Lain dulu, lain sekarang, pagi ini saya dibuat tercengang. TPA Pakusari yang dulu digadang-gadang sebabagai pariwisata edukatif yang unik dan kreatif, kini benar-benar menjadi gudangnya sampah.
Ketika memasuki gerbang, aroma "sedap" yang tajam sudah mulai tercium. Saya masih ingat betul, jalan masuk yang banyak guguran daun ini dulunya sangat bersih.
Saya juga masih ingat, dulu ada mbak-mbak cantik yang berselfie di lokasi ini. Sekarang jam istirahat sekolah, tapi lokasi wisata edukasi ini sangat sepi. Padahal tahun lalu anak-anak sekolah ada saja yang datang ketika jam istirahat.
Kafe sampah di samping bengkel alat berat pengeruk sampah itupun kosong. Kursi dan meja yang buat dengan menggunakan bahan-bahan bekas sudah tidak ada. Tidak ada satu hidung pun terlihat di sana.
Saya melanjutkan langkah. Sisi kanan tempat penimbangan sampah dulunya adalah zona pasif, yaitu area yang steril sampah. Sampah diharamkan singgah ke area ini. Jadi, wisatawan bisa bersantai di sini. Berfoto dengan replika bunga sakura, dan replika balon terbang.
Tahun lalu, zona pasif ini lapang dan bersih. Saya masih sempat merekam anak-anak sekolah yang sedang beristirahat bermain bola di sini.
Di area bawah replika balon terbang ada sebuah kolam. Dulu, ketika sore hari, banyak warga yang mancing di sini. Namun sekarang, sepi, dan kolam pun banyak sampahnya.
Gapura bertuliskan zona pasif sekarang sudah tidak ada. Zona pasif sekarang sudah menjadi tempat sampah. Sampah sudah menumpuk, seperti titik pembuangan sampah di belakang sana yang ternyata sudah menjadi abu. Katanya habis terbakar. Padahal asap dari pembakaran sampah sangat berbahaya jika sampai terhirup oleh masyarakat sekitarnya.