Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Perampas Amalan Ramadan

18 Mei 2019   13:41 Diperbarui: 18 Mei 2019   13:43 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.deviantart.com 

Ditulis oleh Suparmin[1]

Bulan Ramadan merupakan bulan penuh hikmah. Bulan yang keseluruhannya adalah bulan rahmat. Tiga puluh hari di dalamnya adalah pengampunan. Pun 720 jam secara keseluruhan dimaknai sebagai pembebasan dari api neraka. Di dalam bulan Ramadan, bulan yang paling mulia, kitab mulia, Alquran, diturunkan kepada orang yang paling mulia.

Al-Quran menjadi bacaan yang paling mulia untuk umat yang paling mulia. Bukan itu saja, amalan sunah di luar Ramadan diganjar setara dengan pahala amalan wajib di luar Ramadan. Balasan amal dilipatgandakan, pintu-pintu surga dibuka dan dihias, pintu-pintu neraka dikunci, dan syaitan-syaitan terkutuk dibeleenggu.

Akan tetapi, banyak di antara kita, umat islam, yang tidak menjadikan bulan Ramadan ini sebagai bulan penuh hikmah. Puasa, iya. Pelaksanaan puasa hanyalah dianggap sebagai rutinas tahunan umat islam. Masih banyak di antara kita yang tidak menjadikan bulan Ramadan sebagai lahan untuk mengumpulkan pundi-pundi amalan. Tidak memanfaatkan Ramadan sebagai kereta untuk melaju meraih ampunan-Nya. Tidak menggunakan Ramadan sebagai media menghapus bergudang-gudang dosa yang disadari ataupun tidak selama sebelas bulan yang lalu.

Bulan Ramadan dilakoni begitu saja. Bahkan, ada aktivitas yang jarang dilakukan di luar Ramadan, tiba-tiba menjadi pemandangan umum dan banyak dilakukan oleh saudara-saudara kita yang sedang berpuasa di bulan mulia ini. Kegiatan-kegiatan ini bukannya menambah amalan puasa kita, malah menggorogotinya. Berikut aktivitas yang penulis, mungkin juga Anda, selalu saksikan dilaksanakan oleh sebagai dari kita yang sedang menjalankan ibadah puasa.

 1. Catur

Catur merupakan permainan mental yang dimainkan oleh dua orang. Catur berasal dari bahasa Sansekerta dan merupakan singkatan dari caturangga yang berarti empat sudut karena pada awalnya memang dimainkan oleh empat orang. Permainan ini pasti membutuhkan waktu yang lama. Untuk memindahkan satu pion saja, terkadang membutuhkan waktu bermenit-menit. Tentu untuk menyelesaikan satu babakan permainan membutuhkan waktu yang lama. Bahkan berjam-jam. Bayangkan bila di bulan Ramadan, waktu bermain catur ini kita gunakan untuk membaca Alquran. Berapa lembar kira-kira bisa kita selesaikan dengan waktu yang sebanding satu babak permainan. Mari merenung dan mengambil tindakan masing-masing.

2. Domino

Domino menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah permainan dengan 28 kartu (kayu, tulang, dsb) yang bermata (bertitik besar), tiap kartu dibagi menjadi dua bidang, tiap bidang berisi 0---6 titik. Secara umum, permainan ini dilakukan oleh empat orang. Terkadang berpasangan, tapi terkadang juga tunggal. Permainan ini marak dilakukan oleh sebagian saudara kita yang sedang berpuasa di bulan Ramadan. Tua, muda, bahkan anak-anak pun banyak memainkannya di pos-pos ronda, teras-teras rumah, bahkan di emperan musala.

Bukan hanya sekali selesai, terkadang permainan ini dimulai selepas waktu salat Asar hingga menjelang berbuka puasa. Padahal, waktu tersebut kita diperintahkan untuk memperbanyak zikir kepada sang Khalik. Bayangkan jika empat orang ini berdiskusi kecil mengenai hadis-hadis atau apa saja kebaikan-kebaikan seputar Ramadan. Mari kita berpikir dan menentukan pilihan masing-masing.

3. Dam

Mirip dengan catur. Permainan ini dilakukan oleh dua orang. Orang-orang biasanya beralasan memainkan permainan tradisional ini untuk mengisi waktu luang. Memang, pada awalnya, permainan ini banyak dilakukan oleh para penggembala di Padang rumput. Mereka bermain dam sambal mengawasi ternaknya. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, permainan ini tidak lagi sekadar mengisi waktu luang. Bahkan terkadang waktu khusus diluangkan untuk bermain dam.

Jika saja lawan telah melangkahi pion lalu memungut "harta-harta" kita, maka kita membutuhkan waktu untuk berpikir keras bagaimana membalas rampasan itu. Artinya, bukan waktu sedikit yang kita habiskan untuk menyelesaikan satu babakan permainan ini. Bayangkan jika waktu ini kita gunakan untuk membaca buku-buku agama di rumah-rumah, di langgar-langgar, di surau-surau, di musala-musala, atau di masjid-masjid sekitar rumah kita. Mari kita  bertafakur  dan mengambil tindakan masing-masing.

4. Game

  • Bagian yang keempat ini lebih sadis merampas amaliah Ramadan sebagian di antara kita. Bukan hanya menyasar di segala usia. Juga menyisir di segala jenis kelamin. Bahkan, waktu pun tidak luput dari rampasannya. Subuh, pagi, menjelang siang, siang, sore, petang, malam. Tidak ada sejengkal waktu pun yang susah bagi kita untuk menemukan orang-orang yang memainkan berbagai macam permainan ini. Yang paling miris saya saksikan, di masjid-masjid ketiak ustaz menyampaikan ceramah di malam hari selepas salat Isya, banyak di antara remaja-remaja kita yang lebih asyik bermain game. Hhhhuhhhh....

  • Saat ini bahkan tidak lagi hanya dikenal game yang luring (offline), tapi yang lebih popular dan banyak dimainkan adalah game yang berbasis daring (online). Bahkan, berpasangan dengan orang yang jaraknya ribuan kilometer dengan kita bisa dilakukan. Benar-benar permainan yang menghabiskan Ramadan kita.  Tidak ada kata ajakan berpikir yang bisa mewaki bagian terakhir ini.

Saudaraku, penulis bukanlah orang suci yang lepas dari berbagai macam aktivitas yang mungkin saja bukan empat bagian di atas, tetapi juga banyak menyita waktu kita. Tulisan ini saya bagikan sekadar saling mengingatkan di antara kita. Saya pun ketika mengetik tulisan ini juga sedang bermuhasabah dan berusaha untuk memanfaatkan bulan Ramadan sebaik-baiknya. Mari saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Selamat berpuasa di hari ke-13 ini.

[1] Pendidik di SMA Negeri 9 Gowa, Sulsel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun