Dalam mewujudkan pilpres yang damai dan menggembirakan, menurut hemat penulis ada beberapa catatan yang kudu diperhatikan oleh semua pihak terutama capres-cawapres, tim sukses, juga para pendukung. Pertama, pilpres dijadikan sebagai ajang  adu gagasan, visi-misi, program kerja, rekam jejak, dan prestasi dalam memilih calon pemimpin bangsa yang akan datang.Â
Masing-masing calon akan menyampaikan gagasan, visi-misi, program dan lainnya kepada masyarakat. Mereka wajib menyampakannya berdasarkan argumentasi. Â Argumentasi mereka akan dipahami oleh rakyat. Berdebat boleh asal masih dalam koridor ketimuran, menjungjung tinggi moralitas. Mengedepankan akal sehat daripada emosi. Soal pilihan berilah kebebasan kepada rakyat. Tak perlu intimidasi. Jangan memaksakan kehendak. Rakyat sudah cerdas. Mereka bisa memilih dengan tepat.
Kedua, hindari hoaks. Hoaks adalah pemberitaan palsu, informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Semua pihak diminta tak menyebarkan berita hoaks. Hoaks akan melahirkan fitnah di tengah masyarakat. Hoaks sangat berbahaya. Karenanya, msyarakat pun diminta tak mudah menerima informasi yang tersebar. Lakukanlah kroscek terlebih dahulu. Jangan cepat percaya dengan setiap hal yang dibaca di media, apalagi media sosial seperti facebook atau lainnya.
Ketiga, menjujung semangat persatuan dan kesatuan. Pesatuan dan kesatuan merupakan modal berharga bagi bangsa ini. Pesatuan dan kesatuan tak boleh dikorbankan begitu saja hanya karena pemilu lima tahunan. Berpolitk adalah hak setiap warga negara. Tapi tak sepatutnya poliitik merobek kesatuan dan kesatuan bangsa. Keragamaan dan kebhinekaan adalah anugra tuhan untuk Indonesia yang patut disyuri. Merawatnya dengan cara saling menghormati, menghargai, membantu, serta menyayangi di antara anak bangsa.
Keempat, mengedepankan kepentingan bangsa di atas yang lain. Dalam berpolitik selayaknya mengedepan sesuatu yang lebih besar yakni bangsa dan negara. Jangan karena ambisi politik pribadi atau kelompok bangsa dan negara dikorbankan. Politik tak boleh menghalalkan segala cara. Beradablah dalam berpolitik. Berpolitik tak boleh menutup mata. Politik itu sejatinya alat menentukan kepemimpinan yang akan membangun,  memajukan bangsa dan negara. Bukan menghancurkannya, apalagi merusaknya.
Walhasil, beda pilihan adalah kenicayaan. Tak sepantasnya karena perbedaan tersebut kita saling menghujat, memfitnah, mencela. Kehadiran dua pasangan capres-cawapres merupakan nikmat tuhan yang seharusnya disyukuri. Kita memiliki pilihan guna menentukan pemimpin yang akan membawa negara dan bangsa menyongsong masa depan yang lebih baik. Lebih adil dan sejahtera. Semoga. Wa Allahu Alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H