Mohon tunggu...
Amma Wahyuni
Amma Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Sosial, S1 Pendidikan Sosiologi

Mahasiswi Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Sosial, S1 Pendidikan Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dampak Kebijakan Lockdown terhadap Menurunnya Polusi Udara

3 Mei 2020   10:24 Diperbarui: 3 Mei 2020   10:21 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Salah satu pencemaran lingkungan yang sangat berpengaruh pada lingkungan dan kesehatan manusia adalah polusi udara. Polusi udara dapat disebabkan oleh Asap kendaraan, Asap pabrik, Asap rokok, kebakaran hutan dan lain sebagainya. Meningkatnya pertumbuhan manusia menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan tingginya polusi udara. 

Hal ini dikarenakan semakin banyak manusia menggunakan alat atau bahan yang dapat menyebabkan semakin tinggi polusi udara. Indeks pencemaran udara di Indonesia khususnya di daerah Jakarta utara sebagai kota yang memiliki kepadatan penduduk dan mobilitas yang tinggi setiap harinya pada tanggal 29 April 2020 dalam data WAQI (World Air Quality Index) Real-time Air Quality Index (AQI) miliki skala kualitas udara 149 yaitu kualitas udaranya tidak baik untuk kelompok orang yang sensitive. Namun sejak adanya kebijakan penanggulangan wabah Covid-19 sebagai upaya pemutusan rantai penyebaran, kualitas udara di bumi menjadi lebih baik. 

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Siswanto bahwa "kualitas udara yang lebih bersih pada Maret tahun ini dibandingkan sebelumnya lantaran emisi gas buang transportasi dan industri berkurang drastis". Atas kebijakan untuk bekerja di rumah, sekolah di rumah dan melakukan hal lainnya dari rumah sangat berpengaruh terhadap penurunan polusi udara di bumi.

Kemunculan virus corona atau Covid-19 pertama kali terdeteksi berada di Negara China pada awal Desember 2019. Virus ini berasal dari pasien yang memiliki akses ke pasar ikan Huanan yang menjual binatang liar. 

Pada bulan Februari 2020 sebuah penenlitian diterbitkan dengan menyebutkan bahwa tampaknya virus corona ini berasal dari kekelawar. Virus corona ini menyerang pada saluran pernafasan manusia, menyebarnya virus corona ini melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut saat batuk atau bersin. Akibat terjangkit virus ini manusia mengalami gejala panas, batuk, flu, sesak, dan hingga pada risiko kematian. 

Virus corona atau Covid-19 ini sangat membahayakan manusia dikarenakan proses transmisi yang cepat dan lebih mudan disbanding dengan wabah SARS yang pernah melanda dunis pada tahun 2003, dikutip dari Financial Times. 

Negara China sebagai Negara pertama kali terdeteksi adanya virus corona ini mencatat kasus meninggal sebanyak 3.312 munurut data Worldometers. Sedangakan di Indonesia pertanggal 29 April 2020 terdapat kasus meninggal 784 dan sembuh 1.391 dari jumlah positif Covid-19 sebanyak 9.771 kasus. Semakin bertambahnya kasus positif di berbagai negera di dunia menyebabkan adanya kebijakan lockdown disetiap wilayah.

 Kebijakan-kebijakan dilakukan oleh seluruh pemerintahan untuk mengendalikan persebaran Covid-19. Salah satu kebijakan yang diambil pemerintahan adalah melockdown Negaranya dengan tujuan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 yang dapat menyerang siapapun dan dimanapun tanpa diketahui oleh manusia. 

Dengan adanya kebijakan lockdown di seluruh dunia melakukan pembatalan penerbangan terutama bagi penerbangan antar Negara. Selain itu terjadinya pemberhentian jejaring transportasi dan industri-industri. Serta penutupanya perusahaan-perusahaan yang memiliki indikasi pengumpulan orang banyak. 

Oleh karena itu jumlah emisi karbon di udara turun drastis. Menurut Kementerian Ekologi dan Lingkungan, di China, tingkat emisi berkurang 25% di awal tahun, hal ini terjadi ketika orang-orang diperintahkan untuk tinggal di rumah. Pabrik-pabrik tutup dan penggunaan batu bara di enam pembangkit listrik terbesar China merosot hingga 40%. Proporsi hari-hari dengan "kualitas udara baik" naik 11,4% dibandingkan waktu yang sama pada tahun lalu di 337 kota di seluruh China.

Adanya pandemic Covid-19 ini memiliki bahaya dalam kehidupan manusia, namun juga memiliki manfaat yang luas biasanya kepada bumi. Dimana pandemi global ini merenggut nyawa manusia dan juga dapat sebagai cara untuk memperbaiki lingkungan. Ketika semua di perintah untuk di rumah tanpa aktifitas diluar rumah kecuali urgen ini sangat membantu dalam menurunkan polusi udara atau gas emisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun