Zinedine Zidane, salah satu pemain sepakbola terbaik di dunia terkenal sebagai orang yang baik, santun dan ramah. Akan tetapi Zidane tiba-tiba beringas dan menghajar Materazzi di lapangan Sepak Bola pada pertandingan resmi yang sangat krusial, Final Piala Dunia. Ternyata hal tersebut dikarenakan Zidane tidak bisa menahan diri lagi karena beberapa kali mendengar hinaan yang ditujukan kepada Ibunya.
Agama apapun pastilah mengajarkan umatnya untuk memuliakan Ibu. Bukan hanya Ibu kandungnya sendiri, juga harus menghormati Ibu dari orang lain, walaupun Ibu Tiri dan Ibu Angkat. Menurut agama Islam, seorang Ibu harus diutamakan Ibu. Bahkan takarannya tiga kali dibandingkan Ayah.
Saya masih ingat dimasa kanak-kanak, dimana provokasi dan konfrontasi dilakukan dengan melemparkan benda-benda ke tanah dengan mengatakan “Ini Bapakmu!” kemudian menginjaknya. Tidak pernah sekalipun ada yang mengatakan “Ini IBUmu!”. Hal ini semacam ajaran moral bagi anak-anak untuk selalu menghormati IBU.
Melihat sangat terhormatnya posisi Ibu, maka sangat wajar bila Zidane begitu murka. Saya pun akan marah bila mengalami hal yang sama. Siapa yang tidak akan marah bila Ibunya dihina apalagi difitnah? Apa ada yang mau Ibunya dihina oleh orang lain? Sebenci-bencinya seorang anak pada Ibunya, saya yakin dalam hatinya tidak rela bila ada yang menghina Ibunya sendiri.
Lantas bagaimana jika ada yang menghina ibu orang lain, khususnya di media sosia seperti Facebook (FB)? Apakah akan semangat memberikan like, berkomentar mendukung lalu menge-share-nya dengan atau tanpa caption yang menambah penghinaan? Apakah ketidaksukaan dan kebencian kita pada orang lain berarti boleh menghina keluarganya khususnya Ibunya???
Terus terang saya sangat miris dengan fenomena seperti dalam gambar yang dicapture dari FB ini. Sebuah status yang melecehkan seorang Ibu dari orang yang dibencinya. Kebetulan saja yang dibencinya adalah Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi). Dan kejadian seperti ini sudah pernah terjadi sebelumnya, bukan yang pertama kali.
Mirisnya lagi, status ini dilike oleh ribuan pengguna FB dan juga dishare berkali-kali untuk mendukung pelecehan tersebut. Sungguh pameran global terkait kerusakan pikiran dan mental. Sangat menyedihkan dan luar biasa memalukan! Ada apa dengan si pelaku dan ribuan pengguna FB yang mendukung perbuatan yang sungguh-sungguh di luar batas kewajaran tersebut???
Ini bukan soal yang dilecehkan adalah Ibu dari seorang Presiden. Tapi fokusnya adalah PELECEHAN KEPADA SEORANG IBU. Ibu siapapun tak pantas diperlakukan demikian!!!
Nasehat Ibu pada Jokowi
Sebagai anak, saya yakin Jokowi terluka hatinya. Tetapi mengapa Jokowi tidak melakukan sesuatu untuk membalasnya atau setidaknya berusaha menghentikannya? Apalagi Jokowi sebagai Presiden RI memiliki kekuasaan dan wewenang untuk bertindak. Tidak berbeda dengan yang dulu dimiliki oleh Presiden di era Suharto.
Bila mau, sangat mudah membungkam orang-orang yang tidak disukai apalagi yang menghina dan mengusik dengan fitnah. Apa jangan-jangan memang benar hinaan dan fitnah yang dilontarkan tersebut? Seperti yang diyakini oleh pelaku dan para pendukungnya? Padahal saya sendiri dan tentu saja sangat banyak rakyat Indonesia begitu geram dan marah dengan penghinaan tersebut.
Sepertinya ada alasan yang mulia mengapa Jokowi terkesan mengabaikan penghinaan bahkan fitnah kepada dirinya, keluarganya lebih khusus kepada Ibunya. Sebagai anak yang berbakti pada Ibu, sangat wajar jika Jokowi mengingat dan melaksanakan nasehat dari Ibu yang sangat dihormati dan dicintainya.
"Mas Joko anakku, kamu sudah menang. Kalau jadi presiden, memimpin Indonesia yang amanah, yang ramah, rendah hatinya. Bisa mengemban amanah rakyat, yang baik ya mas pokoknya yang takwa kepada Allah dan bisa menjalankan dengan baik dan santun," Demikianlah nasehat berharga Ibunda Jokowi saat anaknya dipercaya oleh mayoritas rakyat Indonesia menjadi Presiden Republik Indonesia dalam Pilpres tahun 2014 lalu. Nasehat ini banyak dikutip oleh berbagai media. Dengan mudah bisa ditemukan di mesin pencari internet.
Bila Jokowi membalasnya, maka berarti sama saja dengan melanggar nasehat Ibu tercinta untuk selalu ramah, rendah hati, santun dan takwa kepada Allah SWT. Jokowi tidak mau menggunakan barang sejentik kekuasaannya untuk membungkan hinaan dan fitnah yang dilontarkan berbagai pihak secara bertubi-tubi, karena itu berarti TIDAK AMANAH. Sang Ibu tercinta telah bertitah untuk selalu amanah dalam kemenangan yang digenggamnya.
Sayangnya hal ini tentu saja akan membuat mereka (manusia-manusia yang hatinya hitam karena dengki, hasat, penuh kebencian) makin merasa bebas melakukan penghinaan dan fitnah-fitnah lainnya. Dan sangat mungkin, Ibunda Jokowi akan menjadi sasaran yang digemari untuk dihina dan difitnah. Entah apalagi yang akan dibuat atau hanya diulang-ulang kembali demi melampiaskan kebenciannya pada Jokowi.
Kebaikan dan kesabaran Jokowi dan keluarganya akan selalu dianggap buruk atau hanya pencitraan saja. Hal ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk berusaha memuaskan dahaga kebenciannya yang pastinya tidak akan menganal batas. Mereka bagaikan orang haus yang meminum air laut. Dahaga yang dirasakan tidak akan pernah hilang apalagi merasa puas. Hal tersebut pada akhirnya merusak diri sendiri, bahkan efeknya juga menimpa pada keluarga, teman dan pendukung.
Bagi kita yang merasa sedih dan marah pada tingkah yang melecehkan Ibu tersebut, tetaplah dalam koridor akan sehat dan mengedepankan hati nurani yang bersih. JANGAN SEKALI-KALI BALAS MENGHINA IBU si pelaku dan pendukungnya. IBU tetaplah mulia meskipun melahirkan durjana. Bila ikut menghina Ibu, Ibu siapapun itu, maka sesungguhnya kita tidak ada bedanya lagi.
Hormati Ibu. Ibu sendiri ataupun Ibu orang lain. Ibu siapapun itu, dari Ibu si Pemulung hingga Ibu dari Presiden Republik Indonesia. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H