Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari "Work from Home", Kalahkan Jarak untuk "Work from Heart"

3 Juni 2020   20:00 Diperbarui: 3 Juni 2020   20:04 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi work from home (Photo by Tatiana Syrikova from Pexels)

Mari kita mendedahnya sejenak khususnya work from home.

Bekerja dari rumah sebenarnya merupakan langkah nyata untuk #mengalahkanjarak yang bukan sekadar jarak fisik tapi juga sampai ke jarak psikologi. 

Sadarkah betapa sebelumnya kita mengelompokkan kedua kata, yaitu "bekerja" dan "rumah" sebagai dua dunia yang berbeda yang seolah-olah terpisah atau bertentangan? Tempat kerja yang terpisah ruang dengan tempat tinggal seringkali memunculkan masalah pada keduanya karena jarak.

Keterlambatan tiba di kantor (tempat kerja) karena bermacam alasan dari rumah (tempat tinggal), pasti berhubungan dengan jarak yang muncul dalam ukuran waktu yang kita habiskan menempuh selisih posisi itu dan ditambah kemungkinan harus melewati kemacetan. Sampai di kantor terlambat, kalau saya bukan bos pastilah akan membawa konsekuensi tertentu, entah disebut karyawan yang tidak disiplin dan bahkan kalau berulang-ulang bisa-bisa akan menghasilkan surat peringatan.

Sebaliknya energi yang terkuras untuk mengarungi jarak antara kantor dan rumah sungguh juga menguras kualitas keakraban kita dengan keluarga di rumah. Rumah yang dalam perspektif psikologis dan budaya kita adalah tempat di mana hati dan jiwa menjadi tenang dan homy terkadang menjadi sebatas rumah dalam pengertian fisik sebagai tempat berteduh dan mengumpulkan tenaga untuk besoknya kembali mengarungi jarak rumah-kantor. Rumah tak ubahnya pompa bensin. Bekerja dan rumah terkesan tidak berhubungan secara psikologis.

Namun kalau kita sedikit mengambil jarak, nah, terhadap kesibukan kita sehari-hari dan memandang dengan tenang ke sekeliling, sebenarnya ada sesuatu yang sedang berubah. 

Ketersediaan layanan telekomunikasi yang berkualitas seperti yang disediakan oleh Jaringan 3 Indonesia nyatanya mendukung New Normal (normal baru) dengan meruntuhkan sekat antara dunia kerja dan dunia keluarga. Bekerja dari rumah (work from home) ternyata tidak mengganggu produktivitas. Dengan kualitas koneksi yang baik, tugas yang sebelumnya harus saya kerjakan di kantor nyatanya dapat saya kerjakan dari rumah. Komunikasi dengn sejawat tidak ada masalah.

Sejujurnya beda kantor dengan rumah sebenarnya apa? Toh masing-masing kita mengerjakan bagian tugas kita sendiri-sendiri. Kolaborasi dengan sejawat yang sering menjadi alasan untuk mengharuskan kita hadir secara fisik di kantor dapat diatasi dengan ragam layanan komunikasi yang disediakan oleh penyedia jaringan. Sekadar berkirim pesan singkat, bertukar dokumen, berbagi foto dan audio ataupun bertatap muka dapat dilakukan dengan streaming yang mumpuni.

Pengalaman saya selama ini, aspek teknis dalam pekerjaan sehari-hari yang sekian tahun kita pelajari di bangku kuliah atau lewat kursus dan pelatihan, nyatanya tidak terlalu dominan. Justru komunikasi dengan rekan kerja, hubungan dengan mitra usaha atau penyampaian informasi yang memadai kepada masyarakat lah yang terkadang menjadi faktor penentu keberlanjutan sesuatu tugas tertentu. Mungkin hanya seniman yang bisa bekerja dalam kesendirian ketika melahirkan karya ciptanya.

Komunikasi saya pandang sebagai penentu keberhasilan penyelesaian tugas atau pencapaian tujuan organisasi. Aspek teknis sekalipun penting namun bukan yang satu-satunya. Kemampuan teknis penting tapi belum cukup. Tidak percaya? Coba tanyakan kepada arsitek yang harus mampu menerjemahkan keinginan kliennya lalu kemudian menjelaskan konsep yang ditawarkan. 

Tanya juga pengacara yang membutuhkan banyak informasi dari kliennya. Kalau komunikasi dapat dilakukan tanpa terkendala jarak, maka salah satu penentu keberhasilan penyelesaian tugas atau penyampaian gagasan adalah dukungan fasilitas komunikasi dan tentu saja ragam produk dari penyedia layanan komunikasi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun