Untuk solusinya sendiri, aku akan mengutip tulisan dari Badawi Agung Prihatmojo dengan judul "Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Mencegah Degradasi Moral di Era 4.0". Badawi menyarankan untuk adanya pendidikan karakter yang membiasakan budaya religius, menyisipkan nilai-nilai moral yang luhur, dan melakukan proses penilaian yang seimbang antara materi belajar koqnitif dan afektif dalam segala proses pembelajaran.
Sebagai penutup, sekali lagi aku sampaikan bahwa kreak, klitih, gangster, atau apapun sebutannya, merupakan sebuah masalah serius yang harus segera ditangani oleh pemerintah bersama masyarakat setempat. Urgensi ini harus segera diselesaikan mengingat teror dari para pemuda bermasalah tersebut tidaklah main-main karena bisa sampai menghilangkan nyawa seseorang yang tidak bersalah. Cara penyelesaiannya sebenarnya cukup sederhana, yaitu mengembalikan budaya unggah-ungguh yang beradab, religius, dan bernilai moral yang luhur yang sejatinya merupakan identitas asli dari budaya bangsa Indonesia.
Jadi, yuk, mulai berbenah dimulai dari diri sendiri. Demi Indonesia yang aman, nyaman, dan layak untuk dihuni oleh anak-cucu kita.
Referensi:
Jatmiko, Datu. (2021) Kenakalan Remaja Klitih yang Mengarah Pada Konflik Sosial dan Kekerasan di Yogyakarta. ISSN: 1412-1271 (p); 2579-4248 (e). Vol. 21. No. 2. (2021). pp. 129-150. doi: 10.21831/hum.v21i2.37480.129-150.
Lickona, T. (2013). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility.
Agung Prihatmojo, Badawi. (2020). Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Mencegah Degradasi Moral di Era 4.0. doi: https://doi.org/10.20961/jdc.v4i1.41129
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H