Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Topeng di Balik Wajah

5 Mei 2020   22:04 Diperbarui: 7 Mei 2020   04:51 1485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan dengan masker di kereta (Photo by Anna Shvets from Pexels)

Kedok atau topeng menurut KBBI selain sebagai penutup muka, dengan bermacam bahannya adalah sesuatu yang digunakan untuk menutup maksud sebenarnya (kedok), kepura-puraan (topeng).

Citra inilah yang kemudian melekat sehingga penggunaan kata kedok atau topeng dalam himbauan dipandang kurang pantas. Tapi tepatkah penggunaan kata "masker" kalau kita ingin menghindar dari kepura-puraan menurut KBBI tadi?

Sayangnya kata "masker" dalam Merriem-Webster diartikan sebagai "the person who wears a mask" sedang kata "mask" sendiri memiliki arti sebagaimana KBBI yaitu penutup muka, topeng atau kedok. Ya, masker berarti "orang yang menggunakan topeng atau kedok". 

Nah lho! Merriem-Webster menyebutkan kata "mask" berasal  dari Bahasa Perancis jaman Pertengahan yaitu "masque" dan mulai digunakan dalam Bahasa Inggris sekitar tahun 1533 sebagai kata benda (noun) dan sekitar tahun 1579 sebagai kata kerja (verb).

KBBI memang memiliki lemma "masker" yang berarti (1) alat penutup muka; topeng dan (2) kain penutup mulut dan hidung, dan pasti dari lemma inilah penggunaan kata masker diambil, meski tetap terasa ada lompatan kultur bertatabahasa yang tidak konsisten karena bagi saya sulit mengatakan kata "masker" bukan kata serapan dari bahasa asing, dalam hal ini minimal Bahasa Inggris.

Karena kedua arti lemma tersebut setingkat, sama-sama kata nomina, bagaimana kalau digunakan kata topeng?

Melihat bagaimana kata "masker" digunakan dan tujuan dari pesan yang ingin disampaikan dari kalimat ber-"masker" maka sebenarnya fungsi topenglah yang ingin dikedepankan. Apa buktinya?

Siapa sebenarnya pemilik wajah di balik topeng tidaklah penting dalam upaya mencegah penyebarluasan corona. Identitas yang lebih penting terletak pada masker itu sendiri. Sebagaimana topeng digunakan dalam pertunjukan kesenian, siapa pemainnya atau siapa pemakai topeng tidak penting. 

Citra yang dibawa atau ditampilkan dari sosok topeng jauh lebih penting karena citra itu lah yang membangun keseluruhan rangkaian kisah yang dipentaskan. Maka dalam satu lakon, bisa saja seorang pemain berganti-ganti topeng menyesuaikan dengan babak dalam kisah yang ditampilkan.

Topeng atau masker dalam keseharian kita sekarang adalah gambaran dari rasa aman. Penggunaan kedok, ups masker, memberi jaminan kepatuhan seseorang kepada prosedur yang diperintahkan oleh lingkungan terdekat kita.

Tanpa masker berarti anda tidak mengindahkan kesepakatan komunitas dan pengabaian itu mengandung arti lunturnya ikatan komunitas. Pada ujungnya pelemahan rasa keterikatan dalam sebuah komunitas membawa konsekuensi keluarnya atau dikeluarkannya seseorang dari komunitas.

Singkatnya anda tidak akan diperkenankan melewati portal pemukiman tanpa masker. Jangan berharap melintasi gerbang apabila tidak berkedok, ups bermasker. Sebegitu jauhkah masker menjadi penanda identitas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun