Beranda yang ada di sudut masjid inilah yang dinamakan Suffah dan orang-orang pengungsi yang tinggal di tempat ini dinamai Ahlus Suffah (penghuni Suffah). Mereka inilah yang mendapat subsidi atau beasiswa dari hasil penjualan tawanan tersebut. Dengan demikian, dana-dana itu digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari para sahabat yang membutuhkan dan menangani serta mengcover perjuangan Islam lainnya.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", terdengar ucapan salam dari sang ayah, memecah keheningan malam. Â
Fatimah dan suaminya sudah berada di tempat tidur mereka. Malam sebenarnya telah sangat larut, di tengah cuaca yang sangat dingin di luar rumah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh", jawab sang putri dari dalam rumah.
"Labbaik, Ayah", lanjut sambutan Fatimah kepada ayahnya.
"Biarlah Ayah yang masuk, kalian tidak perlu bangun, tetaplah di tempat tidur kalian", timpal sang ayah.
Sang ayah tidak ingin menyusahkan putrinya, Fatimah. Sang putri tidak perlu menyambut dan memperlakukannya dengan istimewa. Ia ingin mengajarkan bahwa seorang ayah semestinya tidak mengharapkan sambutan berlebihan dari anaknya saat ia datang. Ia juga tidak mengharapkan perlakuan istimewa dari anak-anaknya kala dirinya berkunjung.
"Perkenankan Ayah masuk ke kamar kalian", pinta sang ayah.
Setelah dipersilahkan masuk, sang ayah mengambil posisi duduk di tengah-tengah tempat tidur antara Fatimah dan suaminya. Ia tidak menjaga jarak di antara keduanya. Sang ayah tetaplah agung, mulia dan disegani sebagai orang tua dan mertua di hadapan mereka. Sebuah pemandangan yang syahdu, indah, dan mulia. Bentang alam yang menunjukkan kedekatan antara ayah dengan putrinya, seorang laki-laki separuh baya dengan menantunya. Lanskap itu menggambarkan tidak ditemukannya kebencian dan kemarahan antar keduanya, orang tua-anak, orang tua-menantu. Keharmonisan antar ayah-anak, ayah-menantu nampak terang dalam panorama detik itu, bukan sekadar retorika atau teori ilmu berumah tangga, Fiqh al-Usrah bertemakan Parenting: Membina Hubungan Rumah Tangga. Interaksi yang selaras dan sepadan antar mereka berhasil tercipta dalam balutan keakraban natural keimanan di antara mereka.
"Ayah sudah mendengar keluh-kesahmu. Ayah juga mengerti apa yang kalian alami. Ayah ikut prihatin dengan keadaan kalian," sang ayah membuka pembicaraan malam itu.
"Tapi, Ayah ....?" Fatimah menyanggah, merasa prihatin dengan kondisi ayahnya yang memaksakan datang malam itu.