Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bajak Laut, Rindu Kami Padamu

10 Mei 2020   21:41 Diperbarui: 11 Mei 2020   13:57 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Photo by Mateusz Dach from Pexels)C

Gede Parimartha banyak membahas aktifitas perdagangan Nusantara sekitar tahun 1815 sampai 1915 khususnya di Kepulauan Nusa Tenggara yang memaparkan pertautan perdagangan dan politik di kawasan tersebut. Meski tidak secara spesifik disebutkan, peran bajak laut dalam menyediakan ragam komoditi ternyata cukup penting di samping para pelaut murni sendiri yang berperan juga sebagai pedagang. Selain hasil alam, budak dan candu adalah komoditi yang banyak dimonopoli oleh para raja lokal. Darimana lagi budak diperoleh kalau tidak penyerangan kawasan pesisir oleh para bajak laut?

Balanini dan Dayak adalah sumber bajak laut di Kepulauan Nusantara yang dicatat oleh Angus Konstam dalam bukunya The World Atlas of Pirates (2009) sebagaimana A.B. Lapian juga banyak membahasnya dalam buku beliau Orang Laut Bajak Laut Raja Laut, Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX (2009). Lapian kemudian menyimpulkan bahwa Orang Laut dapat bertranformasi menjadi Raja Laut dengan melalui tahapan Bajak Laut, persis seperti kisah Iskandar Agung yang dengan penguasaan laut melalui armadanya kemudian meneguhkan diri sebagai raja.

Sejarah  memang menempatkan Bajak Laut dalam posisi yang unik yang tidak bisa disamai oleh perampok biasa bahkan kartel narkotika misalnya. Banyak dimensi untuk menilai posisi seorang Bajak Laut itu yang lalu menempatkan sosok Bajak Laut dalam posisi yang unik dalam imaji. Ketika kita berada pada sisi yang sama dengan mereka maka penyebutan bajak laut akan lebur menjadi pahlawan penguasa laut.

Penjelajah Spanyol dan Portugis sudah membuktikan kepahlawan mereka di mata para raja Spanyol dan Portugis meski bagi rakyat dan wilayah yang didatangi mereka dipandang sebagai penjarah. Bahkan antar negara pun status bajak laut -- pahlawan dapat bertukar. Jhon Paul Jones adalah contohnya. Jones dipandang sebagai pahlawan bagi bangsa Amerika karena berjasa meletakkan pondasi bagi pembangunan angkatan laut Amerika selama masa Revolusi Amerika. Pada sisi Inggris sosok Jones tidak lebih sebagai bajak laut. Pertempuran laut di Flamborough Head, 13 September 1779 antara Bajak Laut dan armada laut Inggris meneguhkan nama Paul Jones sebagai pahlawan bagi bangsa Amerika.

Bajak laut memang citra yang unik karena banyak dibalut oleh fiksi dan dieksploitasi oleh dunia hiburan. Sebut saja legenda Pulau Harta Karun (Treasure Island), figur Peter Pan, Kapten Hook dan yang paling fenomenal adalah trilogi Pirates of Carribean dengan tokoh Kapten Jack Sparrow-nya.

Batas antara pahlawan dan perompak ternyata hanya ditentukan oleh garis pemisah posisi dan kemanfaatannya bagi pihak yang sedang berkuasa, atau kerugian bagi pihak yang menjadi korban, apalagi kalau Bajak Laut berhasil bertansformasi menjadi Raja Laut. Permutasi antara kedua sisi itulah yang nampaknya menjadi ruang berimajinasi.

Dalam dunia modern sekarang, figur Bajak Laut sebenarnya juga banyak di sekeliling kita. Ganti frasa "Bajak Laut" dengan "Pembajak" maka kita akan menemukan banyak ragam peran ini dimainkan mulai dari Bansos di daerah terrento yang diberi label kandidat tertentu sampai program belajar dalam jaringan yang ternyata hanya sebentuk cara meningkatkan kapitasi perusahaan tertentu. 

Uang negara yang diambil, kalau dibungkus dengan kebijakan dari penguasa, dapat saja diberi nama peningkatan nilai tambah ekonomi, meski bagi rakyat sebenarnya bentuk lain dari perampokan. Namun kalau kita berada pada sisi yang diuntungkan tersebut, dengan beragam argumentasi itu tidaklah disebut sebagai perampokan melainkan langkah penyelamatan ekonomi negara. Apa boleh buat kalau bagi kelompok marjinal itu menjadi penyengsaraan.

Sebagaimana citra Bajak Laut dipoles oleh industri hiburan menjadi sesuatu yang membangkitkan romantisme, maka dalam situasi keterpurukan akibat ulah para pembajak, kita tinggal melihat posisi kita apakah sebagai Orang Laut yang setia dengan aktifitas berakrab ria dengan laut dan segenap potensinya atau berfikiran menjadi Bajak Laut sambil mengintip peluang mengakumulasi kapital dan kekuatan agar dapat naik kelas menjadi Raja Laut. Pada lingkungan yang berbasis daratan, istilah "Laut" dalam ketiga sebutan itu dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Sembari menikmati tayangan iklan Anak Bajak Laut tadi, mari berimajinasi dalam lautan kebijakan publik sehari-hari.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun