2. **Reduksi Pembelajaran ke dalam Simbol Sederhana**
  Penilaian melalui raport sering kali mereduksi kompleksitas proses pembelajaran ke dalam simbol-simbol sederhana seperti angka atau huruf. Ini dapat mengabaikan berbagai aspek penting dari pembelajaran yang tidak mudah diukur, seperti pemahaman konseptual, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan komunikasi.Â
Wiggins (1998) dalam "Educative Assessment" menekankan bahwa penilaian yang benar-benar mendidik harus lebih dari sekadar angka, melainkan harus memberikan wawasan yang lebih dalam tentang pemahaman dan kemampuan siswa.
3. **Pengaruh Negatif pada Motivasi Intrinsik**
  Studi menunjukkan bahwa penilaian eksternal, seperti nilai dalam raport, dapat mengurangi motivasi intrinsik siswa untuk belajar. Ryan dan Deci (2000) dalam "Self-Determination Theory and the Facilitation of Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-Being" menemukan bahwa fokus yang terlalu besar pada nilai dapat mengalihkan perhatian siswa dari pembelajaran itu sendiri ke upaya mendapatkan nilai tinggi.
4. **Ketidakadilan dalam Penilaian**
  Penilaian yang tercermin dalam raport sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak selalu adil atau objektif, seperti bias guru, kondisi pribadi siswa, dan variabilitas dalam standar penilaian. Hal ini dapat menghasilkan ketidakadilan dalam penilaian dan mempengaruhi persepsi siswa terhadap kemampuan mereka sendiri.
### Solusi dan Pendekatan Alternatif
1. **Penilaian Autentik**
  Untuk mengatasi beberapa kelemahan raport tradisional, banyak ahli pendidikan mendorong penggunaan penilaian autentik. Penilaian ini menekankan pada tugas-tugas dunia nyata yang memerlukan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang relevan. Menurut Wiggins (1998), penilaian autentik dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan siswa dan mempromosikan pembelajaran yang lebih bermakna.
2. **Portofolio Siswa**
  Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, kemajuan, dan pencapaian mereka selama periode waktu tertentu. Portofolio memungkinkan penilaian yang lebih holistik dan mencakup berbagai aspek pembelajaran yang tidak dapat diukur dengan tes atau tugas tunggal. Paulson, Paulson, dan Meyer (1991) dalam "What Makes a Portfolio a Portfolio?" menyatakan bahwa portofolio dapat memberikan gambaran yang lebih kaya dan mendalam tentang kemampuan dan perkembangan siswa.
3. **Umpan Balik Formatif**
  Umpan balik formatif yang diberikan selama proses pembelajaran dapat membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka serta bagaimana mereka dapat memperbaiki kinerja mereka. Black dan Wiliam (1998) dalam "Inside the Black Box: Raising Standards Through Classroom Assessment" menemukan bahwa umpan balik formatif yang efektif dapat meningkatkan prestasi siswa secara signifikan.
4. **Penilaian Deskriptif**
  Selain nilai numerik, penilaian deskriptif yang memberikan komentar rinci tentang kinerja siswa dapat memberikan wawasan yang lebih baik kepada siswa dan orang tua tentang perkembangan akademik dan keterampilan siswa. Penilaian deskriptif dapat mencakup observasi tentang keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
### Studi Kasus dan Implementasi
1. **Sistem Penilaian di Finlandia**
  Finlandia dikenal dengan sistem pendidikan yang inovatif dan efektif. Salah satu kunci keberhasilan mereka adalah pendekatan terhadap penilaian.Â