Oleh aminuddin Â
KULIHAT matanya memerah
ketika kami berpandangan
sejenak ku palingkan wajah ke sebelah kananÂ
saat menoleh lagi ke kiri
si dia sudah tidak ada lagi
kemana dia pergiÂ
aku tak pula tahu
mau kutanya orangÂ
pada bingung hendak kemana
arah berjalan
di depan panjang jalan terbentang
kanan kiri serba hutanÂ
di belakang kabut menutup pandanganÂ
Lima menit setelah ituÂ
kulihat lagi pria itu
kami saling berpandanganÂ
matanya tak lagi memerah
tapi sepertinya masih menyimpan amarah
pada siapa tak pula kutahu
mau kutanya orangÂ
pada gelisah penuh kegundahan
ke mana tempat  berlabuh
kaki berpijakÂ
tidur bisa lelap
makan bisa banyak
Lima belas menit setelah ituÂ
langit tiba-tiba gelap
suara tembakan menggelegar
banyak orang lalu terkapar
semua orang jadi berpencar
sementara aku antara tidak
dan terkapar
sayup-sayup kudengar panggilanÂ
'ayo terkapar'
aku menolak
meski akhirnya ikut berkaparan
Jadilah orang selalu bersinar
meski gelap tetaplah berpendar
walau berpunya tak pilih tenar
Allahu akbar...Â
Langit pun berubah terang
seterang bulan menyinari purnamaÂ
tampak anggun lagi berkepribadian
bikin hidup jadi tenang
kemana melangkah satu tujuanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H