Suasana itu sedikit membawaku untuk mengenang masa lalu, hingga tak sempat ku simpan dalam hati sendiri. Ingin sekali meluapkan dalam air-air yang berada diarus kali, karena hati ini.
"Kak? Haruskah aku menyerah? Rasa-rasnya dia sudah memiliki tujuan yang lain. Diriku sudah dilupakan olehnya. Bahkan untuk meminta maaf saja tak pernah ia jawab, selalu mengelak, menghindariku. Aku sungguh masih ingat dengan janjiku dulu kak, tapi kenapa ia secepat itu untuk menghilangkan semua tentangku?" Keluhan Rama yang begitu serius langsung dijawab oleh Azza.
"Duh lebaynya, udah cukup dek. Semua itu berfase, dia memilih seperti ini karna ada latar belakangnya, ada dasar pemikiran yang telah membuatnya menjadi sekarang ini. Tata hatimu, perbaiki tujuanmu". Jelas Azza terhadap Rama
"Baiklah jadilah orang positif thingking. Kak zam, pertanyaanku jawab dengan jujur ya?" dengan mendekatkan diri pada Azzam.
"Apa"? singkat Azzam.
"Aku engga jelek-jelek amat kan kak"? sambil meringis kehadapan Azzam.
"Dirimu sendiri menilainya bagaimana dek? Tenang dek, 11, 12 dengan kakak kok". Ejek Azzam dengan menatap tawa Rama.
"Kuliah gimana? Kalau bisa lancarkan kuliah dulu dek, asmaranya dipending dulu. Perbaiki kualitas diri dek". Perlahan-lahan Azzam mengalihkan topic untuk mengetahui kuliahnya.
"InsyaAllah kak, hehe. Allhamdulillah, aktif dikelas kak walaupun rada susah menyampaikan argumentasi". Ujur Rama sembari memberesakan buku-buku yang tersebar dihamparan ruang tempat tidur. Dengan melihat jam yang terpasang di tangan Rama.
"Duh kak, udah jam 11:40". Cetus Rama dengan nada menguap. Langsung disahut oleh Azzam. Â "Jawara kok takut". Ledek Azzam.
"Yaudah tidur sini aja dek Ram, sekalian besok Kakak nebeng ke kampus". Terang Azzam