Ada beberapa alasan, menurut hemat saya kenapa kita khawatir terhadap koalsisi tambun, pertama, kekuasaan yang terlampau absolut, tanpa kekuatan penyeimbang, sangat rawan diselewengkan. Begitu pun dengan pemerintah yang terlalu jemawa, amat mungkin jalan mereka lebih mudah salah arah. Demokrasi tersesat. Ujung-ujungnya seluruh negeri ini yang bakal kena getah.
Kedua, oposisi atau apa istiliahnya dapat berfungsi sebagai pengontrol, pengawas setiap kebijakan pemerintah. Sistem checks and balances yang dilakukan oposisi di Parlemen diharpkan dapat mengendalikan, mengontrol Pemerintah di rel yang dimaui rakyat. Pemerintah bisa saja keluar rel bila tidak ada pihak yang menjadi pengawasnya. Karena idealnya agar checks and balances berjalan dengan seimbang komposisi pemerintah dan oposisi berada pada 50-50 persen dari komposisi kekuatan parpol yang ada. Bolehlah Pemerintah lebih sedikit.
Ketiga, karena diawasi, diplototi, Pemerintah akan selalu waspada, bekerja dan bekerja. Pemerintah akan hati-hati jangan sampai kebijakanaya tidak menguntungkan rakyat. Pemerintah tak bisa santai apalagi tidur sebab oposisi di Parelemen selalu memolototi setiap apa yang dilakukan. Dan koalisi tambun bisa mengubah dari kerja keras menjadi lebih santai, ritme kerja menjadi lamban sebab Pemerintah merasa tidak ada yang ditakuti. Tidak ada oposisi.
Keempat,  koalisi tambun dikhawatirkan Pemerintahan tidak akan berjalan  efektif. Hal ini yang pernah dialami Partai Demokrat selama 10 tahun berkuasa, di mana Presiden SBY selalu terlibat tarik ulur kepentingan dengan partai-partai pendukungnya dalam menelurkan setiap kebijakan.
Akhir kata, koalisi tambun menjadi kekhawatiran bagi rakyat sekarang setelah parpol di  KMP ramai-ramai menyatakan dukungan ke Jokowi – JK. Jokowi sepatutnya tegas menolak parpol bila mamang dipanndang tak perlu. Koalisi ramping seperti sekarang membuat langkah Pemerintah lebih cepat. Walau diakui kegaduhan di Parlemen akibat ula oposisi di Parlemen membuat rakyat muak sebab kritik dan pengawasan mereka kebablasan. Sekarang saatnya Presiden memilih parpol yang ada (menyatakan dukungan) yang diyakini bisa diajak kerja sama. Satu partai lagi saya pandang cukup untuk memberi keseimbangan dan mengurangi kegaduhan. Wa Allahu Alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H