Para ulama telah memahami kandungan ayat ini bahwa di antara makna takwa adalah berpuasa.
Saya mengintrpretasi ayat ini sebagai berikut, bahwa takwa berasal dari ittiqa' (menjaga diri). Dengan puasa seseorang menjaga dirinya agar tidak menjadi seperti binatang yang aturan hukumnya adalah hukum perut dan supaya tidak berinteraksi di dunia dengan materi-materi hukum perut tersebut. Dengan berpuasa masyarakat akan terjaga kemanusiaan dan esksitensinya, sehingga hubungan antar manusia tidak seperti hubungan keledai dengan manusia yang kekuatannya bisa dibeli dengan seikat rumput.
Ar-Rafi'i melanjutkan, "Semua yang saya jelaskan adalah menghidari bahaya untuk mendatangkan manfaat, dan menghidari kenistaan untuk mendatangkan keutamaan. Dengan interpretasi seperti ini, tidak ada yang menjelaskan makna puasa dengan ungkapan yang lebih ringkas dan sempurna seperti ayat tersebut. Puasa menjadi aturan sosial umat manusia secara umum. Dengan masyarakat bisa melindungi diri dari keburukan dirinya. Dunia tidak akan teratur jika tidak ada undang-undangn yang ditaati berupa hukum yang universal yang namanya puasa."
Betapa agungnya engkau wahai bulan Ramadhan! Seandainya seluruh penduduk bumi mengenalmu dengan sebenar-benarnya, pasti mereka akan menyebutmu, "Training ruhani tiga puluh hari."
Referensi dari Buku Manfaat Luar Biasa Puasa, Medis, Psikologis & Spritual, karya Ali Wasil El Helwany
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H