Mohon tunggu...
Aminina Putri
Aminina Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Islam Sultan Agung

Dunia Tak Lagi Sama, Tak Selamanya Memihak Kita, Di Saat Kita Mau Berusaha Di Situlah Kebahagiaan Akan Indah Pada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Observasi Problematika di SMP Islam Sultan Agung 4

10 Desember 2021   14:26 Diperbarui: 24 Desember 2021   19:29 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

            Ilmu yang dipelajari dalam matematika sangatlah banyak, salah satunya probabilitas. Probabilitas atau bisa disebut peluang digunakan untuk mengukur sebuah kejadian yang terjadi secara acak. Dalam statistika, kita akan melakukan percobaan dengan mengambil nilai sampel yang memiliki nilai unsur yang tidak pasti. Namun, meskipun nilainya tidak pasti bukan berarti kita tidak bisa mengetahui hasilnya. Kita bisa membuat hipotesis atau kesimpulan-kesimpulan yang tepat dari berbagai data yang dikumpulkan terkait karakteristik yang ada menggunakan probabilitas. Meskipun nilai yang didapat bukan yang sebenarnya, tetapi dengan menggunakan probabilitas kesimpulan yang didapat menjadi lebih tepat.

            Untuk dapat memahami materi kita harus memiliki metode belajar yang cocok, tentu saja peran guru disini sangat penting karena faktor utama keberhasilan pembelajaran berasal dari guru. Banyak metode belajar yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, tentunya metode yang diterapkan harus sesuai dengan karakteristik dan keadaan peserta didik. Salah satunya ditentukan berdasarkan jenjang pendidikan yang ada seperti SD, SMP, dan SMA. Pada anak smp metode yang paling cocok yaitu reward (ganjaran) dan punishment (hukuman) yang terdapat pada teori pembelajaran behavioristik.

            Teori behavioristik melibatkan perubahan perilku yang dapat diukur, diamati, dan dinilai secara konkret atau nyata. Teori belajar behavioristik adalah teori yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati. Perilaku merupakan respon atau tindakan yang dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Perilaku dapat dimodifikasi dengan pengaruh-pengaruh yang mendahuluinya (anteseden) dan yang mengikutinya (konsekuensi). Anteseden adalah kejadian yang mendahului sebuah tindakan. Bentuk dari antiseden biasanya berupa isyarat (cueing) seperti menyuruh anak mengacungkan jari ketika mau bertanya, menyiapkan bahan pelajaran, berbicara dengan jelas, dan lain-lain. Sedangkan konsekuensi adalah kondisi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang terjadi sesudah perilaku dan mempengaruhi frekuensi perilaku pada masa mendatang. Menurut pandangan behavioristik, konsekuensi menentukan sejauh mana seseorang akan mengulangi perilaku (penguat) dan memperlemah perilaku (hukuman).

            Metode penguat/ganjaran dan hukuman ini menjadikan peserta didik semakin antusias dalam belajar dan siap sedia agar tidak terkena hukuman. Mereka akan merasa dihargai dan lebih termotivasi. Reward sendiri merupakan respon terhadap tingkah laku atau tindakan yang dapat meningkatkan ketertarikan terhadap respon tertentu. Pemberian reward dapat meningkatkan hal-hal positif bagi peserta didik dan membuat mereka termotivasi sekaligus bersemangat. Hadiah dapat digolongkan sebagai hadiah yang bersifat intrinsik (tindakan dan perbuatan anak yang dengan sendirinya memuaskan dan memenuhi tujuan dan kehendak anak-anak) dan hadiah  yang bersifat ektrinsik (kepuasan atau kesenangan yang berasal dari sumber-sumber luar, tugasnya dari luar diri anak). Ketika memberikan hadiah kita dilarang melakukannya secara berlebihan karena akan menimbulkan dampak negatif. Peserta didik akan merasa bangga dan merendahkan bahkan mungkin mengejek temannya karena menganggap dirinya lebih baik. Maka dari itu ketika memberikan hadiah ada syarat tertentu yang harus dipenuhi, misalnya setelah mengerjakan soal dengan benar di depan kelas kita memberikan hadiah agar peserta didik yang maju maupun yang lainnya lebih bersemangat dalam menjawab soal.

            Ada 2 macam reward, yaitu:

Reward vebal, yaitu pemberian pujian menggunakan lisan atau secara langsung. Ada 3 macam reward verbal, yang pertama pujian. Pujian adalah perkataan positif yang ditujukan kepada seseorang sehingga orang tersebut merasa tersanjung dan termotivasi. Dalam proses belajar pemberian pujian akan mempengaruhi proses belajarnya dan meningkatkan prestasi belajar mereka. Contoh pujian adalah cerdas, mengagumkan, sangat bagus, dan lan sebagainya. Sugesti merupakan reward verbal yang kedua, sugesti berarti memberikan dorongan dan membangkitkan gairah belajar, minat, dan perhatian. Contoh kalimatnya yaitu “Lain kali ditingkatkan lagi ya belajarnya” atau bisa menggunakan acungan jempol atau tepuk tangan. Yang terakhir yaitu kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Hadiah atau penghargaan yang diberikan pendidik tidak harus berupa barang atau benda tetapi dapat juga berupa kalimat yang bermakna sehingga menimbulkan motivasi terhadap peserta didik. Contoh kalimatnya yaitu “Wah, nialimu semakin meningkat” atau bisa juga “Tugasmu sangat baik”.

Reward non verbal, yaitu penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat. Ada beberapa bentuk penguatan. Yang pertama , penguatan berupa gerak tubuh atau mimik yang memberikan kesan baik kepada peserta didik yaitu melalui anggukan kepala tanda setuju, gelengan kepala tanda tidak setuju, mengernyitkan dahi, mengangkat pundak, dan lain sebagainya. Kedua, penguatan dengan cara mendekati, yaitu peserta didik yang didekati pendidik akan menimbulkan kesan diperhatikan. Misalnya, pendidik dapat mendekati peserta didik yang sedang mengerjakan tugas, cara ini dapat menimbulkan kesan dukungan terhadap aktivitas yang sedang dikerjakan oleh peserta didik. Ketiga, penguatan dengan sentuhan yaitu dapat dilakukan dengan cara berjabat tangan, menepuk bahu. Ada 3 jenis penguatan non verbal, yang pertama penghormatan. Penghormatan ini dibagi menjadi 2. Pertama, reward berbentuk penobatan, yaitu anak mendapat penghormatan diumumkan dihadapan temanteman sekelas, teman-teman sekolah atau mungkin juga dihadapan orang tua siswa. Misalnya, pada acara pembagian raport ditampilkan dan diumumkan murid-murid yang telah berhasil menjadi bintang-bintang kelas. Kedua, reward yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, siswa yang berhasil menyelesaikan soal yang sulit akan menuliskan di papan tulis untuk dicontoh teman-temanya dan bisa istirahat terlebih dahulu. Penguatan non verbal yang kedua yaitu hadiah. Hadiah merupakan penghargaan yang berbentuk barang. Hadiah tersebut dapat berupa alat sekolah seperti pensil, penghapus atau juga bisa tas maupun sepatu. Misalnya jika peserta didik mau membacakan puisi di depan kelas, maka akan diberikan rak pensil sebagai hadiahnya. Yang terakhir yaitu tanda penghargaan. Tanda penghargaan merupakan sesuatu yang tidak dapat dinilai harga dan kegunaannya, tetapi berdasarkan kenangan dan kesan yang didapatkan.

            Penerapan reward harus disesuaikan terhadap kondisi peserta didik, guru perlu memilih apakah jenis reward yang diberikan sesuai dengan situasi yang dialami agar reward dapat berfungsi untuk memperkuat perilaku yang lebih baik dan memotivasi agar perilaku tersebyt dilakukan kembali.

            Metode yang ada pada teori behavioristik yang berlawanan dengan reward adalah punishment atau hukuman. Hukuman ini berarti konsekuensi atau tindakan yang tidak menyenangkan agar perilaku negatif yang dilakukan peserta didik tidak diulangi kembali. Istilah penguat negatif memang sering disamakan dengan istilah hukuman. Dalam pandangan behavioris keduanya merupakan istilah yang berbeda. Penguat negatif selalu melibatkan memperkuat perilaku, sedangkan hukuman adalah mengurangi atau menekan perilaku. Dalam teori behavioristik, penggunaan penguat harus diprioritaskan daripada harus memberikan hukuman. Ketika menghadapi masalah pada siswa, guru diharapkan menggunakan penguat negatif terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan penggunaan hukuman. Misalnya, ada siswa yang jarang mengerjakan tugas, guru jangan langsung memberikan hukuman berupa pekerjaan rumah, namun guru bisa memberikan penguat negatif terlebih dahulu.

            Macam-macam hukuman menurut Suharsimi Arikunto yang diberikan oleh guru kepada siswa di sekolah adalah sebagai berikut:

Pengurangan skor atau penurunan peringkat. Hukuman untuk jenis ini merupakan hukuman yang paling banyak dipraktikkan disekolah terutama diterapkan ketika siswa terlambat datang, tidak atau terlambat mengumpulkan tugas. Contoh, seorang siswa dating terlambat kesekolah, maka sebagai hukumannya siswa tersebut mendapatkan poin merah atau poin seiswa tersebut dikuragi dari yang 7 dikurangi 2 karena terlambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun