Mohon tunggu...
A Z
A Z Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

“Kutukan” Mangkubumi Menjelma di Taman Sari

22 Desember 2013   18:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:37 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar 200 tahun silam. Setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi mendapatkan sebagian wilayah Kerajaan Mataram. Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I itu pun mulai membangun Kasultanan Ngayogyakarta dengan wilayah sebagian besar adalah bekas hutan Mentaok yang dulunya dibuka oleh Panembahan Senapati, pendiri Mataram Islam.

Berbagai tempat didirikan. Bangunan utama Kraton didirikan di atas tanah yang disebut pacetokan. Masjid Agung dibangun di samping alun-alun, Pasar Beringharjo, Kepatihan dan sebagainya. Dan salah satu bangunan yang juga didirikan adalah Taman Sari. Sebuah taman multifungsi. Selain tempat sang raja istirahat dan berlibur, Taman Sari juga menjadi tempat Sultan dalam menembus dunia tanpa ruang dan waktu dalam bentuk bersamadi dan berdoa.

Diakui atau tidak dunia metafisika memang tak lepas dari sejarah perkembangan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kontak sang raja dengan dunia maya menjadi sebuah mitos yang banyak orang mempercainya. Dan Taman Sari menjadi salah satu simbol hubungan maya tersebut. Komunikasi Sultan dengan Ratu Kidul diyakini dilakukan dari tempat ini.

Seperti sebuah kutukan, tradisi kontak dengan dunia maya di Taman Sari itu seperti terus terseret hingga dua abad. RT.36, RW. 09, Taman, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton yang tertak persis di balik pelataran kompleks Taman Sari seperti menjadi pewaris ”kutukan” dunia maya tersebut. Kampung ini tumbuh menjadi kampung cyber yang disadari atau tidak telah dilakukan oleh para Sultan dengan caranya yang berbeda.

Sekilas, Kampung Taman memang tidak jauh beda dengan kampung lain. Ciri khas permukiman di dalam wilayah benteng Kraton yang cenderung rapat dengan jalan-jalan kampung yang sempit. Tapi di tempat ini, masyarakatnya telah berkembang menjadi manusia cyber yang mampu menembus batas ruang dan waktu dengan begitu cepat.

“Total ada 35 rumah yang terhubung satu dengan satunya lagi. Semua  bisa online dan chatting di situs www.rt36kampoengcyber.com,” ungkap Antonius Sasongko yang akrab , penggagas kampung cyber

Cikal bakal berdirinya kampung cyber ini dirintis sejak 2008 lalu. Awalnya, ada sebuah rumah yang memiliki jaringan internet. Dikarenakan sang pemilik memiliki pemikiran maju dan berkeinginan untuk maju dan memiliki ide serta cita-cita agar RT 36 menjadi sebuah kampung modern. Apalagi keberadaan wisata Taman Sari membuat RT ini menjadi strategis posisinya, sehingga makin memberikan semangat untuk mewujudkan mimpi itu.

Akhirnya pada 2009 lalu, mimpi tersebut mulai terlaksana dan internet pun Hadir di tengah-tengah warga. Awalnya, hanya tujuh keluarga yang tersambung dengan layanan internet ini, namun setelah setahun berjalan dan warga mengetahui banyak manfaat yang didapatkan, maka warga yang tadinya enggan menjadi tertarik dalam program tersebut. “Yah sekarang semua rumah sudah terpasang jaringan internet,” ucapnya dengan bangga. Bahkan dari pos kamling pun orang bisa ber-cyber dengan nyamannya.

Selain mampu mempererat silaturahim, media internet juga mampu meningkatkan perekonomian warga desa. Melalui internet warga kampung Taman bisa menawarkan produk dan usahanya. Produk-produk dan usaha di kampung ini beraneka ragam, ada produksi batik, katering, jasa tour guide, jasa desain dan lain-lain.

Total ada sepuluh item kategori yang coba ditawarkan masyarakat. Mereka sadar pasar internet adalah pangsa pasar yang besar, karena kami bisa berpromosi dan menjual produknya melalui media itu.

”Kutukan” Pangeran Mangkubumi ini semakin menjadi-jadi ketika akses internet menjadi samakin mudah. Salah satunya dengan sebaran wifi dari Telkom yang telah menyentuh sampai tingkat RW di Jogja.

Sejak pertengahan 2013 Pemkot Yogyakarta dan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) telah menebarkan ribuan titik wifi di ruang publik. Maka lengkap sudah. Kutukan Pangeran Mangkubumi ini pun tak bisa dibendung lagi. Sebuah kutukan bagi setiap orang untuk bisa menembus ruang dan waktu. Tanpa batas menyebar sekaligus mencari nilai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun