Mohon tunggu...
Amir KOBOY
Amir KOBOY Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan

Membaca dan menulis naskah drama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aremania Cilik

9 November 2022   15:35 Diperbarui: 9 November 2022   15:39 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"halo,iya Bu ini masih di Kanjuruhan,belum masih istirahat babak pertama ,ngeih ngeih , langsung pulang bareng arek arek "

Itu tadi ibu saya.sudah jam sepuluh kok belum pulang.mereka cemas pasti!

Arek wedok kok jam sepuh masih diluar..saya ini baru 12 tahun SMP..

Tapi demi Arema he-he-he ibu saya ikhlas apalagi bapak.!bapak saya itu  pemain bola terkenal.hemm cuma pemain dusun yang tandingannya untuk persahabatan antar kampung atau perebutan kejuaraan tuju belasan anter desa .dan saya rasa malam ini juga nonton di tivi..ini malang mas ! kalau Arema main semua mengikuti ada tivi radio di rumah kafe warung hik angkringan.ini malang mas.

Suara lek derijen dengan toanya terdengar lagi.mengajak kami kembali berdiri menyanyi dan menari lagi. Kedudukan dua dua setelah Camara membuat dua gol dalam lima menit kali ini Aremania terlihat lebih semangat lagi mendukung

Tapi .. Arema teledor lagi.pemain dari Jepang itu menyambar bola umpan dari idola saya marcelino dan kami tertinggal lagi oleh bajol ijo.iya saya memang menyukai pemain nomer tujuh bajol ijo tapi aku lebih mencintai Dedik yang setia pada Arema..

Score dua tiga kami tertinggal lagi.jujur aku cemas  tapi sepertinya Aremania tetap semangat dengan nyanyian dan tarian untuk menyemangati Arema  menyamakan dan membalikkan kedudukan sesegera mungkin tapi gol tak kunjung datang kami semakin kuatir bahkan saat wasit cadangan mengangkat penunjuk waktu tambahan sebanyak tujuh menit itu artinya waktu normal sudah habis .harap cemas kami semuanya ,bahkan  pipiku telah basah oleh air mata begitu juga kawan ku suara kami semakin serak dan berat ...dan benar kami kalah lagi

Beberepa arek lanang turun ke lapangan ,awalnya Cuma satu dan aparat  berbaju coklat berhasil menghadang .tapi berikutnya  puluhan arek lain ikut turun sambil menangis mereka memeluk pemain arema yang tertunduk munyembunyikan wajahnya  yang bejalan lesu menuju tribunku .kami saling menghibur karena  sama sama berduka ,ada beberapa arek lain berlari menuju tempat duduk pemain cadangan dan pelatih aku melihat mereka dihalangi aparat yang juga semakin banyak  dilapangan .aku di perlihatkan tontonan yang tak sepatutnya untuk kami yang masih sd smp ini .ibu aku takut .ayah benar kata katamu ayah ,stadion tidak aman untuk anak sepertiku .tidak sepatutnya aku diperlihatkan tontonan seperti ini  ,mereka di pukul ,ditendang, ibu aku takut ibu,.ayah maafkan aku ayah yang mengabaikan nasehatmu untuk nonton saja di rumah .

Kemudian aku berjalan mendekati bapak bapak yang juga membawa anak seusia ku ditempat yang  juga terdapati beberapa perempuan dewasa juga anak anak yang lain .dari sana aku melihatyang turun ke lapangan semakin banyak  sepertinya bila berhadapan dengan tendangan dan pukulan dari aparat meraka tidak takut ,keinginan aremania bertemu pemain dan pelatih seperti biasanya setelah selesai bertanding  dan mungkin menanyakan mengapa kita harus kalah dari team yang tak pernah menang dari arema selama 23 tahun .lalu asap putih tiba tiba mengepul dilapangan ,bukan hanya satu ,dua tiga dan makin banyak dan semakin pekat membuat aremania yang ada dilapangan  bergerak menyebar ,ada yang lari kepintu keluar ada yang hanya menjauhi pekatnya asap dan kembali naik ketribun lagi ,dan ...ibu ayah mataku pedih ibuu...aku tidak bisa melihat ,dada ini sesak ibu,aku bergerak gak tau kemana hanya mengikuti suara yang yang memanggil "arek cilik deseke arek wedok deseke'' tapi siapa yang mau menurut aba aba dalam suasana begini ,semua berebut ingin segera keluar dari kanjuruhan ,aku mencoba membuka mata ..tapi rasa perihnya benarbenar memaksa untuk tetap terus  menutup .sekarang hanya terdengar tangisan arek bayek yang rewel dan jeritan  emak emak yang panic ...ibu  ayah,,,aku tidak tahu apa yang terjadi, pintu keluar samar terlihat 10 meter tapi aku tak bisa menjanggaunya ayah,sementara dari belakang dorongan semakin berat apa dayaku yang hanya anak kecil menghadapi tenaga mereka yang banyak .aku kini bener tak   bisa melihat lagi ayah,aku sekarang terjatuh ayah tolong selamatkan aku,aku menjerit,tapi siapa yang perduli dengan jeritanku ,,aku tak bisa berhitung lagi entah sudah berapa sepatu itu menginjak dadaku ,nafasku sesak ayah.aku menjadi alas dikakinya .ayah maafkan aku yang tak percaya stadion ini sangat bahaya.maafkan aku ibu yang tak bisa menjadi putri kecilmu yang manis .kini sememuanya menjadi gelap ayah .semuanya menjadi senyap ibu ,aku tak lagi mendengar jerit mereka lagi .aku tak merasakan sakit lagi .aku tak merasakan apa apa lagi .kemudian aku seperti bermimpi melihat  diriku sendiri tergeletak masih dengan kaos biru dan syal birubergambar singa di sudut pintu gerbang yang hanya sepertiganya  terbuka .masih dengan kaos biru dan syal biru bergambar singa ,aku baca namaku di bawa kata salam satu jiwa aremania  audi nesia alfiari . kemudian aku bernyani lagi dengan 29 anak yang baru bangun dari mimpi ,kali ini music yang mengiring adalah serine ambulan dan juga polisi

''tinggalkan ayah tinggalkan ibu relakan kami pergi berjuang .dibawah bendera singo edan ayo maju ayo maju aremaku.jangan kau kembali pulang sebelum arema menang walau harus mati di tengah lapangan ,aremaku teruslah berjuang ''

Ayah maafkan aku

Ibu maafkan aku

Amir syarifuddin koboy

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun