Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukan Pesantren Kilat

11 Juni 2017   16:16 Diperbarui: 11 Juni 2017   16:26 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ke depan, kebiasan buruk seperti di atas kudu dirubah. Puasa tidak boleh dijadikan alasan untuk bermalas-malasan. Puasa selayaknya memacuh semangat beraktifitas. Nabi Muhammad SAW menegaskan, puasa itu menyehatkan. Kenapa justru bermalas-malasan? Rasanya ada yang salah dalam memahami ajaran berpuasa. Perlu diluruskan. Dan keteladanan, saya anggap sangat penting dalam hal ini.  Para pendidik dan orang tua sepantasnya memberi contoh. Aktifitas mereka diminta tak menurun lantaran berpuasa. Tunjukkan ke anak-anak, walau berpuasa bekerja tetap semangat.

Mari mencontoh orang-orang sukses seperti pak Habibie misalnya. Mantan Presiden RI yang dikenal sangat cerdas itu diketahui selalu berpuasa sunah (Senin-Kamis). Dan subhanallah, sederet jabatan pernah didukinya dengan prestasi cemerlang. Berpuasa tak menghambatnya dalam beraktifitas. Sebaliknya, beliau dikenal sebagai sosok pekerja keras. Memilki disiplin waktu yang tinggi. Komitmen berkarya yang sangat kuat. Sehingga karya-karya besarnya tak hanya mengejutkan bagi Indonesia tapi masyarakat dunia.

Terkait berpuasa, Eyang Habibie pernah mengatakan, bagi saya, puasa senin-kamis memberi manfaat besar bagi sehat jasmani dan rohani serta ikut mendukung terciptanya hidup sabar dan tawakal. Menurutnya, siapapun yang mengalami lemah fisik, mental, maupun mendapatkan gangguan dalam kehidupannya maka hendaklah berpuasa senin kamis. Sebab dengan berpuasa senin kamis, Allah SWT akan semakin sayang kepada hamba-Nya.

Walhasil, kegiatan pesantren Ramadhan wajib dikemas lebih menarik lagi. Pesantren Ramadhan sepantasnya mendatangkan makna penting bagi peserta didik. Pemahaman dan pengamalan mereka dalam beragama diharapkan lebih baik. Kegiatan ini jangan sekadar rutinitas. Harus bermutu. Dan terpenting, ke depan bagaimana peserta didik tetap bersemangat belajar dalam bulan Ramadhan. Ini menjadi PR bagi para pendidik, orang tua juga dunia pendidikan secara umum.  Wa Allahu A'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun