Lewat pendidikan lah generasi muda dapat dibekali dengan kemampuan metodologis untuk berdialektika dengan perkembangan zaman yang bisa jadi tidak akan selalu seperti apa yang kita lihat dan rasakan hari ini.
Pelajaran Sejarah dalam perspektif kelanggengan identitas komunitas berbangsa menjadi salah satu cara membekali generasi muda hari ini tentang gen yang tertanam dalam proses terbentuknya negara dan semangat yang menjiwai terbentuknya bangsa ini.
Terputusnya pewarisan ini berarti juga putusnya jaminan kesinambungan kebanggaan identitas menjadi hanya seonggok catatan masa lampau.
Namun pertanyaan yang sama dalam benak siswa di atas belum tentu terpuaskan dengan hanya menyodorkan pentingnya mengatakan Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah (JASMERAH).
Intrik politik perebutan kekuasaan di antara para raja dan pangeran di masa lampau apa masih relevan hari ini atau di masa depan?Â
Sebagaimana Kahlil Gibran pernah mengatakan bahwa anak hari ini memiliki masa depan yang kita pun tidak akan sampai ke sana. Ibarat anak panah, seorang anak akan melesat ke masa depan, bukan tenggelam ke masa lalu.
Terlepas dari penolakan penghapusan kewajiban mempelajari Sejarah di bangku sekolah, publik pun mungkin harus jujur mempertanyakan bahwa dalam Pelajaran Sejarah yang dipentingkan apakah materinya atau kemampuan membedah materi yang diajarkan?
Mementingkan materi berarti kita memiliki intensi untuk mewajibkan anak-anak kita menyerap apa isi memori generasi hari ini atau dengan kata lain menambah beban yang belum tentu akan berguna bagi mereka kelak.Â
Belum lagi kalau membincangkan validitas bahan ajar yang disampaikan di depan kelas. Bukankah sebagian materi tentang peristiwa G-30 S/PKI pun, misalnya, masih ada segelintir yang mempertanyakan validitasnya?
Namun kalau kepentingan lebih pada proses pembelajaran, maka kita bisa berharap bahwa materi yang disampaikan di depan kelas akan berguna bahkan di masa depan, bahkan hari ini.Â
Kegunaan yang saya maksud adalah kalau pengajaran sejarah ditekankan pada penguasaan metodologi. Siswa diajari cara mencari sumber sejarah, siswa dilatih melakukan kritik sumber, siswa dikenalkan cara menafsirkan fakta sejarah lalu siswa diberi dan diasah keahliannya dalam menyusun historiografi.