Mohon tunggu...
Bagas De
Bagas De Mohon Tunggu... -

Buruh sosial. Tinggal dan bekerja di Slovakia-Eropa Tengah. Aslinya, Anak Kampung, dari Nehi-Enoraen, ntt. Laman blog pribadi: www.confessionoflife21.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pengungsi Politik (Ketika Anies Baswedan Meniti "Jalan" Mahfud MD)

28 September 2016   13:26 Diperbarui: 28 September 2016   19:48 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaannya adalah mengapa publik tampak begitu reaktif dengan pilihan politik yang diambil Mahfud MD atau pun AniesB saat ini?

Boleh jadi, sikap reaktif publik tersebut mengalir keluar via asumsi naif berikut: pilihan untuk "mengungsi" - dalam arti politik tentunya - dari Mahfud MD dan AniesB merupakan "sikap protes/perlawanan" atas keputusan politik tertentu.

Apakah sikap protes/perlawanan itu boleh dibilang sebagai aktus pembelotan atau pengkhianatan dalam politik? Tentu saja, point penilaian ini amat bergantung pada siapa dan dari sudut mana kita memandang.

Dulu, atas hasutan dan provokasi teman-temannya sesama senator yang memiliki rasa dengki, cemburu, dan hasrat untuk merebut kedudukan dan kekuasaan dari tangan Kaisar Gaius Julius Caesar (100-44 SM), Marcus Junius Brutus Caepio atau Brutus (85-42 SM) rela berpaling dan mengkhianati Sang Kaisar.

Hasrat untuk meraih kedudukan dan kekuasaan merasuki Brutus dan komplotan senatornya, atau yang dikenal dengan Kelompok Liberatores (Pembebas).

Keinginan untuk segera menggenggam kekuasaan telah membuat Kelompok Liberatores buta dan tuli terhadap panggilan dan nurani kemanusiaan, termasuk mengabaikan nilai moral yang melekat pada diri dan jabatan mereka sebagai seorang senator.

Ending dari kisah Brutus adalah Sang Kaisar mati dibunuh, sedang Brutus ditangkap dan diadili oleh para Senatus sebagai pengkhianat kerajaan. Brutus juga mendapat julukan baru dengan frasa “Sic semper tyrannis!” (untuk pendengki dan pengkhianat, selamanya).

Brutus kemudian mengakhiri hidupnya sendiri - bunuh diri - sesudah kalah pada Pertempuran Kedua Philippi pada tahun 42 SM. Itu cerita pembelotan/pengkhianatan Brutus.

Dengan paparan kisah Brutus di atas, sebenarnya kita sudah cukup paham bahwa cerita tentang pembelot atau pengkhianat dalam politik dan perebutan kekuasaan bukanlah sesuatu yang baru terjadi dewasa ini.

Jadi, sekali lagi, disposisi politik yang sudah dan sedang diperagakan Mahfud MD dan AniesB hanyalah fenomen lama/ulang-an dalam politik yang secara acak muncul dalam pribadi, masa dan kondisi politik yang berbeda.

Lantas, mengapa reaksi publik atas fenomen "pengungsian dalam politik" yang dipilih Mahfud MD atau AniesB menjadi riuh padahal itu adalah sebuah fenomen yang lumrah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun