Paciran tentunya punya banyak potensi. Letaknya yang berbatasan langsung dengan laut, menjadikan pembangunan infrastruktur yang banyak berkembang dan menjanjikan adalah wisata. Hal itu bukan hanya karena didukung topografi kaum milenial, namun Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan juga mengakomodasi tempat-tempat potensial untuk ditetapkan sebagai objek wisata.Â
Selain kafe dan warung-warung lesehan ikonik yang sudah ada seperti rujak Mak Tas dan angkringan kopi, belakangan saya dikejutkan dengan banyaknya bangunan-bangunan baru dan tata kelola tempat yang dulunya kumuh disulap menjadi objek wisata yang benar-benar baru.Â
Sebut saja di kawasan barat ada Pantai Kutang dan Pantai WBA (Wisata Boom Anyar), bergeser ke timur ada Pantai Pengkolan dan AOLA café, beranjak ke timur lagi ada Pantai Lorena dan objek wisata baru Taman Kuliner Paciran (TKP) serta paling timur ada Pantai Klayar.Â
Satu lagi, objek wisata kegamaan baru di jantung Kecamatan Paciran yaitu Masjid At-Taqwa, sekaligus bukti transformasi masjid sebagai sarana pemersatu umat Islam.
Dewasa ini, mulai muncul institusi yang berlabel keagamaan semakin menunjukkan taringnya di Paciran selain dua kutub organisasi massa berbasis agama terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama’ (NU). Bukan tanpa alasan mengingat banyak sekali organisasi religius yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan Islam di pesisir Lamongan. Alhasil, budaya yang dihasilkan tidak satu jenis Islam saja, melainkan banyak aliran di dalamnya.Â
Keberadaannya bukan hanya berdampak pada pola kehidupan sosial saja, namun lembaga-lembaga tesebut gigih menyumbangkan ide dalam pendidikan, salah satunya adalah dengan mendirikan pesantren. Tak heran, Paciran memiliki banyak pesantren.
Selain pesantren, infrastruktur keagaaman yang sangat banyak kita jumpai adalah masjid. Salah satu masjid besar dan megah yang berdiri adalah Masjid At-Taqwa. Masjid ini menggantikan bangunan masjid lawas yang dirubuhkan dan kini menjadi lahan parkir.Â
Berkat renovasi pembangunannya, Masjid At-Taqwa kini tidak hanya menjadi tempat beribadah namun juga objek wisata baru. Suasana masjid dengan konsep timur tengah ditambah pemandangan sejuk laut menambah daya tarik tersendiri. Â
Transformasi wajah baru masjid At-Taqwa tidak memakan waktu lama, hanya butuh waktu sekitar 1-2 tahun. Relevan sekali dengan karakter masyarakatnya yang ulet dan dinamis. Setiap hari, puluhan hingga ratusan jamaah dari berbagai daerah singgah ke Masjid At-Taqwa baik untuk melaksanakan ibadah atau sekedar berkunjung untuk menikmati keindahan bangunannya.
Masjid memiliki peran strategis. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari masjid sering diartikan sebagai bangunan untuk shalat untuk umat islam, namun dalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia ini, masjid dapat difungsikan secara kompleks untuk sarana kegiatan kemasyarakatan.Â
Sejarah menunjukkan bahwa masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah tidak hanya berfungsi untuk sarana ibadah, namun juga sebagai pusat pendidikan, pengkajian keagamaan, militer dan kegiatan sosial ekonomi. Hal yang sama dilakukan oleh pengurus Masjid At-Taqwa yang dikenal juga sebagai Masjid Perdamaian.Â