Nah di St. Augustine sendiri ada museum Ripley's Believe It or Not!Â
Saya hanya melewati dan memandang dari kejauhan Museum Aneh tapi Nyata Ripley's itu karena di negeri sendiri sudah banyak kejadian Aneh tapi Nyata. Masker yang sangat dibutuhkan oleh tenaga medis yang kekurangan Alat Pelindung Diri (APD) di tengah pandemi Corona ternyata justru banyak diekspor, persis kayak penutup lubang kontrol saluran drainase.
Perjalanan menelusuri setiap pojok kota dapat dilakukan dengan berjalan kaki, dapat juga dengan kereta wisata. Kami memilih kombinasi, untuk melihat beberapa bagian dari kawasan ini dapat dari atas kereta wisata, seperti tempat penyulingan anggur yang katanya masih berproduksi, rumah kepala suku Indian yang kami lewati depannya, dan beberapa bangunan pemerintahan lainnya.
Bahasa Inggris yang pas-pasan, apa boleh buat, ternyata berguna juga saat kelaparan. Pelayan restoran akan banyak bertanya tentang makanan yang kita pesan karena jujur saja nama dan bahan makanan yang ditawarkan banyak yang asing. Fastfood yang di negara kita menjadi makanan bergengsi dan kedainya jadi tempat hang out favorit justru tidak terlihat.
Pak tua Paul Parker, tapi tetap semangat, yang mendampingi kami justru agak heran saat kami bertanya dimana kedai KFC atau McD. Karena menurut beliau, makanan seperti itu hanya untuk mereka yang terburu-buru dan tidak sempat duduk makan dengan tenang, seperti nasi kucing bagi kita. Dengan kata lain beliau tidak merekomendasikan.
Bahasa Inggris yang pas-pasan nyatanya cukuplah digunakan untuk mengatasi kelaparan dengan memesan makanan atau memilih sajian kopi. Dengan gelas kopi di tangan, kami melanjutkan perjalanan menelusuri gang demi gang kota tua ini.
Salah satu bangunan tua yang menarik perhatian saya adalah sekolah yang menggunakan bahan dari balok-balok kayu. Sekolah tersebut adalah bangunan sekolah pertama di Amerika, tentu saja karena ini kota pertama dibangun tentu bangunan publik yang ada juga bangunan pertama. Sayang bangunan yang masih asli ini tidak terbuka saat kami menyambanginya.
Kalau kita ingat bahwa pendiri negara kita sebagian besarnya adalah pendidik atau dibesarkan dalam lingkungan yang peduli dengan pendidikan, keberadaan sekolah tertua di kota tua St. Augustine ini menemukan korelasinya. Mereka membangun kota ternyata juga membangun sekolah dan dalam perjalanan sejarahnya tidak pernah ada yang berniat menggusur bangunan tua itu.
Hanya sekadar foto-foto di depannya dan kebetulan lewat lagi seorang Bajak Laut tua lengkap dengan pedang panjangnya. Kapan lagi bisa berfoto dengan bajak laut?
Jangan lupa Sheriff pun berkeliaran di kota ini. Dengan senang hati Sheriff akan memasukkan kita ke kerangkeng sembari menjelaskan bahwa Sheriff dulunya dipilih sendiri oleh warga yang mereka gaji dan bertugas menjaga ketertiban kota.
Hampir semua bangunan yang ada di kawasan ini masih digunakan, tentu dengan penyesuaian fungsi. Dengan penataan yang rapi dan pengendalian pemanfaatan terbukti bahwa memelihara peninggalan masa lalu tidak selalu berarti pemborosan, menghambur-hamburkan uang rakyat. Dengan keunikan dan sensasi yang ditawarkan justru peninggalan bersejarah menjadi penggerak ekonomi.