Mohon tunggu...
Ami Ulfiana
Ami Ulfiana Mohon Tunggu... Penulis - Gadis Pribumi

Untuk mereka yang menyimpan jiwanya rapat-rapat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ruang Luka untuk Alana - Part of Heal

8 Maret 2021   20:46 Diperbarui: 8 Maret 2021   21:23 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dan Hanafi memang terbiasa menggunakan Bahasa Jawa.

"Titip Mbak Anggi ya Pak Warno." Ucap Hanafi pada bapak ojek yang diketahui bernama Warno.

Jam menunjukan pukul 16.05 WIB ketika aku menengok jam dinding ruang tamu. Penat, namun aku masih ada tanggungan memasak makan malam untuk Awan, sekalipun ia bilang akan pulang larut. Di samping tanggungan rutin tersebut, satu tanggungan baru harus ku mulai malam ini. Tiga amplop surat yang masih harus ku baca serta mempertimbangkan apakah aku akan bersedia mengiyakan permintaan pria tadi. [PoV --- Anggi]

Malam kian larut, selepas mengotori piring aku beranjak menuju ruang dimana aku biasa memberi makan otak. Jajaran buku bergumul sesak pada rak-rak kayu yang mungkin sudah lebih tua dari usiaku. Aku tak berniat membaca apapun malam ini, aku hanya ingin beristirahat dengan tenang tanpa harus berbagi selimut.

Setengah jam selepas pergantian hari pikiranku masih juga terjaga sekalipun mataku tertutup rapat. Nyala remang lampu nyatanya tak mampu merayuku untuk terlelap, pikiranku masih saja kemana-mana. Jika terus begini mungkin tak lama lagi aku bisa masuk rumah sakit jiwa.

Aku menyalakan saklar lampu ruang tengah, sedikit minum dan buang air kecil mungkin akan membantuku terlelap.

"Mas," Tegur Anggi yang ternyata tengah duduk di sofa depan televisi. Tatapannya tajam tapi tak pernah kutemui sedikit amarah.

"Kenapa belum tidur?" Tanyaku.

"Ndak apa-apa mas, belum ngantuk." Ujarnya.

Aku hanya mengganguk kemudian melongos ke kamar mandi. Ternyata sampai aku keluar Anggi masih duduk dengan posisi dan tatapan yang sama.

"Mas," Tegurnya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun