Mohon tunggu...
ammara syifa
ammara syifa Mohon Tunggu... Penulis - Ammara Syifa Yuniar, seseorang yang menyukai kegiatan membaca dan selalu ingin belajar menulis.

Ra, Tulisan yang baik adalah ketika kamu menulisnya, kamu tidak akan berani menghapusnya karena itu adalah kebaikan yang membawamu ke Jannah-Nya. Insyaa Allah.... Temui aku di IG @ammarass dan @yuniaraaaaaaaaa🖐

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tipe dan Mekanisme Diare, serta Penggunaan Laksatif Penyebab Diare

24 Juni 2024   11:18 Diperbarui: 24 Juni 2024   11:25 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

TIPE DAN MEKANISME DIARE

1. Diare Osmotik:

Mekanisme: Jenis diare ini terjadi karena peningkatan konsentrasi zat terlarut (zat yang dilarutkan) di dalam rongga usus halus (lumen usus). Biasanya, air diserap dari usus ke dalam aliran darah. Namun, pada diare osmotik, konsentrasi tinggi zat terlarut di usus justru menarik air dari aliran darah kembali ke dalam saluran usus. Kelebihan cairan inilah yang menyebabkan feses menjadi encer dan berair.

Contoh: Diare osmotik dapat disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman dengan kandungan gula atau garam yang tinggi, atau oleh obat-obatan tertentu yang tidak diserap dengan baik oleh usus. Diare yang terjadi pada tikus penelitian kami adalah Diare Osmotik.

2. Diare Eksudatif:

Mekanisme: Diare jenis ini disebabkan oleh gangguan pada mukosa usus, seperti penyakit radang usus (IBD) atau infeksi. Lapisan usus yang meradang atau rusak memungkinkan terjadinya kebocoran cairan dan protein (eksudat) ke dalam saluran usus. Kelebihan cairan ini menyebabkan feses menjadi cair atau bahkan berdarah.

Contoh: Diare eksudatif dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit, atau oleh penyakit radang usus seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif.

3. Diare Sekretoris:

Mekanisme: Jenis diare ini melibatkan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus oleh lapisan usus halus. Peningkatan sekresi ini dapat dipicu oleh enterotoksin, yaitu racun yang dihasilkan oleh bakteri atau virus yang secara khusus menyerang usus. Enterotoksin menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit, sehingga menyebabkan feses menjadi cair.

Contoh: Diare sekretoris sering terjadi pada diare wisatawan yang disebabkan oleh bakteri E. coli atau kolera yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae.

4. Diare Motorik:

Diare juga dapat disebabkan oleh gangguan pada kontraksi normal (peristalsis) otot usus. Ada dua cara utama terjadinya diare motorik:

1. Peningkatan Peristalsis:

Mekanisme: Pada kondisi ini, otot usus berkontraksi terlalu sering dan kuat, sehingga mendorong isi usus terlalu cepat melewati sistem pencernaan. Transit yang cepat ini mencegah usus untuk menyerap cairan dan elektrolit secara memadai, sehingga menyebabkan diare encer.

Contoh: Diare jenis ini dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu, penggunaan pencahar berlebihan, atau sindrom iritasi usus besar (IBS).

2. Penurunan Peristalsis:

Mekanisme: Sebaliknya, diare motorik juga bisa terjadi akibat kontraksi otot usus yang terlalu lambat atau lemah. Kondisi ini memungkinkan terjadinya pertumbuhan bakteri berlebihan di dalam usus. Bakteri ini kemudian dapat mengganggu pencernaan, yang menyebabkan:

a. Dekonjugasi asam empedu: Asam empedu, yang diproduksi oleh hati, membantu dalam penyerapan lemak. Pertumbuhan bakteri yang berlebihan dapat memecah asam empedu ini, sehingga menghambat penyerapan lemak.

b. Gangguan penyerapan lemak: Lemak yang tidak diserap di usus dapat merangsang sekresi cairan, sehingga menyebabkan diare.

Contoh: Diare jenis ini dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu, infeksi oleh bakteri tertentu (misalnya, C. difficile), atau kondisi seperti hipotiroidisme yang memperlambat fungsi tubuh secara keseluruhan.

Penggunaan Laksatif Penyebab Gejala Diare

1. Bulk Forming Agents

Meliputi senyawa berserat (Methylcelullose dan Psyllium) yang terdiri atas polimer sakarida dari tanaman. Senyawa ini diambil secara parsial dan tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan, sehingga serat-serat ini akhirnya masuk ke dalam feses yang menarik lebih banyak air dan membuat feses "membengkak" menjadi massa yang lebih lunak dan besar. Peningkatan ukuran ini merangsang motilitas usus dan feses lebih lunak sehingga mudah dikeluarkan. 

Bulk forming agents biasanya baik untuk digunakan sebagai obat sembelit dalam jangka panjang karena tidak memiliki banyak efek samping, tetapi akan tidak cocok untuk penderita obstruktsi usus karena peningkatan massa feses akan memperburuk penyumbatan yang dialami oleh orang tersebut.

2. Stool Softeners (Pelunak Feses)

Meliputi docusate yang dapat dikonsumsi secara oral atau supositoria. Normalnya, air dan lemak tidak dapat bercampur sehingga lemak di dalam feses dapat mencegah masuknya air. Karakteristik docusate sebagai surfaktan yang memiliki bagian kepala bersifat hidrofilik (larut dalam air) dan ekor bersifat hidrofobik (tidak larut dalam air) menyebabkan docusate dapat menonjol pada struktur lipid, sehingga dapat mengganggu tegangan permukaan normal antara air dan lemak yang mengakibatkan air dapat menembus feses dan membuatnya lebih lembek. Docusate memiliki khasiat lebih rendah untuk pengobatan sembelit, tetapi dapat mengobati dan memperlancar keluarnya feses keras yang dialami oleh anak-anak.

3. Osmotic Laxatives

Meliputi pembentuk ion senyawa, seperti magnesium sulfat, magnesium hidroksida, dan sodium fosfat. Osmotic laxtives tidak terserap dengan baik oleh usus sehingga menarik lebih banyak air keluar dari sel-sel di dinding usus melalui osmosis dan meningkatkan jumlah air di dalam lumen. Hal ini dapat meningkatkan motilitas usus yang mendorong feses melalui saluran pencernaan dan membantu feses bercampur dengan air. Osmotic laxatives digunakan untuk mengobati sembelit, membersihkan usus sebelum melaksanakan operasi seperti colonoscopies atau surgeries. Dampak dari konsumsi osmotic laxatives adalah terjadinya kehilangan banyak cairan yang menyebabkan dehidrasi, sehingga obat-obatan ini tidak cocok digunakan untuk penderita jantung, orang yang memiliki kelainan pada elektrolit, dan penderita gagal ginjal. 

Adapun alkohol dan gula yang tidak dapat dicerna seperti polietilen glikol dan laktulosa. Laktulosa adalah disakarida sintesis dari galaktosa dan fruktosa, yang tidak dipecah oleh enzim usus sehingga tidak dapat diserap oleh usus yang menyebabkan peningkatan air pada lumen usus melalui osmosis. Ketika di usus halus, laktulosa dipecah oleh bakteri menjadi asam laktat dan asam asetat yang selanjutnya merangsang gerak peristaltik. Laktulosa digunakan untuk mengobati ensefalitis hepatik yang disebabkan oleh disfungsi hepar. Hepar berperan memecah amonia (racun bagi sel-sel otak), sehingga ketika hepar gagal memecahnya, racun-racun tersebut akan menumpuk di dalam tubuh. Namun ketika laktulosa dapat dipecah menjadi asam laktat, maka dapat menurunkan pH di lumen usus yang dapat mendorong terjadinya konversi amonia menjadi ion amonium yang tidak dapat diserap kembali, sehingga dikeluarkan melalui feses. Efek samping utama penggunaan laktulosa adalah perut kembung karena adanya produksi gas metana yang diproduksi oleh bakteri yang memakan obat laksatif tersebut. Obat pencahar diare yang digunakan oleh kelompok kami dalam penelitian termasuk ke dalam kelompok osmotic laxatives, karena di dalamnya mengandung laktulosa.

4. Stimulant Laxatives

Meliputi bisakodil dan senna yang diminum peroral atau sebagai supositoria. Stimulant laxatives bekerja dengan menyebabkan peradangan ringan yang mengiritasi dinding usus halus dan usus besar. Hal ini dapat merangsang kontraksi otot polos yang meningkatkan motilitas usus. Peradangan juga meningkatkan sekresi elektrolit dari sel-sel dinding usus yang menarik lebih banyak air ke dalam lumen usus. Efek samping penggunaan stimulant laxatives di antaranya keram, diare, penurunan cairan elektrolit; karena bersifat iritan. Jika digunakan dalam jangka panjang akan mengakibatkan atonic (lazy/malas) melalukan pekerjaannya di dalam usus sehingga menyebabkan musle tone mengalami penurunan. Adapun senna yang apabila digunakan secara berlebihan akan memicu terjadinya melanosis yaitu perubahan warna menjadi gelap pada dinding usus besar, tetapi bersifat reversible jika pengobatan dihentikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun