Selamat merayakan kemerdekaan negara kita tercinta.
Selamat merenda kembali harapan akan masa depan yang sejahtera sebagaimana dicita-citakan dalam konstitusi. Jangan terjebak dan putus asa dalam sengkarut politik yang menyesakkan dada demokrasi, menanarkan mata dan memekakkan telinga batin.
Meskipun,Â
ketika remaja-remaja kita ceria berlomba tarik tambang, nun jauh di pucuk-pucuk kekuasaan sedang terjadi tarik ulur siapa menguasai siapa.Â
Ketika anak-anak kita bergembira memanjat pinang, nun jauh di sana banyak yang sedang bersitegang memanjat pohon kekuasaan. Bahkan ketika warga ceria mengikuti atau menonton ragam gerak jalan, di balik tembok ruang-ruang publik dan mata media sedang terjadi aneka gerak pengejar kuasa mengatur barisan berderap mengejar hegemoni ekonomi atas restu pemegang hegemoni kebijakan.
Negara sudah menggelar upacara peringatan hari ulang tahun tersebut. Dari tingkat pusat sampai ke jenjang pemerintahan terendah upacara tersebut telah digelar dengan sukses dan banyak dari kita dengan sukarela ikut dalam prosesi tersebut. Meski ada yang menyorot biaya besar yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan peringatan, namun sebagai peristiwa politik dan budaya peristiwa tersebut tetap berlangsung.
Relevankah membandingkan biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh di tengah kesulitan keuangan negara, baca APBN/APBD, untuk memenuhi kebutuhan pengentasan kemiskinan, pengurangan jumlah pengangguran sampai ke penurunan angka tengkes (stunting)?Â
Pertanyaan seperti di atas biasanya muncul dari mereka yang tidak menerima manfaat langsung dari peristiwa upacara. Apabila kita menelusuri antropologi kekuasaan di Nusantara, maka diperoleh jawaban bahwa biaya untuk sebuah upacara negara tidak dapat dibanding-bandingkan dengan manfaat ekonomi, khususnya dampak langsung bagi rakyat.Â
Penyelenggaraan sebuah upacara adalah sebuah keniscayaan bagi kekuasaan. Bukankah dulu pernah ada lagu Ojo Dibandingke yang dinyanyikan di penghujung upacara kenegaraan kita?
Upacara yang megah adalah tradisi bagi penguasa. Terselenggaranya upacara yang semarak adalah ritual bagi pemegang tampuk kekuasaan.