Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Hari Olahraga Nasional

10 September 2016   15:26 Diperbarui: 10 September 2016   16:12 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: sports.sindonews.com

Mungkin tak banyak orang yang mengetahui kapan hari olahraga nasional diperingati.  Hari olahraga nasional (Haornas) diperingati setiap tanggal 9 September. Tahun ini merupakan peringatan yang ke 33. Peringatan Haornas pertama kali diselenggarakan pada 9 September 1983. Tanggal tersebut sengaja dipilih untuk mengenang sejarah diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) yang pertama kalinya.

Bermula dari ditolaknya para atlet Indonesia saat akan ikut serta Olimpiade Musim Panas XIV di London (1948). Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) sebagai lembaga olahraga resmi di Indonesia pada saat itu belum diakui menjadi anggota International Olympic Committe (IOC). Penolakan itu juga dikarenakan kemerdekaan Indonesia belum bisa diakui oleh dunia.

PORI memutuskan untuk menggelar PON untuk menandakan jika Indonesia mampu melaksanakan acara olahraga dengan skala nasional. PON pertama digelar di Solo, Jawa Tengah, karena memiliki fasilitas olahraga paling memadai kala itu. Pembukaan PON pertama diresmikan oleh Presiden Pertama RI, Soekarno. Sedangkan acara penutupnya dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Puncak Haornas tahun ini diperingati di Stadion Gelora Delta   Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat malam (9/9).  Kegiatan  dibuka oleh Wakil Presiden Yusuf Kalla. Dalam sambutannya, Wapres mengajak masyarakat  bersyukur dan merenung atas apa yang telah dicapai dan apa yang belum dalam bidang olahraga. Secara khusus Jusuf Kalla  menyebut prestasi  atlet-atlet Indonesia yang berhasil menyumbang medali emas dan perak dari ajang Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brazil.

Sebagai bangsa besar, Wapres juga yakin bahwa pada masa mendatang Indonesia akan meraih medali emas sebanyak mungkin asalkan disertai dengan usaha keras. Sebab itu, Haornas tahun ini kudu dijadikan pijakan evaluasi diri guna meraih prestasi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Memaknainya

Hari Olahraga Nasional sejatinya kudu dipahami oleh kita semua.  Sebab, bagaimanapun Haornas merupakan hari penting bagi kita, bangsa Indonesia. Pertanyaan, bagaimana memahaminya? Menurut hemat saya, memahami Haornas dapat dijabarkan dalam hal-hal berikut: pertama,Haornas dipahami sebagai pengingat pentingnnya kegiatan olahraga. Olahraga untuk sebagian orang dianggap hal sepele, tak penting. Olahraga  hanya dipahami  sebagai permainan dan hiburan belaka. Karena alasan kesibukan dan lainnya olahraga sering diabaikan masyarakat kita.

Sungguh, olahraga itu penting dan sangat berguna bagi kesehatan dan hidup kita. Olahraga bermanfaat guna meningkatkan stamina, mengatur dan menjaga berat badan ideal, menghindari stres, memompa jantung lebih baik, melawan berbagai penyakit dan lain-lain. Sayangnya, masyarakat baru menyadari pentingya olahraga setelah menderita penyakit.

Kedua,mengevaluasi olahraga nasional. Seperti hal lain, olahraga nasional mengahadapi banyak persoalan. Persoalan-persoalan tersebut yang menghambat prestasi olahraga nasional di event ragional maupun internasional. Di era reformasi kita justru miskin prestasi. Pengamat olahraga Budiarto Shambazy menilai Indonesia mengalami kemunduran dalam prestasi olahraga. Menurutnya prestasi Indonesia lebih baik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Olahraga dilihat sebagai prestasi, zaman orde baru  prestasi atlet kita lebih bagus.

Budiarto mencontohkan menurunnya prestasi Indonesia pada ajang Sea Games. Di ajang olahraga terakbar se-Asia Tenggara ini biasanya Indonesia menjadi juara umum, namun kini hanya menjadi kontestan. Terakhir Indonesia juara Sea Games pada 2011, itu pun saat Indonesia menjadi tuan rumah. Padahal pada masa Orde Baru, Indonesia mampu meraih sembilan kali juara. (www.tribunnews.com/)

Di antara persoalan yang mendapat sorotan tajam dari publik adalah sepak bola nasional. Konflik Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan pemerintah yang mengakbiatkan pembekuan beberapa waktu lalu menjadi puncak amburadulnya pengelolaan sepak bola di tanah air. Konflik internal maupun eksternal seperti ini juga dialami oleh oraganisasi olahraga nasional lainnya. Sehingga prestasi menjadi jauh dari harapan.

Belakangan, bangsa Indonesia terobati dengan kemenangan tim bulu tangkis ganda campuran Tontowi-Liliyana Nasir pada Olimpiade di Rio, Brazil. Kemenangan mereka sedikit mengobati kerinduan masyarakat pada prestasi olahraga nasional.  Kemenangan Tontowi/Liliyana meraih emas pertama Indonesia di Olimpiade tersebut telah melengkapi perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-71 sekaligus menjadi kado indah  Haornas tahun 2016 ini.

Kedepan, Indonesia mesti berbena diri. Organisasi-organisasi olahraga wajib mengevaluasi diri. Wadah resmi para atlet itu harus bekerja keras dalam mengantarkan  Indonesia menang di event-event internasional. Pemerintah juga dituntut memberikan perhatian lebih. Pemerintah mesti mengapresiasi atlet yang berprestasi. Apresiasi dari pemerintah tersebut diharapkan bisa memotivasi atlet lain mengukir prestasi.

Tak sekadar melakukan pembinaan, untuk kepentingan yang lebih besar pemerintah sepatutnya mengalokasikan anggaran lebih besar untuk olahraga nasional. Sangat miris mendengarnya saat Rio Hariyanto diberhentikan sebagai pembalap utama tim Manor Racing karena faktor pendanaan. Rio diputus karena  tidak mampu memenuhi kewajiban sebagaimana yang ada di dalam kontrak. Kasus seperti Rio Hariyanto di waktu yang akan datang mestinya tak boleh terjadi lagi.

Ketiga,menggali potensi besar. Haornas mengingatkan bahwa kita memiliki potensi yang sangat besar. Jumlah penduduk berkisar 250 juta adalah potensi yang mungkin tak dimilkii bangsa lain. Dari 250 juta anak bangsa tersebut pasti banyak yang berpotensi di bidang olahraga. Persoalanya, hanya bagaimana kemampuan kita semua menggali potensi tersebut. Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia layak bersaing dengan bangsa lain dalam merebut prestasi olahraga.

Akhir kata, Hari Olahraga Nasional diperingati setiap tahun. Peringatan tak boleh sebatas serimonial belaka. Peringatan harus dimaknai lebih jauh lagi. Peringatan harus diikuti kerja nyata kita semua. Saatnya, kita membenahi olahraga nasional lebih baik, lebih serius. Indonesia kaya potensi. Dan kita semua memikul tanggungjawab yang sama menggali potensi-potensi itu sehingga bisa mempersembahkan prestasi untuk bumi pertiwi. Wa Allahu Alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun