Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar Literasi dari "Assikalaibineng", Kitab Persetubuhan Bugis

23 Juli 2020   11:32 Diperbarui: 25 Juli 2020   02:52 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Assikalaibineng dan Lontara Sakke (dokpri)

Kalau uraian di atas berbicara tentang cara penyajian dan pola konsumsi informasi, laku hubungan suami istri dalam hal ini, yang lebih menarik lagi sebenarnya adalah budaya literasi atau kebiasan tulis-menulis dalam suatu etnis atau kelompok masyarakat tertentu. Bukankah kemampuan literasi juga diukur dari kemampuan menghasilkan karya tulis mandiri?

Dalam buku Membaca Manusia Bugis-Makassar yang ditulis oleh Mukhlis PaEni (2014) disebutkan bahwa pada tahun 1653, Alexandre de Rodhes seorang Jesuit berkunjung ke Makassar dan bertemu dengan seorang bangsawan bernama I Mangada Cina Daeng Sitaba alias Karaeng Pattingaloang mangkubumi kerajaan Gowa. Dia menulis dalam catatan perjalanannya:

.......

Seorang yang sangat bijaksana. Dengan minat yang tinggi dia telah membaca seluruh sejarah raja-raja Eropa. Dia selalu membawa buku-buku kita khususnya yang berhubungan dengan Matematika, yang sangat dia kuasai.

.......

Mendengarnya berbicara tanpa melihatnya, orang akan menyangka dia seorang asli Portugis karena menggunakan bahasa ini amat lancar sebagaimana yang bisa kita dengan di Lisbon.

Karaeng Pattingaloang dikisahkan memiliki lebih dari 10 ribu buku dan fasih berbahasa Portugis, Spanyol, Latin, Perancis, Arab dan Inggris.

Apa yang dapat kita pelajari dari informasi ini? Bangsawan tinggi sebuah kerajaan Islam yang menguasai banyak bahasa Eropa yang penting termasuk Bahasa Latin banyakkah kita temukan sandingannya pada pejabat publik dewasa ini? Selain pejabat di Kementerian Luar Negeri barangkali, rasanya figur seperti ini adalah makhluk langka.

Namun kelangkaan kompetensi literasi nyatanya tidak menyurutkan gairah dan nafsu para petinggi negeri dan daerah untuk menggebu-gebu menggelorakan literasi. Kalau bisa dirangkum kira-kira kondisinya akan menjadi pertanyaan sudah seberapa kuatkah literasi para penganjur literasi negeri? Tentu saja secara statistik akan ada bagian dari populasi itu yang merupakan pengecualian.

Bagaimana kalau dibalik, Karaeng Pattingaloang adalah pencilan dalam statistik literasi Nusantara sehingga tidak bisa disimpulkan sebagai representasi budaya literasi lokal?

Pemimpin adalah gambaran kelompok yang dipimpin yang menjadi representasi komunitas termasuk sebagai rujukan dalam pembentukan stereotype.

Faktanya, Bugis Makassar memiliki beragam naskah tradisional. Sebut saja Attorioloang yang dalam khazanah naskah Melayu disebut sebagai kronik lokal. Korpus lainnya adalah naskah Lontara Pangadereng yang memuat hukum adat atau norma sosial.

Terdapat juga catatan harian kerajaan yang disebut Lontara Bilang atau sastra perang yang disebut Sure' Tolo' . Setiap ragam naskah tersebut banyak ditemukan di banyak pelosok Sulawesi Selatan dan dirawat oleh pewarisnya.

Kekayaan koleksi dan muatan naskah tradisional ini sudah tentu menggambarkan budaya literasi yang hidup subur dalam masyarakat. Keberadaan naskah dalam penguasaan masyarakat dan terdapatnya aksara yang dikembangkan dan digunakan dalam penulisannya menunjukkan bahwa tradisi ini pernah hidup di alam Nusantara.

Kejadian penting dicatat dengan teliti oleh juru tulis tanpa bumbu puja-puja kepada penguasa dalam Lontara Bilang sehingga beberapa peneliti Barat mengakui kualitasnya sebagai sumber rujukan dalam konstruksi sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun