Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Hanua Sinjai dan Cermin Kelokalan Sejarah

20 Juli 2022   13:30 Diperbarui: 31 Juli 2022   00:01 1465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca dalam pelayaran dengan kapal Pelni (Dok. pribadi)

Melalui buku HANUA SINJAI, Sinjai juga beruntung mampu menampilkan eksistensinya di tengah dominasi kisah Gowa dan Bone yang hari ini banyak dikonsumsi oleh kaum milenial.

Membaca HANUA SINJAI kita akan mendapatkan sandingan dengan bukunya Christian Pelras, MANUSIA BUGIS, yang sering menjadi rujukan peneliti-peneliti mutakhir. 

Bukan untuk saling menegasikan tapi saling memperkuat. Kalau MANUSIA BUGIS berbicara tentang Bugis secara umum dari kacamata cendekiawan Barat, maka HANUA SINJAI bercerita lebih mendetail, sehingga mengambil setting lokasi yang lebih sempit, dari kacamata cendekiawan lokal yang selama 30 tahun menghirup udara setempat.

Bayangkan kalau semua daerah di Nusantara memiliki dokumen serupa, dan sumber sejarah dan standar historiografi yang setara, maka kita akan memperoleh gambaran lengkap betapa antar suku di Nusantara memiliki pertautan yang kuat di masa lalu. Pertautan itulah yang sesungguhnya menjadi warisan utama dari masa lalu ke masa modern sehingga NKRI yang kita banggakan hari ini dapat mewujud.

Sebagian mungkin akan mengatakan bahwa sejarah lokal tidak sepenuhnya bisa dijadikan sandaran karena banyaknya kepentingan primordial yang menggelayuti dalam penggalian dan pengungkapannya dibanding sejarah nasional yang sudah mapan.

Tapi bukankah sejarah yang disebut sejarah nasional pun isinya sebenarnya tentang kejadian dan tokoh lokal yang dengan teknik historiografi tertentu dapat menjadi memiliki dampak yang melintasi batas kelokalannya? 

Dapat saja dikatakan bahwa sejarah nasional merupakan akumulasi dari sekian banyak sejarah local atau sebaliknya sejarah lokal merupakan gambaran lebih detail dari sejarah nasional.

Bias tafsir atau cacat data pendukung merupakan hal yang biasa dalam penulisan sejarah lokal tapi bisa dibincangkan secara akademis, dan karenanya semakin banyak yang menulis sejarah lokal dengan memperkaya sumber primer yang diacu ibarat sumbangan kepingan-kepingan yang nantinya akan menghasilkan gambaran yang utuh.

Karenanya kita butuh lebih banyak sosok seperti Drs. Muhannis. Kita butuh lebih banyak lagi buku sejarah lokal untuk meneguhkan ikatan keberagaman negeri tercinta ini.

Salam literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun