Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hidup Bermula di 50 (Tahun)

25 Mei 2020   19:52 Diperbarui: 25 Mei 2020   19:51 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Photo by energepic.com from Pexels)

Sebuah artikel lawas di laman Mirror menceritakan kenapa hidup itu sesungguhnya berawal dari (usia) 50. Artikel lawas lain di Dailymail menggunakan ungkapan hidup memang bermula di usia 40 namun kebahagiaan dan kesenangan bermula di usia 50.

Bagaimana saya dan anda memaknai keduanya berpulang kepada kita masing-masing, bisa jadi karena faktor usia dan berapa banyak pengalaman yang telah kita reguk membuat kita memiliki persepsi sendiri tentang hal tersebut. 

Yang saya lihat dari kedua artikel tersebut adalah bagaimana tonggak (benchmark) diletakkan dalam garis usia kita. Bahwa tonggak di usia 40 dan atau 50 memiliki perbedaan makna ketika ditarik ke belakang maupun saat diproyeksikan ke depan.

Dalam pengertian tonggak itulah saya menulis artikel ini.

Tonggak 50 yang saya maksudkan dalam benak saya adalah jumlah artikel yang telah saya muat dan tayang di Kompasiana.

Ya, dengan artikel yang baru 50, saya ternyata tidak terlalu produktif sebagaimana rekan-rekan lain yang dalam rentang keikutsertaan dalam komunitas menulis ini relatif sama namun mampu menulis lebih banyak. Apalagi kalau disiplin yang menjadi ukuran, sungguh saya merasa belum mampu untuk mengikuti ritme demikian.

Akhirnya saya kembali kepada tujuan menulis saya sendiri yaitu untuk menuangkan apa yang memang ada dalam benak, menggeliat dalam pikiran butuh wadah untuk merangkainya.

Memang apa yang ada dalam pikiran bisa saja dipengaruhi oleh sesuatu yang datang dari luar, misalnya even yang diselenggarakan oleh Kompasiana, atau tema tertentu yang disodorkan oleh editor.

Saya pernah mencoba untuk menjawab sodoran tema tersebut, namun ternyata harus saya akui lebih banyak saya mengalami kekurangan "amunisi" atau keduluan baik di dalam Kompasiana sendiri maupun di media lain di luar.

Malu dong kalau dicap plagiat oleh editor atau pembaca, he he.

Kalaupun tidak menjurus plagiarisme, saat mencoba mencari jalan lain, menyodorkan perspektif berbeda atau menggunakan kerangka fikir alternatif, terkadang saya justru tersadar betapa pengalaman dan pengetahuan saya terbatas. Di atas langit ada langit.

Perjalanan menuju angka 50 pelan-pelan membawa saya mengerucut kepada beberapa tema tertentu yang dalam penilaian sendiri, saya punya bekal sedikit untuk menguraikan beberapa hal yang ingin saya tuangkan. 

Mungkin ada pembaca yang mencibir, bekal jurus saya masih belum ada apa-apanya sehingga tidak setiap artikel mendapat label Artikel Utama. 

Ya, dapat label Pilihan pun sudah menjadi kepuasan bagi saya, paling tidak saya merasa apa yang saya tulis sudah memenuhi kriteria editor sehingga mendapat sematan label.

Kenapa sematan label penting saya jadikan ukuran? Bahkan kategori pun saya masih sering dikoreksi oleh editor! Perjalanan menuju 50 adalah juga perjalanan belajar mengkategorisasi artikel dengan benar. Langkah menjadi 50 juga menjadi pengalaman bagaimana memilih ilustrasi.

Saya harus bersyukur karena beberapa label sudah pernah saya dapatkan, baik Pilihan maupun Artikel Utama. Dan dari semua itu saya dapat meraba dari  pengalaman bagaimana mematut diri sebelum menayangkan artikel. Tapi jangan-jangan sebenarnya hanya menebak-nebak perasaan sendiri saja?

Bagaimana dengan jumlah views? Meski senang juga kalau views-nya banyak sampai ribuan, namun saya melihat ada penulis yang hanya menulis 1 (satu) artikel tapi karena sudah 3 tahun akhirnya memiliki views sampai belasan ribu! The first and the last article! Entah kalau penulisnya bersandar pada kalimat "sekali berarti lalu mati"-nya Khairil Anwar. Tapi Khairil Anwar punya banyak karya yang sungguh berkelas tinggi. 

Saya yakin si penulis artikel tunggal berpuluh ribu views itu, yang kami saling kenal dan akrab secara pribadi, sudah lupa punya akun di kompasiana. Mungkin itu yang pernah ditulis orang bahwa setiap tulisan punya takdirnya sendiri. Jadi meski views berharga, tapi bagi penulis pemula seperti saya bukan satu-satunya tujuan.

Hal yang penting saat ini karenanya bagaimana mengikat informasi dan sedikit pengetahuan yaitu dengan menuliskannya. Ada saatnya nanti ketika saya membutuhkan narasi tertentu dan karena pernah menulisknya, pernah mengolah dari beberapa sumber maka dengan cepat saya dapat membukanya kembali. 

Ini yang menjadi alasan kenapa saya sering mencantumkan judul buku yang pernah saya baca, tentu yang relevan dengan tema, sebagai referensi bagi saya nanti ketika membutuhkannya. Daripada mengatakan "saya pernah baca dulu tapi lupa judul buku dan penulisnya", bukankah itu membuat penasaran berkepanjangan yang bisa menjadi rasa kesal dan sesal?

Membaca bisa menambah pengetahuan, tapi ikatlah pengetahuan itu dengan menulisnya, kata orang bijak. 

Dan itu yang saya lakukan ketika menuliskan judul buku dan penulis dalam beberapa artikel saya. Anggaplah sebagai reminder.

Sebagian besar artikel yang saya tayangkan bertema Humaniora dan Pemerintahan, segelintir tentang Lingkungan dan Travel. Jujur, saya menulis dalam beberapa tema adalah dalam rangka mengukur diri mencari ekosistem wacana yang saya bisa beradaptasi dengan cepat.

Bagaimana ke depan setelah 50?

Fun really starts at 50, demikian separuh judul artikel di dailymail di atas. Maka saya akan mencoba menekankan pada kata fun, nikmati saja dan mudah-mudahan ada orang lain atau pembaca yang juga bisa menikmatinya. Kalau tawaran tema pilihan editor bisa saya nikmati, maka saya akan berusaha nikmati proses menulisnya. 

Demikian juga kalau ada even yang juga bisa menjanjikan kenikmatan dalam prosesnya, saya juga akan berusaha menilai kepatutan saya terlebih dahulu sebelum menjadi bagian dari penikmat tersebut.

Sesederhana itu. Meski menjadi sederhana terkadang rumit. Memeriksa salah ketik cukup melelahkan mata. Memeriksa rangkaian kalimat agar memiliki alur sederhana terkadang membingungkan. 

Memilih quote yang pas terkadang menguras kesabaran. Namun perjalanan menuju dan akhirnya sampai tonggak 50 selama ini saya pandang sebagai proses to be (menjadi) dan selanjutnya biarkan artikel menjumpai takdirnya sendiri.

Salam literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun