Sosmed
Brandon mengawali dengan menghadirkan foto orang "botak" lalu dia bertanya siapa si botak pada gambar tersebut? Ha..ha... Salah satu alasan generasi meninggalkan bahasa daerah karena mereka menganggap bahasa daerah kuno, tidak keren. Dengan menulis dan berbicara dalam bahasa daerah di sosial media, secara tidak langsung menjadikan bahasa daerah terus dikenal dan terwariskan kepada generasi selanjutnya. Dia salut dengan Dg. Nojeng (si botak pada gambar yang ditampilkan) pada gambar yang dia tampilkan. Dg. Nojeng, yang juga sebagai ketua panitia dalam kegiatan tersebut memang dikenal sebagai pegiat media sosial yang banyak menggunakan bahasa daerah dalam aktivitas media sosialnya. Bahkan Brandon mengajak masyarakat pengguna bahasa daerah untuk mencontoh Dg. Nojeng (Dr. Asis Nojeng) dalam upaya melestarikan bahasa daerah yang dimilikinya.
Pendidikan
Sekolah dan perguruan tinggi sebagai bagian yang tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan bahasa daerah. Di sekolah, diharapkan bahasa daerah menjadi pengantar awal dalam pembelajaran, bisa pada tingkat kelas-kelas tertentu. Â Selain itu, pengambil kebijakan diharapkan menjadikan bahasa daerah sebagai mata pelajaran wajib, baik dalam bentuk muatan lokal atau mata pelajaran tersendiri.
Akhirnya, Dr. Brandon mengutip trigatra bahasa sebagai dengungan pelestarian bahasa, Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H