Mohon tunggu...
Amnan Alfasya IM
Amnan Alfasya IM Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNISSULA

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hikmah Psikologis Puasa

8 Maret 2024   02:53 Diperbarui: 10 Maret 2024   00:23 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hikmah Psikologis Puasa

Lapar dan Keinginan

Diketahui, tidak ada pengaruh lapar dalam mengobati keinginan-keinginan serta tubuh yang menderita sakit. Para ilmuwan Eropa mengunakan puasa sebagia terapi pengobatan penyakit ini.

Berkaitan dengan hal ini, dr. John Dart mengatakan, "Kaum agamawan telah lebih tahu keutamaan lapar. Lalu dijadikan lapar sebagai dasar keyakinan mereka. Seseorang dalam keadan lapar, keinginan akan meningkat tajam, kokoh melebihi gunung, dan lebih terang dari pada bintang. Dengnan demikian, rahasia puasa tampak nyata bagi orang orang terdahulu daripada kini. Mereka berjuang sepenuh jiwa tanpa mengenal bosan dan lelah, mereka taklukan negeri-negeri dan mengalahkan musuh. Semua itu karena pada diri mereka tumbuh keinginan dan harapan serta keyakinan kuat.

Puasa dan Kesehatan Jiwa

Menurut sebagian peneliti, "Status manusia berada diantara binatang dan malaikat. Manusia tidak lebih baik daripada binatang kecuali dengan cahaya akal, juga tidak lebih rendah daripada malaikat kecuali jika menempuh jalur syahwat. Jika manusia terbenam menuruti kehendak nafsu, ia condong kepada binatang, namun jika mampu melawan, jiwanya akan meningkat mencapai derajat malaikat.

Kala orang yang melaksanakan  puasa meninggalkan makan dan minum, ia menjauhi tabiat bumi yang termanifestasi dalam kebutuhan-kebutuhan fisiknya. Kebutuhan-kebutuhan fisik inilah yang menghalangi laju pertumbuhan jiwa menuju alam cahaya.

Ironisnya, kita tidak tahu ada apa dibalik puasa. Yang kita tahu kalau puasa adalah meninggalkan makan dan minum di siang hari, lalu semua yang tidak bisa kita dapatkan di siang hari itu, kita bisa mendaptkan gantinya di malam hari.

Artinya, kita berpuasa tidak mencuci untuk jasmani dan menyuburkan ruhani, tapi baru sebatas gugur kewajiban. Manusia adalah jiwa dan raga . Dr. Yusuf Qaradhawi mengatakan "Manusia adalah jiwa yang tinggi, dan raga yang rendah. Raga dalah rumah dan jiwa adalah penghuninya."

Raga ibarat kendaraan, dan jiwa adalah pengemudinya. Rumah didesain tidak untuk rumah itu sendiri, demikian pula kendaraan tidak untuk dirinya. Namun rumah didesain untuk kemaslatan penghuninya, dan kendaraan untuk kemanfaatan pengemudinya.

Anehnya, betapa banyak keturunan Adam yang melalaikan dirinya, dan lebih memedulikan rumahnya; menjadikan dirinya sebagai pelayan untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, dan melalaikan jiwanya; menghamba pada raga, hanya demi raga bekerja; beraktifitas hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik duniawi, di seputar perut dan syahwat.

Filsafat Puasa

"Jarang ada pembahasan yang lengkap mengenai falsafah dan hikmah puasa. Secara fisik hanya merupakan bagian dari catatan medis dan tata cara penerapannya. para medis tidak sampai menyentuh taraf hakikat atas catatan yang dibuatnya."

Hari-hari bulan Ramadhan ibarat 30 butir (obat) yang dikonsumsi setiap tahun untuk penguatan lambung, penyucian darah, dan perawatan mesin pencerna tubuh. Namun bukan itu yang dimaksudkan di sini, akan tetapi kita akan mengambil inspirasi Islam yang mewajibkan puasa bagi penduduk bumi sebagai faktor yang mengukuhkan ide manusia, agar tidak terjadi perubahan jiwa akibat peristiwa yang datang silih berganti.

Kesetaraan

Puasa merupakan wujud kesetaraan ruhani yang dikehendaki syariah pada manusia, baik bagi si kaya maupun si miskin sebagaimana kesetaraan individu dalam shalat yang diwajibkan Islam bagi setiap muslim serta kesetaraan sosial dalam kewajiban ibadah haji bagi orang yang mampu melaksanakannya.

Kesetaraan ini ditujukan mengiringi jiwa manusia dengan tindakan nyata, bahwa ada kehidupan sejati di balik kehidupan dunia yang nisbi, hanya bisa terhujud dengan kesamaan rasa pada manusia, bukan saat berbeda. Yaitu saat bersama merasakan keprihatinan, bukan saat berkompetisi mengikuti keinginan (nafsu) yang beragam.

Perbedaan Kebutuhan (perut)

Jika kita perhatikan, pada hakikatnya tidak ada perbedaan dalam hal akal, nasib, martabat dan kepemilikan. Perbedaan terletak pada kebutuhan perut dan pengaruhnya terhadap akal dan perasaan. Bencana yang menimpa manusia berasal dari perut yang memicu tindakan akal di muka bumi. Ketika terjadi perbedaan antara perut dan otak, perut akan menjulurkan kekuatan pencernaannya yang tidak mampu diredam.

Di sini puasa berfungsi memberikan pendidikan dan pelatihan, dan menjadikan manusia setara, satu rasa, memberikan batasan antara perut dan materi (yang dibutuhkan), meredam segenap perangkat saraf di dalam tubuh untuk menerima makanan dan berbagai kenukmatan lainnya, bahkan hingga hisapan asap rokok.

Kasih Sayang Tumbuh dari Keprihatinan

Di antara prinsip ilmu jiwa adalah bahwa rasa kasih sayang timbul dari keprihatinan. Inilah sebagian rahasia puasa yang agung berkaitan dengan aspek sosial. Dengan berpuasa seseorang  benar-benar mencegah dirinya dari makanan atau serupa makanan agar tidak masuk ke perut. Dia melakukannya semata hanya ingin menaati perintah Allah. Ini adalah cara praktis mengembangkan kasih sayang dalam diri. Tidak ada cara lain yang lebih praktis selain musibah atau bencana. Namun antara keduanya terdapat perbedaan yang besar. Cara pertam (yaitu dengan berpuasa) adalah cara yang bijak, sementara yang kedua adalah cara yang buta. Cara pertama adalah cara untuk orang-orang yang khusus, sementara cara yang kedua adalah cara orang awam. Cara yang pertama adalah cara yang teratur, sedangkan cara yang kedua adalah cara yang membabi-buta.

Ketika kasih sayang orang kaya yang lapar kepada orang miskin yang lapar teruwujud, maka rasa kemanusian yang ada dalam diri setiap manusia akan mempunnyai kekuatan dan mereka bisa mengontrol keinginan jiwa terhadap materi. Orang kaya akan mendengar suara orang miskin dalam sanubarinya, "Berilah aku kasih sayangmu." Kemudian dia tidak lagi mendengar suara harapan tetapi perintah dari dalam diri yang harus dituruti dan direspon. Seperti seorang yang terkena musibah menghibur orang-orang yang senasib.

Bulan Kesehatan

Adakah mukjizat perbaikan yang lebih menakjubkan dari pada mukjizat yang telah dibawa oleh Islam, yang telah menetapkan untuk menghapus sejarah perut selama 30 hari setiap tahunnya dan diganti dengan sejarah jiwa yang agung?

Saya yakin bahwa ada rahasia kesehatan yang tersembunyi dalam puasa yang diwajibkan selama satu bulan setiap dua belas sekali. Rahasia kesehatan ini tanpak dalam tugas-tugas jiwa bagi tubuh dan tugas-tugas tubuh bagi jiwa. Bulan tersebut adalah bulan kesehatan yang telah diwajibkan dalam ilmu kedokteran setiap tahunnya untuk masa istirahat tubuh, pengeluaran racun-racun, perubahan pola hidup, dan agar terjadi perbaikan syaraf-syaraf dalam tubuh. Barangkali hal itu muncul karena adanya hubungan antara sistem dalam peredaran darah di tubuh manusia dengan pergerakan bulan, sejak bulan masuk hilal sampai mengecil kembali. Pembuluh darah akan membesar pada setengah bulan pertama, seakan sedang pasang karena pengaruh cahaya bulan dan akan terus dalam kondisi seperti itu selama cahaya bulan semakin penuh. Kemudian akan mengempis (surut) pada setengah bulan kedua. Jika terbukti bahwa bulan memiliki pengaruh terhadap munculnya penyakit-penyakit syaraf dan dalam pasang surutnya darah, maka ini adalah hikmah yang paling menakjubkan dari penetapan puasa pada bulan qamariyah.

Meredam Keinginan

Antara terlihatnya hilal bulan puasa dan diwajibkannya puasa karena melihat hilal tersebut terdapat makna yang dalam. Bersama dengan ditetapkannya hilal bulan puasa, maka itu menandakan telah ditetapkannya kehendak dan telah dinyatakan secara kuat untuk berpuasa. Cahaya langit seakan memancar dalam mengingatkan semua umat manusia secara umum tentang diwajibkannya kasih sayang, kemanusiaan dan Kebajikan.

Dari sini ada hikmah yang besar dari hikmah-hikmah puasa, yaitu fungsi puasa dalam mendidik kehendak dan menguatkannya dengan cara ilmiah. Puasa melatih seorang untuk meninggalkan syahwat dan kenikmatan hewani dengan kemauan sendiri. Dengan tetap teguh untuk mencegah diri dari hal yang membatalkan puasa dan bersiap dengan kehendaknya, bersabar dengan ahlak kesabaran, serta melakukan dengan sebaik-baik jalan spiritual untuk mendapatkan pemikiran yang teguh dan kokoh yang tidak akan berubah dan tidak akan dikalahkan oleh keinginan-keinginan insting.

Training Ruhani

Musthafa Shadiq Ar-Raf,i melanjutkan, "Demi Allah, seandainya puasa yang islami ini bisa dilaksanakan oleh seluruh penduduk bumi, pasti makna puasa akan menjadi revolusi umat manusia selama sebulan penuh dalam setahun untuk membersihkan dunia dari kenistaan, kerusakan, menghapus sikap egois dan pelit." Puasa menjadi materi psikologis yang bisa di pelajari penduduk bumi secara aplikatif selama bulan puasa tersebut. Sehingga setiap orang laki-laki atau perempuan, bisa menengok kedasar jiwanya untuk menguji makna membutuhkan dan kemiskinan dalam pikirannya. Dan supaya bisa memahami makna-makna kesabaran, keteguhan dan kemauan dalam dirinya. Dengan begitu dia bisa mencapai derajat kemanusiaan, egaliter dan kebaikan, sehingga akan terhujud nilai-nilai persaudaraan, kebebasan dan persamaan yang hakiki.

Semua yang saya sebutkan dalam tulisan tentang filsafat berpuasa ini, saya sarikan dari ayat,

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al-Baqarah 2:183).

Para ulama telah memahami kandungan ayat ini bahwa di antara makna takwa adalah berpuasa.

Saya mengintrpretasi ayat ini sebagai berikut, bahwa takwa berasal dari ittiqa' (menjaga diri). Dengan puasa seseorang menjaga dirinya agar tidak menjadi seperti binatang yang aturan hukumnya adalah hukum perut dan supaya tidak berinteraksi di dunia dengan materi-materi hukum perut tersebut. Dengan berpuasa masyarakat akan terjaga kemanusiaan dan esksitensinya, sehingga hubungan antar manusia tidak seperti hubungan keledai dengan manusia yang kekuatannya bisa dibeli dengan seikat rumput.

Ar-Rafi'i melanjutkan, "Semua yang saya jelaskan adalah menghidari bahaya untuk mendatangkan manfaat, dan menghidari kenistaan untuk mendatangkan keutamaan. Dengan interpretasi seperti ini, tidak ada yang menjelaskan makna puasa dengan ungkapan yang lebih ringkas dan sempurna seperti ayat tersebut. Puasa menjadi aturan sosial umat manusia secara umum. Dengan masyarakat bisa melindungi diri dari keburukan dirinya. Dunia tidak akan teratur jika tidak ada undang-undangn yang ditaati berupa hukum yang universal yang namanya puasa."

Betapa agungnya engkau wahai bulan Ramadhan! Seandainya seluruh penduduk bumi mengenalmu dengan sebenar-benarnya, pasti mereka akan menyebutmu, "Training ruhani tiga puluh hari."

Referensi dari Buku Manfaat Luar Biasa Puasa, Medis, Psikologis & Spritual, karya Ali Wasil El Helwany

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun