Sebab apa yang disebutkan itu adalah bagian kecil dari kegiatan belajar anak atau yang oleh Munif Chatib dalam bukunya Semua Anak Bintang disebut sebagai gaya belajar.
Menurut M. Sobry Sutikno, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Bagi saya belajar itu memahami, berlatih dan menemukan sesuatu atau hal-hal baru.
Kedua, semua  anak itu cerdas. Tidak ada anak  bodoh. Kecerdasan itu majemuk. Beragam. Howard Gardner menyebutnya 8 kecerdasan. Ada cerdas bahasa, cerdas diri (intrapersonal), cerdas alam, cerdas musical, cerdas gambar dan ruang, cerdas angka dan logika, cerdas gerak (kinestetik), serta cerdas bergaul (intrapersonal). Belajar hakikatnya mengasah kecerdasan. Menggali potensi. Sebab setiap anak memilki kelebihan.
Ketiga, menyesuaikan gaya belajar dengan kecerdasan yang dimilki oleh anak. Â Setiap anak itu menyukai (merasa nyaman) dengan gaya belajar tertentu.Â
Kecenderungan pada gaya belajar berganntung dengan kecerdasan yang dimiliki. Misalnya, anak yang memilki kecerdasan musical lebih senang belajar sambil mendengarkan lagu atau dengan menggunakan alat music. Bagi yang cerdas bahasa lebih senang belajar dengan membaca, menulis, bercerita, merekam, mendengar, Â menghafal, atau tanya jawab.Â
Anak yang cerdas angka dan logika lebih menyukai berhitung, menggunakan angka, berdasarkan contoh-contoh, memecahkan masalah, melakukan percobaan, serta membuat hipotesa dalam belajar.
Yang cerdas dalam bergerak lebih menyukai belajar dengan aktivitas, memainkan peran, mencoba, menyentuh, menggunakan respond tubuh juga permaianan. Belajar menggunakan gambar warna-warni, dengan menonton film, peta konsep, serta membayangkan sesuatu cocok bagi mereka yang memilki kecerdasan gambar dan ruang.Â
Belajar di ruang terbuka, sambil melihat pemandangan alam, melakukan perjalanan akan dirasakan lebih nyaman bagi anak yang memilki kecerdasan alam. Kemudian bagi mereka yang cerdas interpersonal lebih menyukai belajar kelompok, simulasi, kaloborasi, berdebat, tanya jawab juga melakukan banyak kegiatan sosial.Â
Sedangkan bagi mereka yang cerdas intrapersoanal lebih menyukai belajar sendiri, merenung, mengekspresikan diri serta membuat personal target.
Keempat, menghadirkan suasana yang menyenangkan. Suasana meliputi ruang, Â manusia, dan lingkungan. Ruang ciptakan tempat belajar yang menarik. Di sekolah kelas selayaknya dikelola secara apik. Susunan meja kursi, pemilhan warna ruangan, dekorasi, menata barang, semuanya diatur dengan baik dan menarik. Dan menghindari kejenuhan dilakukan perubahan-perubahan.Â
Orang yang terlibat juga kudu menyenangkan, guru misalnya. Penampilan, tutur kata, cara berpakain harus menarik. Sehingga kehadirannya mendukung proses belajar anak.Â