Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Robohnya (Dinding) Sekolah Kami

3 April 2020   16:20 Diperbarui: 4 April 2020   05:05 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu jam belajar (Dokumentasi pribadi)

Penggunaan term "menanamkan" mengandung arti aktivitas yang bersifat vertikal dari atas ke bawah. Tentu pihak yang menanam adalah pihak yang merasa mengerti "tanaman" apa yang pantas dan cocok ditanam. Dan penanam mestilah pihak yang memiliki kemampuan dan kekuasaan untuk melakukannya. Pihak lainnya? Dalam relasi ini maka pihak lain dipandang sebagai wadah kosong yang bebas untuk diisi.

Penanam adalah pendidik yang mendapat legitimasi dari lingkungan untuk melakukan aktifivas menanam "bibit unggul" tersebut kepada murid atau peserta belajarnya. 

Pada konteks ini maka kita dapat memahami kenapa Paulo Freire (1921-1997) seorang tokoh dan teoritikus pendidikan dari Brazil memandang sinis sekolah yang sering berperan sebagai lembaga yang bertugas menjaga kelanggengan kekuasaan dan aktivitas utamanya melakukan produksi dan reproduksi dominasi wacana kekuasaan.

Pendidikan gaya bank adalah salah satu istilah dari Freire terhadap praktik pembelajaran yang kaku, lepas dari konteks lingkungan terdekatnya dan hanya berperan sebagai agen dari muatan belajar yang disiapkan dan diberikan oleh oleh kekuasaan.

Ketika pandemi Covid-19 mulai merasuk dalam kehidupan dan keseharian kita akhir-akhir ini, respon reaktif dari penyelenggara pendidikan atau persekolahan adalah memindahkan aktivitas belajar dari yang semula dilakukan dalam tembok kelas dan dalam batas pekarangan sekolah menjadi aktivitas yang dilakukan dari rumah atau wilayah privat keluarga. 

Teknologi informasi menjadi tumpuan untuk menjamin tersampaikannya materi belajar kepada peserta didik dan teknologi juga yang diharapkan akan menjembatani komunikasi antara guru-sekolah dengan murid.

Sepintas solusi ini membantu mengatasi masalah terhambatnya proses belajar. Belajar dari rumah menjadi langkah taktis mengatasi hambatan akibat social distancing dan dengan cara ini pemangku kepentingan pendidikan membantu meredam peluang penyebaran Corona.

Berkah lainnya adalah pandemi ini memaksa penyelenggara persekolahan untuk menyeriusi jargon seputaran digitalisasi, virtualisasi, media sosial dan sejenisnya. 

Seketika gawai yang dulunya barang haram untuk dibawa dan dipegang murid, sekarang menjadi tumpuan dan penghubung komunikasi guru dan murid, sekolah dan orang tua. Gegara Corona, nilai sesuatu barang bisa berubah 180 derajat dari haram menjadi wajib.

Bertahun-tahun penyelenggara pendidikan mengeluhkan rasio rombongan belajar dibanding ketersediaan ruang kelas masih timpang, apalagi kalau bergerak menjauh dari ibu kota. 

Dalam ketimpangan jumlah, ruang kelas yang ada juga masih harus dilihat kondisinya. Sebagiannya dalam kondisi rusak dan mengancam keselamatan jiwa penghuninya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun