Mohon tunggu...
Amirsyah Oke
Amirsyah Oke Mohon Tunggu... Administrasi - Hobi Nulis

Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengusik Ibu Jokowi di Suasana yang Fitri

8 Juli 2016   09:08 Diperbarui: 8 Juli 2016   09:31 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Facebook yang disetting publik

Sepertinya ada alasan yang mulia mengapa Jokowi terkesan mengabaikan penghinaan bahkan fitnah kepada dirinya, keluarganya lebih khusus kepada Ibunya. Sebagai anak yang berbakti pada Ibu, sangat wajar jika Jokowi mengingat dan melaksanakan nasehat dari Ibu yang sangat dihormati dan dicintainya.  

"Mas Joko anakku, kamu sudah menang. Kalau jadi presiden, memimpin Indonesia yang amanah, yang ramah, rendah hatinya. Bisa mengemban amanah rakyat, yang baik ya mas pokoknya yang takwa kepada Allah dan bisa menjalankan dengan baik dan santun," Demikianlah nasehat berharga Ibunda Jokowi saat anaknya dipercaya oleh mayoritas rakyat Indonesia menjadi Presiden Republik Indonesia dalam Pilpres tahun 2014 lalu. Nasehat ini banyak dikutip oleh berbagai media. Dengan mudah bisa ditemukan di mesin pencari internet.

Bila Jokowi membalasnya, maka berarti sama saja dengan melanggar nasehat Ibu tercinta untuk selalu ramah, rendah hati, santun dan takwa kepada Allah SWT. Jokowi tidak mau menggunakan barang sejentik kekuasaannya untuk membungkan hinaan dan fitnah yang dilontarkan berbagai pihak secara bertubi-tubi, karena itu berarti TIDAK AMANAH. Sang Ibu tercinta telah bertitah untuk selalu amanah dalam kemenangan yang digenggamnya.

Sayangnya hal ini tentu saja akan membuat mereka (manusia-manusia yang hatinya hitam karena dengki, hasat, penuh kebencian) makin merasa bebas melakukan penghinaan dan fitnah-fitnah lainnya. Dan sangat mungkin, Ibunda Jokowi akan menjadi sasaran yang digemari untuk dihina dan difitnah. Entah apalagi yang akan dibuat atau hanya diulang-ulang kembali demi melampiaskan kebenciannya pada Jokowi.

Kebaikan dan kesabaran Jokowi dan keluarganya akan selalu dianggap buruk atau hanya pencitraan saja. Hal ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk berusaha memuaskan dahaga kebenciannya yang pastinya tidak akan menganal batas. Mereka bagaikan orang haus yang meminum air laut. Dahaga yang dirasakan tidak akan pernah hilang apalagi merasa puas. Hal tersebut pada akhirnya merusak diri sendiri, bahkan efeknya juga menimpa pada keluarga, teman dan pendukung.

Bagi kita yang merasa sedih dan marah pada tingkah yang melecehkan Ibu tersebut, tetaplah dalam koridor akan sehat dan mengedepankan hati nurani yang bersih. JANGAN SEKALI-KALI BALAS MENGHINA IBU si pelaku dan pendukungnya. IBU tetaplah mulia meskipun melahirkan durjana. Bila ikut menghina Ibu, Ibu siapapun itu, maka sesungguhnya kita tidak ada bedanya lagi.

Hormati Ibu. Ibu sendiri ataupun Ibu orang lain. Ibu siapapun itu, dari Ibu si Pemulung hingga Ibu dari Presiden Republik Indonesia. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun