Mohon tunggu...
Amilatur Rohma
Amilatur Rohma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Physics Student | Content Writer | Social Media Enthusiast

A Marketer who enthusiasting on writing. Menulis untuk menyampiakan hal yang tak mampu diucapkan oleh lisan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Nasib Buku di Masa Depan Saat Semua Serba Digital

30 Desember 2022   15:29 Diperbarui: 3 Januari 2023   11:11 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun yang lalu, saat saya masih di tahun pertama kuliah, saya pernah mengikuti kelas di Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.  

Niat awal saya sih cuma sit in karena kuliah di FISIP tidak setegang dan seketat di fakultas saya, Fakultas Saintek. Namun, niat saya itu bergeser karena materi yang disampaikan tentang industri buku kini sangat menarik perhatian.

Saya mungkin tidak mengingat betul nama dan wajah dosen tersebut, namun kalimat yang saya ingat jelas adalah industri buku kini tepukul keras akibat digitalisasi. 

Kita lihat saat ini satu per satu kabar perusahaan surat kabar seperti Koran Tempo, Majalah Bobo, Koran Republika, Tabloid Nova mulai berhenti memproduksi surat kabar cetak. 

Perpustakaan pun kini semakin banyak menyediakan buku atau jurnal penelitian dalam bentuk e-book.

Runtuhnya surat kabar merupakan pukulan telak bagi dunia percetakan dan informasi berupa media cetakan. 

Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. 

Dalam hati saya membenarkan, karena dulu keluarga saya berlangganan koran dan berhenti sejak sepuluh tahun terakhir.

Bicara tentang buku cetak atau buku konvensional. Meskipun tergeser dengan adanya buku digital namun menurut saya, dalam sepuluh tahun kedepan pasar buku masih tetap ada dan dibutuhkan. 

Ada karena selama manusia masih ada, pendidikan akan tetap berjalan dan literasi melalui buku adalah komponen wajib pendidikan.

Dibutuhkan karena meskipun saat ini informasi atau pengetahuan dapat kita dapatkan melalui berbagai platform digital seperti media sosial namun manusia tetap membutuhkan bacaan yang kredibel. 

Bacaan atau informasi yang ada di media sosial itu belum tentu bisa dipertanggung jawabkan. Beda dengan apa yang ada di buku yang sudah dicetak karena sebelum melalui proses pencetakan pasti sudah dibaca berulang dan melalui proses yang cukup panjang.

Dunia percetakan juga dihadapkan dengan masalah pembajakan karena maraknya buku digital yang bebas didownload dengan mudah dan disebarluaskan. 

Namun, dunia percetakan akan tetap diuntungkan oleh pasar buku fisik karena secara kepuasan, orang lebih senang membaca buku fisik. 

Beberapa orang ada yang merasa tidak kuat jika membaca terlalu banyak dengan huruf kecil. Selain itu, ada kebanggaan tersendiri saat seseorang memegang buku untuk dipamerkan.

Memang ada peluang kalau produktivitas dunia percetakan buku secara fisik mengalami penurunan serta menghadapi tantangan berat akibat digitalisasi. 

Maka, sebagaimana bisnis lain yang berusaha bertahan dalam menghadapi pandemi, industri penerbitan atau percetakan juga harus melakukan sejumlah inovasi agar bisa bertahan. 

Adapun inovasi yang bisa dilakukan untuk dunia penerbitan ke depan setidaknya ada dua hal, yaitu:

1. Kolaborasi

Kolaborasi antara industri penerbitan dan percetakan yang sustainable untuk menjangkau pasar digital yang lebih luas. 

Pandemi membuat beberapa aktivitas manusia memanfaatkan digitalisasi dan industri ini harus beradaptasi dengan hal tersebut. 

Kolaborasi tersebut dapat berupa menerbitkan e-book melalui platform digital dan internasionalisasi pasar melalui platform e-commerce.

2. Inovasi dan regulasi

Salah satunya dengan inovasi konten mulai dari variasi tema hingga mengembangkan audio book, yaitu membaca melalui suara. Hal ini dapat menjangkau berbagai kalangan dan kebutuhan manusia. 

Karena ada orang yang suka mendengarkan daripada membaca informasi/pengetahuan. Makanya sekarang pun banyak industri digital kreatif yang menyediakan konten podcast di banyak platform.

***

Selain inovasi, dunia penerbitan juga harus didukung pemerintah dengan memberikan regulasi melalui Undang-undang penerbitan. 

UU yang ada harus mendorong dunia penerbitan semakin kuat dan kreatif bukan sebaliknya. Misalnya, dengan membangun iklim literasi di sekolah melalui peraturan tertentu, dukungan Kemendikbud hingga solusi serius untuk pembajakan dan pelanggaran hak cipta buku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun