Alih-alih berfokus pada nilai numerik, penilaian di Finlandia lebih bersifat formatif dan deskriptif, memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa. Menurut Sahlberg (2011) dalam "Finnish Lessons: What Can the World Learn from Educational Change in Finland?", pendekatan ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih suportif dan kurang kompetitif.
2. **Penilaian Holistik di Singapura**
  Singapura telah mengadopsi pendekatan penilaian holistik yang mencakup berbagai aspek pembelajaran, termasuk nilai akademik, keterampilan sosial, dan partisipasi ekstrakurikuler. Menurut laporan dari [Ministry of Education Singapore](https://www.moe.gov.sg), penilaian holistik ini membantu siswa berkembang secara lebih menyeluruh dan mempersiapkan mereka untuk tantangan di masa depan.
### Kesimpulan
Raport sebagai simbol nilai memainkan peran penting dalam sistem pendidikan sebagai alat untuk menilai, mengkomunikasikan, dan memotivasi prestasi akademik siswa. Namun, penting untuk diingat bahwa raport hanyalah salah satu dari banyak cara untuk mengevaluasi pembelajaran.Â
Penekanan yang berlebihan pada nilai numerik dapat mengabaikan aspek penting lainnya dari pendidikan dan menciptakan tekanan yang tidak sehat bagi siswa. Oleh karena itu, pendekatan penilaian yang lebih holistik dan autentik, seperti penilaian portofolio, umpan balik formatif, dan penilaian deskriptif, perlu dipertimbangkan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan dan perkembangan siswa.
Dengan mengadopsi pendekatan-pendekatan ini, sistem pendidikan dapat lebih efektif dalam mendukung perkembangan holistik siswa, mempromosikan pembelajaran yang lebih bermakna, dan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih adil dan inklusif.
### Sumber Literasi
- Black, P., & Wiliam, D. (1998). Inside the Black Box: Raising Standards Through Classroom Assessment. Phi Delta Kappan.
- Guskey, T. R. (2001). Developing Grading and Reporting Systems for Student Learning. Corwin Press.
- Kohn, A. (1999). The Schools Our Children Deserve: Moving Beyond Traditional Classrooms and "Tougher Standards". Houghton Mifflin.
- Paulson, F. L., Paulson, P. R., & Meyer, C. A. (1991). What Makes a Portfolio a Portfolio? Educational Leadership.
- Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Self-Determination Theory and the Facilitation of Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-Being. American Psychologist.
- Sahlberg, P. (2011). Finnish Lessons: What Can the World Learn from Educational Change in Finland?. Teachers College Press.
- Stiggins, R. J. (2007). Student-Involved Assessment for Learning. Prentice Hall.
- Wiggins, G. (1998). Educative
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H