Saya tidak bercerita sejarah di sini, hanya untuk mengusir kesuntukan karena perjalanan 8 jam bukan waktu yang singkat apalagi ketika sinyal telekomunikasi terkadang meredup.
Sore hari Ferry merapat dengan selamat di Labuhan Bajo, pintu masuk ke Pulau Flores selain Bandara Komodo. Setelah melewati pemeriksaan dokumen kesehatan yang diatur dalam protokol kesehatan penanganan pandemi Covid-19 kami kemudian menuju ke kediaman salah seorang keluarga yang sudah lama bermukim di sini.
wisata. Pandemi Covid-19 rupanya mempengaruhi keberadaan mereka.
Lepas dari daerah kawasan pelabuhan, kota Labuhan Bajo sebagian besarnya berada di punggung perbukitan. Jalanan di daerah pelabuhan sepi dari turis asing yang biasanya lalu lalang di antara kafe-kafe, pertokoan dan gerai penyedia layananSetelah membersihkan badan, duduk di teras belakang rumah ternyata menyajikan pemandangan malam yang indah. Mata memandang ke arah barat dan disajikan keelokan panorama pelabuhan di waktu malam.
Kadal raksasa yang keberadaannya bukanlah di Pulau Flores ini telah mendatangkan penghidupan bagi para pendatang dan tentu juga imbasnya bagi penduduk setempat melalui rantai pariwisata. Bahkan Presiden Joko Widodo pun lalu menetapkan Labuhan Bajo sebagai destinasi pariwisata premium, tentu karena keunikannya.
Malam kami beristirahat sesekali ditingkahi suara adzan dari mesjid yang bersebelahan dengan gereja.
Menyapa pulau
Pulau yang menjadi tujuan favorit wasatawan umumnya adalah Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Pulau Padar. Habitat komodo yang utama berada di Komodo dan Rinca dan sedikit sekali di Pulau Padar. Kesepakatan dengan rombongan akhirnya kami menetapkan tujuan ke Pulau Padar.
Perjalanan ke Pulau Padar ditempuh sekitar 3 jam, menyusuri tepi pulau-pulau kecil yang sebagiannya berpenghuni sebagian lagi tidak berpenghuni. Sesekali melewati gundukan pasir putih yang muncul ketika air surut
Padar menawarkan spot untuk berfoto yang luar biasa, meski untuk menggapai tempat favoritnya di ketinggian anda harus menaiki 800-an anak tangga. Capek? Tentu pendakian setinggi itu menguras stamina.Â