"Tidak istimewa, tidak ada yang spesial tapi layak lah untuk dimakan," jawabnya.
"Tidak istimewa, tidak ada yang spesial tapi layak," aku mengulangi kalimat Gama.
"Lantas bagaimana dengan ini?" aku menunjukkan jari manis tangan kiriku.
Gama membelalak, sorot mata tajam dengan pupil yang benar-benar membesar. Seakan tak percaya dengan pemandangan di depan matanya. Cincin bermata satu yang dibelinya satu tahun lalu itu akhirnya ia lihat kembali. Bukan dalam kotak merah beludru, tapi di jari manisku.
lnilah satu hari yang tertinggal. Hari di mana aku si perawan tua akhirnya menikahi laki-laki yang tiga tahun lebih muda. Hari di mana aku mulai menutup telinga akan segala hujat yang barangkali menerpa. Hari di mana aku harus siap menata ulang segalanya.
"Kaluna, terima kasih."
Sepertinya Gama benar-benar kehilangan kamus di otaknya. Hanya itu yang terucap bahkan sampai resto dengan segala menu yang telah di PHK itu kita tinggalkan.
...
Gadis Pribumi | Temanggung, Senin 07 September 2020.
tayang di ulfiana910.medium.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H