Taman Lapangan Banteng di Jakarta Pusat letaknya sangat strategis karena berdekatan dengan tempat-tempat wisata dan ruang publik seperti Taman Monas, Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Pasar Baru dan Istana Merdeka. Taman Lapangan Banteng adalah salah satu ruang publik di Jakarta yang sangat terkenal. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu: memiliki nilai sejarah, taman yang luas dengan banyak fasilitas dan banyak acara yang dilaksanakan untuk masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Sejarah
Taman Lapangan Banteng adalah peninggalan dari jaman penjajahan Belanda. Pada awalnya bernama Waterloo Plein. yang merujuk pada nama kota di Belgia tempat dimana pasukan Belanda berhasil mengalahkan pasukan Napoleon pada tahun 1815. Belanda juga membangun sebuah Tugu Singa yang terdapat lambang Kerajaan Belanda. Penduduk Jakarta kemudian lebih banyak menyebutnya sebagai Tugu Singa. Pada 1943 saat pendudukan Jepang, Tugu Singa tersebut dihancurkan oleh militer Jepang.
Setelah kemerdekaan RI, Presiden Sukarno mengganti nama lapangan tersebut menjadi Lapangan Banteng. Hal ini dimaksudkan sebagai simbol gerakan nasionalisme Indonesia. Pada tahun 1962, dibangun Patung Pembebasan Irian Barat untuk memperingati keberhasilan mengusir penjajahan Belanda.
Pada era 1980 taman Lapangan Banteng pernah dipergunakan sebagai terminal bus dalam dan luar kota Jakarta. Karena dianggap tidak layak lagi sebagai terminal, maka di tahun 1993 Lapangan Banteng difungsikan kembali menjadi ruang terbuka hijau kota. Taman Lapangan Banteng terus ditata oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar dapat memberikan banyak manfaat pada warga Jakarta dan menjadi objek wisata. Kini Taman Lapangan Banteng telah memiliki banyak fasilitas dan menjadi favorit masyarakat untuk datang dengan berbagai keperluan.
Taman Lapangan Banteng menyediakan fasilitas yang lengkap bagi para pengunjungnya dan gratis pula. Sesuai namanya yaitu “Taman Lapangan”, Taman Lapang Banteng terdiri dari taman-taman dengan aneka tumbuhan dan ornamen-ornamen yang menarik, juga tersedia berbagai sarana dan fasilitas olahraga. Untuk memberikan sebuah ruang publik yang fungsional dan dapat dimanfaatkan seluruh lapisan masyarakat, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menata Taman Lapangan Banteng sedemikian rupa sebagai ruang terbuka hijau yang sekaligus sebagai tempat berolahraga. Ruang publik yang luasnya sekitar 4,5 hektar ini menyediakan berbagai sarana dan fasilitas.
Pengunjung dapat bersantai di taman dengan duduk santai pada kursi-kursi yang banyak disediakan, atau menggunakan beberapa saung dari bambu yang tidak perlu mengeluarkan biaya apapun. Hal ini akan memberikan kesegaran dan menghilangkan penat. Bagi pengunjung yang ingin melakukan refleksi kaki juga disediakan beberapa jalur refleksi yang ditanami batu-batu kerikil yang bersih dan berwarna-warni.
Yang membuat Taman Lapangan Banteng menjadi ruang publik yang spesial adalah karena banyaknya acara atau kegiatan yang dilaksanakan sepanjang tahun. Acara tersebut berupa ajang budaya, lingkungan, ekonomi ataupun gabungan ketiganya. Saat tulisan ini dibuat (30 September 2015), sedang berlangsung dua kegiatan di Taman Lapangan Banteng yaitu Pameran Flora dan Fauna (Flona) dan Pameran Citra Karya Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015.
Ruang publik seperti Taman Lapangan Banteng di Jakarta bisa dikatakan sebagai ruang publik yang komplit dan multi manfaat. Selain sebagai tempat untuk berekreasi, berolahraga, dan bercengkrama dengan keluarga, juga merupakan tempat untuk melaksanakan berbagai kegiatan kreatif yang menjadi ajang pariwisata. Apalagi tidak pernah dikenakan biaya tiket masuk alias gratis untuk setiap ajang kegiatan yang dilaksanakan di Taman Lapangan Banteng. Hal ini akan menarik minat masyarakat sekitar untuk selalu datang, juga akan menarik kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara. Dari yang sekadar melihat-lihat hingga melakukan transaksi yang akan menggerakkan ekonomi masyarakat di DKI Jakarta.
Ruang publik yang merupakan ruang terbuka hijau jelas memberikan banyak manfaat kepada lingkungan. Manfaat tersebut yaitu mengurangi polusi udara, menurunkan suhu, sebagai resapan air dan memperindah kota. Masyarakat pun dapat memanfaatkannya sebagai tempat untuk berinteraksi secara sosial dan keperluan lainnya tanpa dipungut biaya. Akan tetapi apabila dikelola dengan bijak dan tepat dan bekerjasama dengan berbagai pihak, ruang publik dapat memberikan keuntungan secara ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Hal ini sebagaimana yang telah diterapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Taman Lapangan Banteng. Pemerintah daerah lain di Indonesia dapat menjadikan hal ini sebagai contoh yang baik dalam mengelola ruang publik.
(foto-foto dalam artikel adalah koleksi pribadi).
Sumber Sejarah Lapangan Banteng: Sumber 1 ; Sumber 2 ; Sumber 3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H