repormasi, perayaan Tahun Baru imlek di rayakan dengan cukup meriah bagi kalangan etnis China di Indonesia. Perayaan Imlek sekarang dapat di rayakan dimana saja dengan secara bebas. Imlek sekarang tidak lagi membatasi warga turunan China untuk merayakannya. Makanya perayaan Imlek sakarang di isi dengan berbagai acara, mulai dari acara kecil kecilan dipedesaan, sampai acara besar dan meriah di kota kota besar yang ada di Indonesia. Ada artis yang di datangkan dari luar negeri, ada Barongsai keliling yang di arak sepanjang jalanan, ada petasan dan kembang api yang menghiasi udara di malam Imlek. Bahkan Pemerintah menjadikan Tahun baru Imlek sebagai hari libur nasional.
Sekolah perkantoran dan perusahaan perusahaan, Negeri maupun sewasta, tidak lagi memberikan kebijaksanaan sendiri sendiri bagi siswa, pegawai dan kariyawan untuk libur pada hari Raya Imlek. Tapi melainkan sudah diatur oleh pemerintah dengan menjadikan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur Nasional.
Adanya kebebasan yang di berikan oleh Pemerintah bagi ummat yang merayakan Tahun Baru Imlek, tidak lagi menjadi diskriminasi bagi kaum minoritas yang tinggal di Indonesia untuk menjalankan ibadah agamanya. Persamaan hak hak bagi setiap rakyat di negeri ini tidak lagi membelenggu setiap ummat yang minoritas melaksanakan kemeriahan acara acara agamanya. Perayaan Imlek sekarang sudah sama dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri (lebaran) bagi Ummat yang beragama Islam, Natal dan Tahun Baru bagi ummat yang beragama Kristiani.
Kalau menjelang Lebaran, Natal dan Tahun Baru, ada istilah Mudik (pulang kampung) dan pada saat ini warga etnis turunan China juga melakukan hal yang sama pada saat perayaan Tahun Baru imlek. Mereka sudah tidak takut lagi untuk pulang kampung secara berbondong bondong. Perusahaan transportasi, dan Pemerintah juga sibuk menyiapkan alat transportasi seperti kenderaan umum, bus, kereta api, pesawat udara dan laut juga di siapkan untuk mengantisipiasi lonjakan mudik disaat menjelang datangnya perayaan tahun baru Imlek dan sesudahnya. Pendek kata perayaan Tahun Baru Imlek itu sudah sama kebebasannya dengan perayaan lebaran , Natal dan Tahun Baru.
Yang Tidak berobah :
Walaupun perayaan Tahun Baru Imlek banyak yang berobah dalam merayakannya, namun dalam pelaksanaan ritualnya tetap tidak berobah. Tradisi memberi dan menerima Angpao, kue keranjang (kue bakul) memakai baju baru, sembayang divihara dan kunjung mengunjungi sanak saudara di mana yang muda mengunjungi yang tua, dalam setiap perayaan Imlek dari dahulu dan sampai sekarang tradisi itu tetap tidak berobah, dan sampai kapanpun tradisi ini tetap akan mereka pertahankan.
Menurut teman penulis yang warga turunan etnis China mengatakan, pemberian Angpao, kue keranjang hal ini sudah mentradisi dari leluhur mereka. Baik sewaktu zaman dahulu kala di negeri Tirai Bambu maupun di Indonesia. Tradisi memberi dan menerima ini sebenarnya bukan saja di lakukan oleh ummat Budha yang sedang merayakan Tahun baru Imlek, tapi juga di lakukan oleh ummat agama lain di Indonesia. Seperti ummat Islam ketika merayakan Idul Fitri juga melakukan pemberian uang kepada anak anaknya serta sanak sauadaranya.
Berbicara mengenai Angpao (amplop merah berisi uang) bagi kaum Tiohoa mempunyai makna tersendiri. Angpao berwarna merah pertanda sukacita atau kebahagiaan, sedangkan warna putih melambangkan dukacita. Berbagi Angpao pada perayaan Tahun Baru Imlek menjadi symbol berbagai berkat dan rasa suka cita kepada orang lain.
Angpao pada zaman dahulu tidak banyak ragam jenisnya, tidak ada gambarnya, walaupun sebenarnya warna dan gambar tidak menjadi masalah, yang penting adalah makna dari symbol berbagi yang ada pada tradisi pemberian Angpao sekalipun bahwa isi Angpao itu tidak tergantung dari besar kecilnya uang yang ada di dalam. Sekarang bentuk Angpao itu beragam warna dan gambar. Mulai dari gambar hewan yang melambangkan Tahun baru Imlek yang di rayakan, sampai kepada lambang percintaan bagi kaula muda. Dan harganya juga berpariasi.
Berbagi Angpao dalam perayaan Imlek bukan hanya kepada anak anak, tapi juga kepada remaja dan orang tua atu yang lebih dituakan. Dan yang uniknya sekalipun anaknya itu sudah berkeluarga, sang orang tua juga memberi Angpao kepada anaknya dan menantunya serta cucu cucunya jika anaknya itu sudah punya anak. Karena dalam tradisi leluhur warga turunan China pemberian Angpao tersebut sebagai bekal kesuksesan yang di berikan untuk anak anaknya memasuki tahun yang baru.
Selain saling memberi Angpao yang di lakukan setiap perayaan Tahun Baru imlek, Angpao juga identic dengan buah jeruk. Banyaknya buah jeruk di rumah juga merupakan tradisi dalam perayaan Imlek. Kulit jeruk yang mendekati warna emas menjadi lambang keberuntungan. Sehingga berbagi jeruk menjelang Imlek menjadi lambang berbagai keberuntungan ditahun yang baru.
Makna Imlek :
Hari Raya Imlek bagi warga Turunan China mempunyai makna yang sacral. Sama seperti Idul Fitri bagi Ummat yang beragama Islam. Imlek di jadikan sebagai perekat silaturahmi antara tetangga baik itu yang bukan merayakannya maupun yang sedang merayakannya. Mempererat hubungan keluarga dan sanak saudara. Karena pada hari pertama Imlek di gunakan untuk berkumpulnya keluarga. Selain itu para orang tua dan yang dituakan pada hari pertama Imlek akan tetap diam dirumah menunggu yang muda muda mengunjunginya. Setelah itu, beberapa hari setelah Imlek dirayakan, barulah yang yang tua tua ini berpergian mendatangi saudara kerabat dan handai tolan lainnya yang lebih tua dari dia. Begitulah seterusnya sampai perayaan Imlek berakhir.
Perayaan Imlek biasanya dirayakan pada tanggal 15 bulan 1 pada penanggalan Imlek. Untuk Tahun ini di Indonesia perayaan Hari Raya imlek dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2014. Suasana Imlek itu sudah mulai terlihat sepuluh hari menjelang dilakasanakannya Perayaan Hari Raya Imlek itu. Pernak pernik Imlek mulai terlihat menghiasi toko toko dan mall mall yang ada di kota kota besar di Indonesia. Bahkan berbagai acara untuk menyambut datangnya Tahun Baru Imlek itupun sudah mulai digelar dengan cukup meriah. Inilah bedanya Imlek dijaman Orde Baru dengan zaman Repormasi. Imlek dizaman Repormasi cukup meriah dan bebas dalam merayakannya.
[caption id="attachment_319621" align="aligncenter" width="640" caption="Barongsai Memeriahkan Tahun Baru Imlek (Fhoto WAJ)"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H