Penjarakan sosial seharusnya tidaklah menjadikan kita sebagai anonim antar sesama. Apa yang dianggap kosong karena perbedaan koordinat sejatinya berisi nilai, bermuatan karakter manusiawi. Menjustifikasi kekosongan mutlak berarti kita tunduk pada virus CORONA, makhluk kosong yang tujuan hidupnya hanya untuk berkembang.
Seperti gema, Nazarius mengulangi kata-kata Petrus.
“Quo vadis, Domine?”
Dan Petrus menjawab dengan lemah lembut.
“Ad Roman”
Maka mereka pun kembali ke Roma.
(kutipan dari Henryk Sienkiewicz, Quo vadis?, 2009)
Seperti apa sejarah berjalan seandainya dulu Petrus tidak mampu menjawab pertanyaan langit Quo Vadis, atau memilih menyelamatkan diri sebagaimana saran penduduk Roma? Kita tidak akan mengenal Paus Fransiscus di lapangan Basilika Santo Petrus hari-hari ini.
Sebagaimana Petrus menjawab "menuju Roma" seyogianya kita hari ini menjawab "menuju kemanusiaan sejati" seandainya pertanyaan Quo Vadis ditujukan kepada kita.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H