Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kupu-kupu yang Lucu, Kemana Engkau Terbang?

10 Mei 2023   12:01 Diperbarui: 12 Mei 2023   17:38 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetangga kita di Asia menambah kapasitas paru-paru dunia dengan menambah luas hutannya, kita justru mengurangi luas hutan kita. Tentu alasan yang dapat kita ajukan adalah karena kebutuhan untuk pertumbuhan ekonomi agar masyarakat kita sejahtera.

Kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk membutuhkan tambahan lahan untuk menanam dan memproduksi lebih banyak bahan pangan. 

Dengan luas daratan total di muka bumi tetap, maka kebutuhan penambahan luas lahan untuk pertanian mengharuskan adanya alih fungsi lahan. Belum lagi kebutuhan untuk pemukiman, infrastruktur dan sejenisnya.

Lahan pertanian meluas, pemukiman semakin berkembang maka hutan pun menciut. Tepi hutan pun terasa menjauh dari pemukiman. Lambat laun hutan menjadi gambaran yang samar-samar, timbul tenggelam muncul di benak. Hutan semakin jarang menjadi bagian lingkungan keseharian.

Bahkan dongeng tentang peri penunggu hutan sayup-sayup meredup dalam percakapan orang tua dan anak-anak belia. Mendongeng kini diambil alih oleh gawai. Lagu anak pun kini rasanya tidak terlalu kentara bedanya dengan lagu dewasa.

Siapa yang masih ingat lagu kupu-kupu? Itu pertanyaan bagi saya dan anda yang berada di kelompok paruh baya.

Siapa yang tahu dan bisa menyanyikan lagu kupu-kupu? Itu pertanyaan bagi anak-anak masa kini.

Sepertinya jawaban kedua pertanyaan tersebut akan tersajikan lewat gelengan kepala sebagian orang.

Gelengan kepala kelompok paruh baya boleh jadi adalah gerakan mekanis badan untuk mencoba membuka kembali memori yang sudah berdebu dan berkarat. 

Adapun gelengan kepala anak-anak hari ini boleh jadi gambaran bahwa lagu tersebut sesuatu yang asing dan tergantikan oleh lagu-lagu dari negeri lain yang tanpa kenal batas usia menyerbu masuk ke ruang sosial dan ruang privat keluarga-keluarga kita hari ini.

Lebih akrab kita dengan kejadian nun jauh di belahan lain dunia ini, ketimbang menyadari bahwa hutan kita sedang semakin menjauh dari keseharian. Getir melihat banyak anak-anak kota bermain di sawah atau masuk ke hutan sebagai pengalaman baru dan unik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun