Mohon tunggu...
amin bonde
amin bonde Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dampak Intervensi Lingkungan Keluarga terhadap Pendidikan

5 Mei 2016   23:58 Diperbarui: 6 Mei 2016   00:20 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Abstrak

Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya bentuk kepedulian untuk memperbaiki hasil pendidikan kitan dengan merujuk pada tujuan pendidikan yang seharusnya sudah di capai sebelum kita melangkah pada era millennium ke tiga. Dalam hal ini yang perlu di bahas adalah bagaimana dampak dari kurangnya intervensi lingkungan keluarga terhadap pendidikan?. dalam penelitian ini membahas  materi (kurangnya intervensi lingkungan keluarga terhadap penyelenggaraan pendidikan di gorontalo kota timur kel. Heledulaah utara) menyonsong masa depan generasi penerus yang baik maka yang perlu di benahi adalah pendidikan. Dalaam hal ini keluarga juga merupakan penanggung jawab atas berhasil atau tidak berhasilnya pendidikan  kita. Pendidikan keluarga juga merupakan lembaga pendidikan yang harus di control, dijalankan secara berkelanjutan. Dalam penelitian ini, perilaku anak yang yang di biasakan hari-hari prilaku buruk, ini di sebabkan dua hal yang pertama kurangnya pengawasan orang tua yang kedua ketidak adanya komunikasi yang baik antara si anak dan orang tua.  Tampa pengawasan lingkungan keluarga maka akan sangat mempengaaruhi hasil dari pendidikan yang ada di lingkungan sekolah. Akan tetapi dalam mendidik tidaklah harus dengan kekerasan, tidaklah harus dengan cara paksa karena pendidikan kita akan sangat mempengaruhi karakter si anak, bukanlah apa yang kita ajarkan yang di perbaiki tetapi bagaimana cara mengajar kita?.

Kata kunci: intervensi, lingkungan keluarga, pendidikan.

  • PENDAHULUAN
  • Latar Belakang

Di dalam mencapai tujuan sebuah kegiatan,setiap manusia membutuhkan pendidikan. Semua kegiatan membutuhkan pendidikan Bahkan dalam banyak hal peran pendidikan sangat menentukan untuk dapat melakukan kegiatan yang bermutu. Sebab itu setiap bangsa menjadikan pendidikan kegiatan utama dalam mengusahakan kemajuannya Sebab utama mengapa pendidikan berpengaruh terhadap setiap kegiatan bangsa adalah karena faktor manusia. Hampir tidak ada kegiatan bangsa yang tidak memerlukan peran manusia. Bahkan peran manusia sangat menentukan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan itu, juga ketika terjadi kemajuan teknologi yang amat pesat. Dalam kemajuan teknologi itu banyak pekerjaan manusia dapat digantikan oleh peran mesin atau robot. Meskipun demikian, juga penggunaan mesin dan robot itu banyak ditentukan peran manusia. Malahan diperlukan peran manusia yang makin cerdas dan arif bijaksana. Faktor manusia juga amat penting bagi bangsa dalam memperkuat kondisi mentalnya. Meskipun ada yang berpendapat bahwa Nation Stateatau Negara-Bangsa berakhir eksistensinya dalam masa globalisasi sekarang ini, dalam kenyataan tetap Negara-Bangsa menjadi aktor utama dalam arena dunia.[1]untuk itu dalam mencapai tujuan pendidikan maka yang dibutuhkan adalah manusia itu sendiri. Artinya manusialah yang mendidik manusia , yang terdidik member pendidikan kepada yang belum terdidik, dari guru orang tua dan masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk membangu dunia melalu dunia pendidikan. dalam pembahasan ini sala satu lembaga pendidikan yang pertama dan paling utama adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang mempunyai peran besar dalam membentuk individu karakteristik seorang anak. Keluarga sendiri mencerminkan bagaiman masadepan seorang anak karena pengaruhnya sangat besar bagi perjalanan hidup seorang anak.

  • Rumusan Masalah
  • Bagaimana intervensi lingkungan keluarga
  • Bagaimana dampak kurangnya intervensi lingkungan keluarga terhadap penyelenggaraan pendidikan di gorontalo
  • PEMBAHASAN
  • INTERVENSI PENDIDIKAN LINGKUNGAN KELUARGA

- pengertian intervensi

            pengertian intervesi adalah campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak (orang, golongan, negara, dan sebagainya).[2]secara istila dalam duni pendidika intervensi di artikan sebagai suatu tindakan untuk mengembangkan suasana interaksi pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan penerapan pengalaman belajar terstruktur (structured learning experience).[3]

  • -Lingkungan Keluarga

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Menurut saya, lingkunga adalah apa yang ada di sekitar kita baik yang bisa mempengaruhi kita ataupun tidak. Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di antara anggotanya bersifat khas, hubungannya bersifat pribadi dan wajar[4]

Keluarga mencakup ibu dan bapak beserta anak-anaknya dan orang seisi rumah yang menjadi tanggungan lahir dan batin beserta sanak saudara dan kaum kerabat.[5] Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang mempunyai peran besar dalam membentuk individu karakteristik seorang anak. Keluarga sendiri mencerminkan bagaiman masadepan seorang anak karena pengaruhnya sangat besar bagi perjalanan hidup seorang anak.

Dari lingkungsn keluarga seorang anak dituntut untuk selalu menghormati orang tuanya yang telah mendidik dan membesarkannya sbagaimana firman Allah dalam surah Al Ahqaf 46: 15 berikut:

Artinya: "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".

Dari lingkungan keluarga kita belajar sejak berada di dalam kandungan Ibu, sehingga kewajiban dilimpahkan pula kepada kita sebagai anak untuk berbakti kepada guru pertama kita yaitu orang tua kita sendiri.

      -Peran Orang Tua dalam Keluarga

Berbicara tentang orang tua tak ubahnya seperti berbicara tentang kehidupan, karena kehidupan seorang anak berasal dari orang tua. Orang tua terdiri dari ayah dan ibu yang berperan sebagai pendidik anak-anaknya. Ibu adalah perempuan yang telah melahirkan kita dan sebagai tempat pendidikan pertama bagi anaknya. Sedangkan ayah adalah laki-laki yang mempunyai kewajiban memberi nafkah bagi keluarganya.

Akidah merupakan fondasi utama dalam ajaran islam. Karena itu, ia merupakan dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan seseorang yang wajib dimilikinya untuk dijadikan pijakan dalam segala sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.[6] Orang tua seharusnya mempunyai akhlak yang baik dalam kehidupannya sehari-hari untuk dicontoh oleh anaknya sebagai peserta didik yang berpijak kepada orang tuanya.

Orang tua memberikan pendidikan kepada anaknya tanpa syarat, tidak mesti orang tua yang mempunyai pendidikan tinggi tetapi yang berpendidikan minim sekalipun tetap sebagai pendidik anaknya, bahkan orang tua yang sama sekali tidak berpendidikan tetap sebagai pendidik karena setiap orang tua tentu saja menginginkan anaknya lebih baik darinya.

Kalau orang tua tidak pandai mendidik dan memelihara anak, bisa jadi anak tersebut tejerumus ke lembah kenistaan yang menyebabka orang tua akan mendapat akibatnya baik di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.[7] Semua orang tentu saja mengharapkan kebaikan dalam setiap tindakan dan hasilnya, tidak terkecuali orang tua dalam medidik anaknya. Jangan sampai menggunakan cara yang keliru dalam mendidik anak, seperti terlalu memanjakan anak sehingga membiarkan anak berbuat sesuka hatinya dengan mengatas namakan kebahagiaan. Karena itu, orang tua di samping mendidik juga harus memelihara anaknya sesuai dengan ajaran agama yaitu berdasar pada Al Qur'an dan sunnah agar orang tua tidak salah langkah dalam mendidik yang bisa mengakibatkan orang tua itu sendiri yang akan mendapat akibat buruk baik di dunia maupun akhirat.

Orang tua memberikan didikan kepada anaknya bukan saja dengan mengajarinya secara langsung, tetapi dengan memberikannya contoh berbuat baik. Orang tua membentuk karakter, mental, serta religi anak melalui didikannya setiap hari.

Orang tua mempunyai tugas memberikan pengetahuan, contoh-contoh yang baik, sikap, tanggung jawab, baik yang bersifat jasmani maupun rohani kepada anak sehingga anak tumbuh menjadi insan yang berkarakter.

Allah berfirman dalam surah Luqman 31 ayat 17 yang memerintahkan kepada orang tua untuk mendidik anaknya dalam melakukan ibadah:

Artinya: "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)".

Metode yang dapat digunakan orang tua di lingkungan keluarga ada dua, yang pertama pembiasaan dan keteladanan agar terpatri dalam diri anak. Yang kedua latihan dan praktikum, agar anak dapat melakukan amaliah keagamaan sesuai dengan tuntutan yang telah ditetapkan agama.[8] Hendaknya orang tua memberikan keteladanan dalam bersikap positif. Keteladanan merupakan metode influentif yang dapat diandalkan dalam memberikan spiritual, moral dan sosial anak. Hal ini akan memberikan nilai positif bagi anak agar mempunyai bekal dalam berlatih dan mempraktikkan pendidikan yang didapatkan dalam keluarga untuk menempuh pendidikan berikutny di luar lingkungan keluarga.

Dengan demikian diharapkan agar anak tidak terpengaruh dengan budaya maupun kondisi yang sewaktu-waktu akan dihadapinya.

-Pengaruh Lingkungan Keluarga dalam Mendidik Anak

Lingkungan merupakan faktor penting dalam mendidik anak, terutama lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama.

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam membentuk anak agar mempunyai kepribadian untuk dikembangkan dalam lembaga berikutnya.[9] Point utama yang harus diingat adalah anak brkembang sesuai lingkungannya. Misalnya anak yang terlahir di lingkungan kelurga yang religius akan tumbuh menjadi anak yang beragama dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Pembentukan dasar anak dalam lingkungan keluarga sangat penting untuk menghindari pengaruh buruk lingkungan luar yang akan dihadapi anak dalam menempuh pendidikan berikutnya. Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar.

Alam dan lingkungan sebagi objek belajar dalam arti perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap termask penemuan-penemuan cara baru individu untuk memecahkan masalah terhadap situasi yang baru, merupakan faktor yang menyebabkan pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga[10]

Pendidikan yang didapatka anak dalam lingkungan keluarga baik dari didikan orang tuanya maupun yang didapatkan sendiri akan mempengaruhi tingkah laku seorang anak. Allah berfirman dalam surah At Tahrim 66 ayat 6:

Artinya: " Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".

Begitu besar pengaruh setiap pendidikan yang didapatkan seorang anak dalam lingkungan keluarganya, sehingga Allah memerintahkan kepada orang tua agar memberikan pandangan positif kepada anak agar berpengaruh positif juga dalam kehidupannya. Penjagaan orang tua kepada anak bukan saja dari segi lahiriah semaata, lebih-lebih penjagaan bathin berupa pendidikan islami yang bisa membawa anak kepada kebenaran dalam pandagan Allah.

Dimulai dari terbentuknya pribadi-pribadi muslim kemudian dari kumpulan pribadi-pribadi tersebut membentuk masyarakat muslim, diawali dengan didikan-didikan islam yang terjalin di dalam lingkungan keluarga dan mempunyai pengaruh besar terhadap terbentuknya masyarakat muslim.[11]

  • DAMPAK KURANGNYA INTERVENSI ORANG TUA DI KEL. HELEDULAAH UTARA

Dampaknya di tijau dari sudut pandang keseharian peserta didik,Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak bisa memicu anak terhadap hal yang negatif.

Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orang tua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti perintah orang tuanya terlebih lagi sang anak menjalani didikan sesuai dengan perintah agama. Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti dalam hal mendidik anak terlalu keras. keluarga yang sedang bermasalah (broken home). Hal tersebut dapat membuat anak menjadi orang yang temperamental.[12] Kebanyakan dari orang tua tidak memikirkan hal ini, mereka berasumsi jika mereka menjalani hidup sebagaimana yang sedang mereka jalani, peran pengasuhan akan terus dengan sendirinya.

-dampak pergaulan bebas

Dalam era modernisasi sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan. Berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu yang tidak dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga penggunaannya banyak digunakan tidak semestinya, Teknologi IT yang paling sering digunakan para anak muda sekarang adalah akses internet yang mudah ditemui, padahal pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang anti pornoaksi dan pornografi tapi masih saja mereka kerap mengakses konten yang berbau negatif. Yang jelas dapat merusak moral sang anak. Teknologi canggih yang semestinya diciptakan untuk menambah wawasan malah berakibat pada moral yang jelek.

Pergaulan merupakan interaksi antara beberapa orang baik berupa kekeluargaan, organisasi, ataupun masyarakat. Melalui pergaulan kita akan berkembang karena jadi tahu tentang tata cara bergaul. Sehingga menjadikan individu yang bersosial karena pada dasarnya manusia memang makhluk sosial. Namun pergaulan di era modernisasi ini telah banyak disalah artikan terutama dikalangan anak muda. Sekarang kata-kata pergaulan bebas sudah tidak asing lagi didengar oleh siapapun dan jelas termasuk dalam kategori pergaulan yang negatif.

Pergaulan yang negatif adalah salah satu dari sekian banyak penyebab kehancuran sang anak. Saat ini dapat kita lihat banyaknya sistem pergaulan kawula muda yang mengadopsi gaya ala barat (westernisasi) dimana etika pergaulan ketimuran telah pupus, mungkin anda pernah atau bahkan sering mendengar kata-kata MBA (married by accident). MBA tampaknya sudah menjadi tren dikalangan remaja dimana melakukan hubungan seks sebelum menikah banyak dilakukan pada saat pacaran. Anak-anak muda sudah menganggap tradisi ini hal yang biasa dilakukan pada saat pacaran bahkan ada yang tidak segan-segan untuk merekam adegan mesum tersebut untuk disebarkan dan ditonton dikhalayak ramai. Apakah ini bukan kehancuran bagi sang anak?. Jawabannya tentu saja iya.

satu  lagi permasalahan yang  sering  ditakuti oleh orang tua yaitu narkoba, sudah jelas barang haram ini dikategorikan sebagai barang berbahaya dan terlarang yang bisa merusak generasi muda. Narkoba menjadi jurang kehancuran bagi sang anak. Ironisnya memakai barang haram ini juga sudah menjadi tren remaja sekarang dengan anggapan bila mengkonsumsi barang ini akan menjadi senang atau yang dikenal dengan bahasa gaulnya (fly). Padahal sudah jelas menurut kesehatan mengkonsumsi barang-barang sejenis narkoba sangat merusak kesehatan terutama pada sistem syaraf apalagi dengan mengkonsumsi barang ini akan membuat ketagihan dan ketergantungan, ini sungguh menakutkan.

Terkadang orang tua sering lupa untuk berinteraksi dengan anak- anaknya. Ada diantara mereka yang lebih mementingkan pekerjaan dari pada melakukan hal itu. Bagi mereka hal itu tidak perlu dilakukan, masalah nilah yang sering terjadi di lingkungan kehidupan saya kota gorontalo kec. Heledulaa utara berdasarkan pengamatan ,dan bahkan juga merupakan masalah bagi pendidikan yang ada di indonesia. Mereka beranggapan bahwa materi yang dibutuhkan anak, Padahal seorang anak tidak hanya membutuhkan materi namun juga perhatian dan interaksi dengan orangtuanya. Mereka membutuhkan komunikasi dengan orang tuanya, mereka juga ingin bertukar pikiran dengan orang tuanya. Mereka ingin menceritakan pegalaman apa yang mereka rasakan sehari-hari baik itu pangalaman yang baik maupun pengalaman yang buruk.

PENUTUP

KESIMPULAN

Intervensi adalah campur tangan dalam menyelesaikan suatu masalah atau tuntutan.dalam pendidika keluarga maka intervensi di artikan sebagai usaha orang tua selaku lembaga pendidikan keluarga mempunyai tanggung jawab penuh untuk masa depan anak  bangsa. Sebab baik dan buruknya pendidikan itu akan menentukan bagaimana dan seperti apa kondisi yang akan di alami bangsa yang tercinta ini. Dampak pergaulan bebas ini di karenakan kurangnya pengawasan atau intervensi orang tua terhadap anak. Sebesar apapun usaha lembaga pendidikan sekolah untuk menjalankan aktivitas pembelajaran secara efektif apabila tidak di dorong atau tidak di intervensi oleh orang tua maka secara otomatis akan mempengaruhi hasil dari pendidikan tersebut.

SARAN

yang perlu diingat oleh kedua orang tua adalah jika seorang anak atau remaja kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, besar kemungkinan dia akan menjadi seorang anak dan remaja yang temperamental. Sang anak menjadi bebas dalam melakukan segala hal, baik itu dalam hal kebaikan maupun keburukan. Sebagai orangtua seharusnya memiliki kemampuan untuk memusatkan perhatian pada perilaku positif serta tak lupa pada perilaku buruk sang anak.

Sebagai orang tua yang baik, jangan melihat keburukan atau kebaikan. Namun lihatlah dari tata cara bergaul sang anak, dengan siapa bergaul, bagaimana luas pergaulannya. Bukan sekedar untuk membatasi sang anak dalam bergaul namun diharapkan impian melihat anak sukses mengarungi kehidupan tanpa mengalami kesalahan dalam pergaulan baik dilingkungan keluarga, atau lingkungan luar menjadi sebuah kenyataan. Manfaatnya kembali ke orang tua, sebab sang anak lalu menjadi orang yang menghargai kedua orang tua

DAFTAR PUSTAKA

[1] http://al-jadiyd.blogspot.co.id/2013/10/peranan-keluarga-sebagai-lingkungan.html

[1] Eko Sujatmiko, Kamus IPS , Surakarta: Aksara Sinergi Media Cetakan I, 2014 halaman 121

[1] Prof. Dr. Muchlas Samani & Drs. Hariyanto, M.S. konsep dan model pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) halaman 239

[1] Zakiah Darajat dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara. 2011. Hal. 66-67

[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia

[1] Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, Bandung, Pustaka Setia. 2003. Hal. 111

[1] Nur Uhbiyati, Ilmi Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia. 2005. Hal. 212

[1] Ismail Thoib, Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam, Mataram NTB, Lembar Press. 2004. Hal. 220-221

[1] Abdul Mujib dan Jusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media Group. 2008. Hal. 228-229

[1]Muhammad Taufik, Studi Interdisipliner Pemikiran Pendidikan Islam, Mataram, LKIM IAIN Mataram. 2007. Hal. 297

[1] Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan Dan Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana. 2009. Hal. 20

[1] Hurlock, Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Hal 25


[1] http://al-jadiyd.blogspot.co.id/2013/10/peranan-keluarga-sebagai-lingkungan.html

[2] Eko Sujatmiko, Kamus IPS , Surakarta: Aksara Sinergi Media Cetakan I, 2014 halaman 121

[3] Prof. Dr. Muchlas Samani & Drs. Hariyanto, M.S. konsep dan model pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) halaman 239

[4] Zakiah Darajat dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara. 2011. Hal. 66-67

[5] Kamus Besar Bahasa Indonesia

[6] Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, Bandung, Pustaka Setia. 2003. Hal. 111

[7] Nur Uhbiyati, Ilmi Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia. 2005. Hal. 212

[8] Ismail Thoib, Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Islam, Mataram NTB, Lembar Press. 2004. Hal. 220-221

[9] Abdul Mujib dan Jusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media Group. 2008. Hal. 228-229

[10]Muhammad Taufik, Studi Interdisipliner Pemikiran Pendidikan Islam, Mataram, LKIM IAIN Mataram. 2007. Hal. 297

[11] Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan Dan Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta, Kencana. 2009. Hal. 20

[12] Hurlock, Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Hal 25

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun