Mohon tunggu...
Amin Lukmanulhakim
Amin Lukmanulhakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Siliwangi.

Ekonomi Syariah

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Dampak Digitalisasi dan Kecerdasan Buatan pada Perekonomian Indonesia: Kesempatan atau Tantangan

6 Oktober 2024   18:56 Diperbarui: 6 Oktober 2024   23:36 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi digital dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) semakin mempercepat perubahan dalam sektor ekonomi global, termasuk di Indonesia. Penggunaan teknologi ini berdampak besar pada peningkatan produktivitas berbagai industri, namun di sisi lain juga memunculkan kekhawatiran terkait dampaknya terhadap lapangan pekerjaan. Artikel ini akan mengeksplorasi dampak dari digitalisasi dan AI terhadap ekonomi Indonesia, serta bagaimana tantangan dan peluang yang ada dapat diatasi.

Peran Digitalisasi dan AI dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Teknologi digital dan AI memiliki kontribusi signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia, khususnya di sektor e-commerce, teknologi finansial (fintech), logistik, dan manufaktur. Berdasarkan laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Company pada 2022, proyeksi nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD 146 miliar pada tahun 2025, dengan sektor e-commerce dan fintech sebagai motor penggeraknya.  

Di industri manufaktur, penerapan AI memungkinkan otomatisasi yang dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan manusia. Sebagai contoh, PT Astra International sudah mulai menerapkan teknologi AI dalam proses produksi mereka guna meningkatkan mutu produk dan efisiensi produksi.   Sementara itu, di sektor keuangan, perusahaan fintech seperti Gojek dan OVO menggunakan teknologi AI untuk memproses transaksi keuangan secara cepat dan akurat, sekaligus membantu manajemen risiko dengan lebih baik.

Meskipun demikian, di balik manfaat produktivitas tersebut, teknologi AI juga mengancam keberlangsungan pekerjaan di beberapa sektor, terutama yang memiliki aktivitas repetitif yang mudah diotomatisasi.

Dampak terhadap Tenaga Kerja: Ancaman atau Peluang?

Salah satu dampak yang paling terasa dari implementasi digitalisasi dan AI adalah pada sektor tenaga kerja. Berdasarkan laporan dari World Economic Forum (WEF), sekitar 23 juta pekerjaan di seluruh dunia diperkirakan akan tergantikan oleh otomatisasi pada tahun 2030, termasuk di Indonesia.  Di Indonesia sendiri, pekerjaan yang berisiko tergantikan oleh teknologi otomatisasi antara lain kasir, operator mesin, dan petugas administrasi.

Contoh nyata dari penerapan otomatisasi adalah penggunaan mesin self-checkout di sejumlah supermarket besar di Indonesia, yang mengurangi kebutuhan tenaga kasir secara signifikan. Di sektor manufaktur, penggunaan robot di industri tekstil dan otomotif juga memangkas jumlah pekerja yang sebelumnya mengerjakan tugas-tugas manual.  

Namun, tak semua sektor akan mengalami penurunan kesempatan kerja. AI juga menciptakan peluang baru bagi pekerjaan yang membutuhkan keterampilan digital. Profesi seperti pengembang perangkat lunak, analis data, dan spesialis kecerdasan buatan menjadi semakin dibutuhkan. Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan, Indonesia akan membutuhkan lebih dari 9 juta tenaga kerja yang memiliki keterampilan di bidang teknologi informasi hingga tahun 2030.  

Tantangan dan Tanggung Jawab Pemerintah serta Pendidikan

Menghadapi era otomatisasi, tantangan terbesar yang dihadapi pemerintah dan sektor pendidikan adalah mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang relevan. Investasi pada pendidikan serta pelatihan ulang (reskilling) harus ditingkatkan agar pekerja Indonesia siap menghadapi tuntutan baru di dunia kerja yang semakin terdigitalisasi.

Pemerintah telah meluncurkan program Kartu Prakerja yang memberikan pelatihan keterampilan digital bagi pekerja yang terdampak oleh otomatisasi. Hingga 2023, program ini telah diikuti oleh lebih dari 16 juta peserta, yang mayoritas menerima pelatihan di bidang keterampilan digital seperti analisis data dan pemrograman.  

Namun, cakupan program ini masih perlu diperluas. Pemerintah harus berkolaborasi dengan institusi pendidikan dan sektor swasta untuk membangun ekosistem pembelajaran yang berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan industri. Sebagai contoh, Google Indonesia telah bermitra dengan beberapa universitas untuk menyelenggarakan program sertifikasi keterampilan digital, yang membantu mahasiswa memperoleh keahlian yang relevan dengan dunia kerja.  

Solusi untuk Menghadapi Tantangan di Masa Depan

Beberapa solusi yang bisa diambil untuk menghadapi tantangan dari penerapan AI di dunia kerja antara lain:

1. Meningkatkan pelatihan keterampilan digital: Pemerintah harus memperluas akses ke program pelatihan digital seperti Kartu Prakerja dan bekerja sama dengan sektor swasta untuk menyediakan pelatihan keterampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan industri.

2. Inovasi dalam pendidikan: Institusi pendidikan harus mengintegrasikan keterampilan berbasis teknologi dalam kurikulumnya, seperti pemrograman, AI, dan robotika, guna memastikan lulusan memiliki kompetensi yang dibutuhkan di era digital.

3. Peningkatan riset dan pengembangan teknologi: Pemerintah dan sektor swasta perlu meningkatkan investasi di bidang riset terkait AI, sehingga Indonesia tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga produsen teknologi tersebut.

4. Proteksi sosial bagi pekerja yang terdampak: Pemerintah perlu menyediakan jaring pengaman sosial yang memadai bagi pekerja yang kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi, misalnya melalui program reskilling yang terarah dan bantuan transisi pekerjaan.

Transformasi digital dan kecerdasan buatan menawarkan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun di sisi lain juga menghadirkan tantangan bagi tenaga kerja. Meskipun AI meningkatkan efisiensi dan produktivitas, para pekerja dengan keterampilan rendah menghadapi risiko kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta sangat diperlukan agar Indonesia dapat memanfaatkan teknologi ini dengan baik, tanpa meninggalkan mereka yang belum siap menghadapi perubahan.

Dengan strategi yang tepat, digitalisasi dan kecerdasan buatan tidak hanya mempercepat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan tenaga kerja yang lebih terampil dan siap menghadapi tantangan di masa depan. 

Amin Lukmanulhakim (Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Siliwangi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun