Kalaupun tidak menjurus plagiarisme, saat mencoba mencari jalan lain, menyodorkan perspektif berbeda atau menggunakan kerangka fikir alternatif, terkadang saya justru tersadar betapa pengalaman dan pengetahuan saya terbatas. Di atas langit ada langit.
Perjalanan menuju angka 50 pelan-pelan membawa saya mengerucut kepada beberapa tema tertentu yang dalam penilaian sendiri, saya punya bekal sedikit untuk menguraikan beberapa hal yang ingin saya tuangkan.Â
Mungkin ada pembaca yang mencibir, bekal jurus saya masih belum ada apa-apanya sehingga tidak setiap artikel mendapat label Artikel Utama.Â
Ya, dapat label Pilihan pun sudah menjadi kepuasan bagi saya, paling tidak saya merasa apa yang saya tulis sudah memenuhi kriteria editor sehingga mendapat sematan label.
Kenapa sematan label penting saya jadikan ukuran? Bahkan kategori pun saya masih sering dikoreksi oleh editor! Perjalanan menuju 50 adalah juga perjalanan belajar mengkategorisasi artikel dengan benar. Langkah menjadi 50 juga menjadi pengalaman bagaimana memilih ilustrasi.
Saya harus bersyukur karena beberapa label sudah pernah saya dapatkan, baik Pilihan maupun Artikel Utama. Dan dari semua itu saya dapat meraba dari  pengalaman bagaimana mematut diri sebelum menayangkan artikel. Tapi jangan-jangan sebenarnya hanya menebak-nebak perasaan sendiri saja?
Bagaimana dengan jumlah views? Meski senang juga kalau views-nya banyak sampai ribuan, namun saya melihat ada penulis yang hanya menulis 1 (satu) artikel tapi karena sudah 3 tahun akhirnya memiliki views sampai belasan ribu! The first and the last article! Entah kalau penulisnya bersandar pada kalimat "sekali berarti lalu mati"-nya Khairil Anwar. Tapi Khairil Anwar punya banyak karya yang sungguh berkelas tinggi.Â
Saya yakin si penulis artikel tunggal berpuluh ribu views itu, yang kami saling kenal dan akrab secara pribadi, sudah lupa punya akun di kompasiana. Mungkin itu yang pernah ditulis orang bahwa setiap tulisan punya takdirnya sendiri. Jadi meski views berharga, tapi bagi penulis pemula seperti saya bukan satu-satunya tujuan.
Hal yang penting saat ini karenanya bagaimana mengikat informasi dan sedikit pengetahuan yaitu dengan menuliskannya. Ada saatnya nanti ketika saya membutuhkan narasi tertentu dan karena pernah menulisknya, pernah mengolah dari beberapa sumber maka dengan cepat saya dapat membukanya kembali.Â
Ini yang menjadi alasan kenapa saya sering mencantumkan judul buku yang pernah saya baca, tentu yang relevan dengan tema, sebagai referensi bagi saya nanti ketika membutuhkannya. Daripada mengatakan "saya pernah baca dulu tapi lupa judul buku dan penulisnya", bukankah itu membuat penasaran berkepanjangan yang bisa menjadi rasa kesal dan sesal?
Membaca bisa menambah pengetahuan, tapi ikatlah pengetahuan itu dengan menulisnya, kata orang bijak.Â
Dan itu yang saya lakukan ketika menuliskan judul buku dan penulis dalam beberapa artikel saya. Anggaplah sebagai reminder.