Mohon tunggu...
Ammy Kudo
Ammy Kudo Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik AUD

Penulis, pendongeng, dan pendidik AUD

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hebatkan Anak Indonesia Gegara HP

12 Maret 2019   06:46 Diperbarui: 12 Maret 2019   07:53 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Brug! Tiba-tiba Dani melempar  Hpnya ke atas kasur.  

"Bunda, ini Senin, yah!" teriaknya panik. Yaah! Ini hari Senin. Aku menjadi petugas upacara bendera, gumamnya pelan.  Buru-buru, Dani pergi mandi dan siap-siap berangkat ke sekolah. Beruntung masih sempat shalat Subuh dengan terburu-buru dan sarapan sambil berlalu.

"Jam 6 aku harus sudah di sekolah, Bunda." Kata Dani menjawab keheranan wajah Bunda. "Oh, Bunda kira kamu libur. Dari tadi kamu main HP terus," sahut Bunda, pura-pura empati. Sambil tersipu malu, Dani pamit dan segera berangkat ke sekolah.

HP dan Dani bagaikan perangko dengan amplop. Nempel terus! Kecuali kalau ke sekolah tentunya. Bunda sudah sering emngingatkan. Sederet janji sudah Dani ikrarkan. Tapi sejuta alasan selalu juga Dani utarakan. Bunda hanya bisa menghela nafas, berharap semua bisa tuntas.

Sepulang sekolah Dani harus mengikuti sekolah musik. Letak sanggar lesnya dekat dengan sekolah. Sengaja,  supaya Dani dapat hadir tepat waktu dan bisa mengasah bakatnya dengan maksimal, karena tempatnya mudah dicapai tanpa lelah.

Ah pulang dulu deh, paling juga Kak Agam telat, pikir Dani. Biasanya siang-siang begini Bunda tidak di rumah. Bunda Dani punya toko kue di komplek sebelah. Asyiik, bisa main Hp lagi.

Sesampainya di rumah, Dani kaget.

"Lho Bunda enggak ke toko?" tanya Dani heran.

"Lho Dani kok pulang? Bukannya ini jadwal kamu les musik?" Bunda malah balik tanya.

"Hehehe iya sih. Tapi Dani mau bawa HP ah." Dani mulai beralasan.

"Eh, HP? Untuk apa?"  Bunda mengerenyitkan dahinya, heran.

"Eng, iya Bunda, anuu.. eng, bentaaar aja... Dani mau lihat tugas dari Ibu guru." Hmm, Bunda mencium gelagat tidak baik.

"Dani, ingat yah, kamu boleh main game di HP mu itu pada hari libur saja." Kata Bunda wanti-wanti. "Iya Bunda, Dani ingat!"

Bunda biarkan Dani masuk ke kamarnya mengambil HP, lalu berangkat ke tempat les musiknya.

Di jalan Dani bertemu dengan Rian dan Ari.

"Mau kemana Dan?' Tanya Ari.

"Les Musik. Kalian mau ke mana?" Dani balik tanya. Enak  banget pulang sekolah bisa main,' pikirnya.

"Main game Race Off di rumah Ari," jawab Rian.

"Wiih aku juga dah main. Kemarin minggu sudah tambah koleksi Hot wheelsnya." Pamer Dani.

"Wah hebat kamu," Ari kagum.

"Ya iya lah.."

"Mana coba aku liat," Ari penasaran.

"Sebentar yah, aku mau pergi les nih."

"Ih, sebentar aja lah Dan." Sergah Ari.

Akhirnya Dani ikut ke rumah Ari. Setibanya  di rumah Ari, Ibu Ari menyurruh Ari membersihkan kandang Milo, kucingnya.  Dani dan Rian menunggu di kamar Ari. Sambil menunggu Ari, Dani memperlihatkan game Hot wheelnya pada Rian.

"Aku enggak boleh main sekarang, aku mau les," kata Dani.

"Enggak lah, aku juga enggak mua main. Cuma lihat doang," kilah Rian.

Duh Ari mana yah, lama sekali. Dani mulai gelisah. Tapi Rian terus menerus menanyakan cara bermain games itu. Dani memberi rahu sambil memberi contoh.

"Eh itu ada Ipad nya Ari. Di instal aja di situ," saran Dani. Ipad Ari yang tergeletak di meja belajar dinyalakan, lalu mereka sibuk memngisntal. Wifi di rumah Ari cukup kuat. Dan akhirnya mereka terlibat permainan yang seru.

"Masya Allah!" Dani melempar Hpnya ke atas kasur Ari. "Aku harus les!"

Bergegas Dani merapikan tas dan melangkah keluar kamar Ari.

"Assalamu alaikum Rian, aku pergi dulu."

"Wa alaikum salam," jawab Rian tak peduli.

Dani bergegeas keluar rumah, sambil berpamitan pada Ari yang masih sibuk. Sesampainya di luar...

Yaah Hujaaa..!!!

Tapi Dani harus nekat. Ia sadar ini adalah gara-gara kelalaiannya tidak menjaga waktu dengan baik. Setengah berlari ia menuju tukang ojeg pangkalan, minta diantar ke tempat les.

Sesampainya di sana, Kak Agam sudah mengucapkan kata-kata penutup.

"Jangan lupa, berlatih di rumah yah." Satu persatu teman lesnya keluar dari kelas dan pulang.

Arrgh, Dani menepuk jidatnya perlahan. Kak Agam menatap Dani heran.

"Kenapa Dani? Kakak kira kamu tak ikut acara konser pekan ini." Kata Kak Agam tegas.

Konser? Ah yah, Jumat malam ada acara konser di hotel IBIS, kenapa aku lupa?

"Maaf Kaka, eng anuu.. Dani lupa. Tapi, apakah Dani boleh ikutan? " katanya sedikit memohon.

"Oh. Tapi komposisi pemainnya sudah pas sekali tadi. Kakak kira kamu tidak berminat ikut. Ini kan konser kecil-kecilan. Kamu kan pemain hebat. Hanya konser besar saja yang kamu ikuti. Iya kan Dani?" ujar Kak Agam samabil membereskan partitur lagu di atas meja.

"Enggak kakak! Enggak .. ! Dani tidak bermaksud begitu!"

"Tapi dari yang kakak liat selama ini Dani selalu begitu. Konser kecil kamu tak hadir, konser besar kamu semangat," Kak Agam duduk memnghadap Dani, menatapnya dengan tajam.

Astaghfirullah. Dani mencoba mengingat ingat kembali.

"Iya yah.. ?!" Dani menyeringai kecil. "Maaf Kaka, tadi Dani main game dulu dengan teman-teman.."

"Dani, tadi sebetulnya Kakak butuh kamu untuk menjadi leader di acara konser kita ini. Coba lihat di HP mu berapa kali kakak telepon?" Dani segera membuka HP nya. Lima kali Bunda misscalled dan tujuh kali kak Agam misscalled.

Dani menyesal,  kenapa tadi mampir ke rumah Ari?  Lantas  dia terjebak untuk bermain game?  Tapi penyesalan tak berguna. Dani harus berubah.

"Kaka Dani minta maaf," katanya lirih.  "Tapi Dani minta diijinkan ikut dalam acara konser besok."

Kak Agam emamandang Dani. Ada rasa iba, tapi Kak Agam harus menghargai anak-anak muridnya yang sudah bersusah payah latihan.

"Baiklah Dani, Kak Agam mau melihat kesungguhan hati Dani. Dani boleh datang ke tempat konser."

"Alhamdulillah!!" Dani bersorak riang. "Boleh minta partiturnya kak?"

"Hmm, tak usah. Pokoknya kamu datang."

Apa? Tak usah? Berarti ikut konser tanpa berlatih? Tak mungkin! Dani penasaran apa maksud kak Agam. Dani yakin kak Agam mau meberinya kejutan.

Kak Agam kan sudah tahu kemampuan aku, pikir Dani berbangga hati. Aku kan mahir main biola aneka macam lagu. Gampang lah.

Tibalah saat konser. Dani memakai kaos sekolah musiknya, dilengkapi dengan jas tuxedonya. Lengkap dengan sepatu dan kaos kaki. Dani datang ke lokasi konser tepat pada waktu yang dijanjikan.

"Dani!"  panggil kak Agam. "Sini! Tolong bantu angkat sound system ini yah!" ajak Kak Agam.  "O ya, tuxedo dan biola kamu simpan saja di kursi, dekat tas kakak."

Dani heran, biasanya kak agam berpakaian rapi, berkemeja senada dengan kaos seragam  mereka. Kali ini kak Aga,m hanya memakai kaos saja, dengan celana jenas dan sepatu santai. Tak berani banyak tanya, Dani menyimpan biola dan tuxedonya di kursi, lalu mulai terlibat membantu kak Agam. Membereskan speaker, menyiapkan mic dan properti lainnya.

Satu persatu teman-teman les mulai berdatangan. Semua berpenampilan rapi, keren dan harum. Hanya Dani dan Kak Agam yang tampak lusuh. Dani sebenarnya bingung, tapi melihat kesibukan kak Agam yang luar biasa, Dani tak berani bertanya-tanya.

Acarapun mulai dibuka MC. Dani digamit Kak Agam ke belakang panggung.

"Dani, bantu kakak duduk di dekat meja sound system yah. Kakak ajarkan kamu bagaimana menggunakan alat itu."

"Maksud kakak?"

"Iya hari ini, Kak Agam punya hadiah istimewa buat Dani. Menjadi Operator."

"Apa???"

"Hehehe maaf Dani. Ini pelajaran buat kamu. Hari ini kamu  tidak naik stage. Kakak akan temani kamu, tenang aja."

"Lho?"

"Jangan panik, biasa aja man. Dimanapun posisi kita, kita harus tetap hebat. Memangnya operator itu tidak hebat?" kak Agam meninju pundak Dani perlahan. Dani menunduk.

"Dani kecewa?" Dani diam. Air mata mulai menggenang di kelopak matanya.

"Dani sedih?" Dani tak menjawab.

"Dengar yah, operator itu tugasnya mensukseskan acara konser, dengan cara mengatur suara yang ditampilkan di panggung agar indah dan nikmat didengar. Tanpa operator konser kita ini tak ada apa-apanya."

Perlahan Dani mengangkat dagunya. Mata Dani mulai berbinar.

Yah, hari ini Dani kecewa, tapi sekaligus bangga. Dani dapat ilmu baru dan yang penting Dani emndapat pelajaran berharga. Dani tak boleh memganggap remeh masalah sekecil apapun. Dani harus menghargai waktu dan terus belajar. Dimanapun posisinya dia harus siap menghadapi tantangan  menjadi anak yang hebat dan tidak putus asa.

Mata Dani menangkap dua wajah yang mencintainya di deretan penonton. Ada Bunda dan Ayah! Mereka mengacungkan dua jempolnya untuk Dani. Empat jempol, hahaha!!!

Sepanjang acara, Dani berusaha melaksanakan tugasnya dengan baik. Nada notifikasi di HP nya berbunyi berulang-ulang. Tidak! Dani tidak tertarik untuk  membukanya. Aku sedang bertugas, menjadi operator! Operator juara!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun