Ketiga, menahan diri. Tak kurang dari tiga bulan, energi bangsa ini terkuras oleh kasus hukum Ahok. Pro-kontra mewarnai. Ahok bahkan melupakan kita tentang banyak hal. Seperti disinggung sebelumnya, demokrasi kita sudah matang. Terbukti segala perbedaan yang ada tetap dalam kesadaran kebhinekaan. Persatuan menjadi hal terpenting yang dijunjung tinggi oleh semua pihak. Sekarang saatnya kita menahan diri, bersabar menanti hasil akhir apa yang diperdebatkan tentang dugaan penistaan agama oleh gubernur non aktif Jakarta tersebut. Sungguh, jika itu bisa dilakukan kita menjadi bangsa besar. Bangsa yang matang berdemokrasi. Kuat bersatu dalam kebhinekaan.
Keempat, legowo menerima putusan hukum. Peradilan pasti akan mengeluarkan keputusan kasus Ahok. Pertanyaanya, apa kita akan menerimanya? Ini yang akan menguji ketaatan bangsa ini terhadap hukum. Sebagai negara yang berdasarkan hukum tak ada alasan bagi siapapun untuk menolak vonis para hakim. Taat dan mengikuti hukum adalah kewajiban setiap dari kita.
Walhasil, kita tunggu saja apa yang akan diputuskan dalam proses peradilan yang sedang berlangsung. Ahok apa bersalah atau tidak biarlah hukum yang menentukan. Selama ini kita mampu menunjukkan siapa bangsa Indonesia sesungguhnya. Jangan kotori wajah bangsa ini dengan prilaku yang tak taa hukum. Kita bukan bangsa barbar yang gemar memaksakan kehendak dan mengedepankan kekerasan. Sekali lagi, bukan.Wa Allahu Alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H